Mohon tunggu...
Safira Rizki Nurfebrina
Safira Rizki Nurfebrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Palangka Raya

Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Irawan, M.Si 2. Puput Iswandiyah Raysharie, SE., ME

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak dari Kebijakan Fiskal Terhadap Output dan Inflasi

13 Oktober 2023   10:49 Diperbarui: 13 Oktober 2023   11:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menambah wawasan kita mengenai kebijakan fiskal, mari kita mengetahui apa itu kebijakan fiskal?

Untuk mengatur kondisi keuangan dan pendapatan negara, pemimpin negara atau pemerintah biasanya membuat kebijakan yang dikenal sebagai kebijakan fiskal. Selain itu, menurut Sadono Sukirno mengatakan bahwa kebijakan fiskal adalah tindakan pemerintah untuk mengubah sistem pajak atau perbelanjaan untuk mengatasi masalah ekonomi. Kebijakan fiskal digunakan untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran pemerintah untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu, seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil, penurunan pengangguran dan penurunan inflasi.

Memasuki topik pembahasan, apa dampak dari kebijakan fiskal terhadap output dan inflasi?

Dalam referensi saat ini, dampak dari kebijakan fiskal diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu dampak terhadap sisi penawaran (supply side effect) dan dampak terhadap sisi permintaan (demand side effect). Dalam sisi penawaran, kebijakan ini memiliki konsekuensi jangka panjang karena kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan dalam sisi penawaran agar dapat menangani masalah keterbatasan dalam jumlah produksi.

Metode Keynes menganggap adanya ketegangan harga dan kelebihan kapasitas, sehingga output ditentukan oleh permintaan ini menjelaskan dampak fiskal terhadap perekonomian. Menurut Keynes, dalam keadaan resesi, pemerintah harus membantu perekonomianyang bergantung pada proses pasar. Karena kebijakan moneter bergantung pada suku bunga yang biasanya rendah atau bahkan nol selama resesi, mereka tidak dapat membantu pemulihan ekonomi.

Menurut Keynes, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak memilki efek multiplier, yang berarti bahwa kebijakan fiskal dapat mendorong perekonomian dengan meningkatkan permintaan barang konsumsi rumah tangga. Ketika pemerintah memotong pajak sebagai stimulus ekonomi, hal yang sama juga berlaku. Dengan peningkatan prospek marginal propensity to consume (mpc), kecondongan rumah tangga dalam meningkatkan konsumsi berfungsi sebagai rantai perekonomian yang meningkatkan pengeluaran dan akhirnya meningkatkan output. Dalam jangka panjang, antara pengeluaran pemerintah dan pajak terhadap output. Pengenaan pajak dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sementara pengeluaran pemerintah tidak.

Efek multiplies dari pemotongan pajak dan peningkatan pengeluaran pemerintah bergantung pada besarnnya mpc, yang dimana dalam peningkatan tersebut permanen atau transitory. Dalam kasus berikut, pengaruh mpc terhadap perubahan pendapatan permanen bertambah besar daripada pendapatan transitory.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun