Mohon tunggu...
Safira Meisa Dewi
Safira Meisa Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah seorang mahasiswi Semester 7 yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Saya suka menulis terkait pendidikan, bahasa, dan sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Pragmatik di dalam Kehidupan Sehari-hari, Yuk Kenali dan Pelajari!

13 Maret 2023   22:21 Diperbarui: 14 Maret 2023   13:55 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pngtree.com

Penulis: Safira Meisa Dewi dan Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. 

Mahasiswa PBSI FKIP UNS & Dosen PBSI FKIP UNS 

Menjalin komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya menjadi aktivitas yang kerap dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, terkadang dalam berkomunikasi tujuan yang ingin kita sampaikan tidak dapat diterima oleh lawan tutur kita sehingga menyebabkan kesalahpahaman. Oleh karenanya, dengan belajar pragmatik berikut ini kita akan mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dan benar sehingga tujuan tuturan dapat tercapai.

Pragmatik merupakan salah satu cabang dari ilmu bahasa (linguistik). Dalam linguistik umum, terdapat linguistik struktural dan linguistik fungsional. Linguistik struktural berkaitan dengan diadik, yaitu bentuk dan fungsi, sedangkan pada linguistik fungsional berkaitan dengan triadik, yaitu bentuk, fungsi, dan konteks. Pragmatik sendiri akan berbicara mengenai bentuk, fungsi, dan konteks.

Dengan begitu, apa yang dimaksud dengan pragmatik? Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari suatu makna yang diujarkan oleh penutur. Dapat dikatakan, memahami maksud ujaran seseorang ketika sedang berkomunikasi dengan memperhatikan kondisi atau situasi ujaran dengan baik dan benar.

Adapun strategi komunikasi pragmatik yang perlu diperhatikan, yaitu (1) siapa penutur dan lawan tuturnya; (2) apa tujuan tuturannya; (3) bagaimana konteks tuturannya; (4) sarana tuturnya; dan (5) mematuhi prinsip kerja sama antara penutur dan lawan tutur (memiliki latar belakang pengetahuan yang sama). 

Perhatikan contoh berikut ini:

  • "Berdasarkan riwayat kerja Anda selama satu tahun, kami harus memberhentikan Anda dari perusahaan kami."

    Dari kalimat yang diujarkan tersebut bermakna "memecat". Alasan penutur menggunakan kata "memberhentikan" adalah agar ujaran yang dituturkan dirasa lebih sopan sehingga tidak terlalu menyakiti perasaan lawan tutur.

  • Sulis: "Selamat Pagi Kak Ajeng! Bagaimana kabarnya hari ini?"

    Ajeng: "Pagi Sulis. Alhamdulillah sehat. Ada apa ya pagi-pagi datang ke kos saya?"

    Sulis: "Jadi gini Kak, saya mau pinjam motor untuk siang hari nanti karena saya ada agenda kerja kelompok, apakah bisa ya?"

    Ajeng: "Wah, kebetulan siang nanti saya ada kelas. Bagaimana kalau kamu bareng aku saja? Sekalian mampir ke warung dekat kampus, sepertinya minum es degan waktu siang hari begitu menyegarkan!"

    Percakapan di atas memiliki makna bahwa Ajeng bersedia meminjamkan motornya kepada Sulis dengan cara menawarkan untuk berangkat bersama, akan tetapi Sulis harus membelikan Ajeng es degan saat siang hari nanti. Oleh karena itu, strategi-strategi dalam berkomunikasi perlu dipelajari oleh siapa saja sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik karena memahami konteks dan situasi ujaran.

Komunikasi juga dapat dikatakan berjalan dengan baik, apabila disampaikan menggunakan tindak tutur yang santun. Dalam kajian pragmatik, kesantunan tersebut terkandung dibalik tuturan. Perlu diketahui, bahasa yang baik adalah bahasa yang memperhatikan teks, koteks, dan konteks. Dengan begitu, tujuan tuturan dari penutur akan tersampaikan dengan baik kepada lawan tutur tanpa menyinggung perasaan kedua belah pihak karena adanya sikap menghargai dan menghormati. 

Terdapat tiga macam tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur lokusi (menyatakan); (2) tindak tutur ilokusi (menyampaikan tuturan dengan maksud tertentu); dan (3) tindak tutur perlokusi (menyatakan dengan maksud dan tujuan tertentu disertai tindakan). Daya perlokusi ini memberikan dampak positif kepada lawan tutur untuk melakukan sesuatu seperti apa yang kita maksud di dalam sebuah tuturan (adanya tindakan dari mitra tutur).

Dengan demikian, mempelajari pragmatik berarti belajar untuk memahami maksud yang terkandung dalam ujaran seseorang, baik penutur, lawan tutur, maupun partisipan dengan memperhatikan teks, koteks, dan konteks. Oleh karena itu, seluruh lapisan masyarakat perlu mengetahui dan mempelajari seluk-beluk dalam pragmatik. 

Dengan begitu, kegiatan berkomunikasi akan berjalan jauh lebih baik karena telah mengetahui apa saja strategi-strategi yang ada di dalam pragmatik (penutur dan lawan tutur, tujuan tuturan, konteks tuturan, sarana tutur, dan mematuhi prinsip kerja sama). Kemudian, dengan mempelajari kelima strategi tersebut akan memberikan dampak yang baik bagi penutur dan lawan tutur karena tujuan tuturan dapat tercapai tanpa menyinggung perasaan satu sama lain karena adanya sikap menghargai dan menghormati dalam kegiatan berkomunikasi di dalam kehidupan sehari-hari.

Surakarta, 13 Maret 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun