Mohon tunggu...
Safira Dewi Nugroho
Safira Dewi Nugroho Mohon Tunggu... -

Tidak begantung kepada orang lain dan percaya dengan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar Gabung, Jokowi Hilang, JK Gemilang

7 Agustus 2014   22:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:08 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar tentang bergabungnya Golkar ke dalam koalisi Jokowi-JK makin kencang terhembus. Jokowi-JK yang sedang menunggu pelantikan untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019 disarankan oleh banyak pihak untuk menerima Golkar bergabung ke dalam koalisi mereka.

Sesuai dengan pernyataan dari Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding. "Golkar punya alasan kuat bergabung dengan kami, selain dari sisi 'platform' tidak banyak berbeda, mereka juga lebih punya pengalaman memerintah daripada beroposisi,"

Selain itu, dengan adanya JK juga menjadikan alasan kuat untuk Golkar bergabung ke dalam koalisi Merah Putih milik Jokowi-JK.

Koalisi Jokowi-JK yang terdiri dari PDI-P, Nasdem, PKB, dan PKPI memang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan koalisi Merah Putih milik Prabowo-Hatta yang terdiri dari Gerindra, PAN, PKS, PPP, Golkar, PBB, dan Demokrat. Hal ini otomatis juga membuat jumlah suara koalisi Jokowi-JK di Parlemen lebih sedikit dibandingkan koalisi Merah Putih.

Komposisi dari koalisi Jokowi-JK adalah 40%. Jumlah ini terbagi dua menjadi 20% yang mendukung Jokowi dari PDI-P dan 20% dari PKB, Nasdem, dan PKPI yang mendukung JK. Jika, Golkar benar-benar bergabung, maka Golkar sudah pasti akan diambil alih oleh JK. Hal ini sesuai dengan munculnya desakan untuk melengserkan ARB dari kursi Ketum Golkar karena perolehan suara Golkar yang terpuruk pada Pemilu 2014 ini.

Jika hal itu terjadi, otomatis suara Golkar yang jumlahnya 15% akan memihak ke JK dan komposisi suara dukungan dari koalisi ke JK bertambah menjadi 35% dan Jokowi tetap 20%. Dengan komposisi seperti itu, Jokowi berpotensi tersingkirkan oleh JK. Bisa jadi JK akan menjadi The Real President seperti jaman SBY dulu.

Oleh karena itu, lebih baik Golkar tidak perlu masuk ke koalisi Jokowi-JK karena dengan koalisi yang sekarang pun sudah cukup kuat. Satu yang harus dipertimbangkan, jika Golkar bergabung ke dalam koalisi Jokowi-JK apa benar akan menambah kuat koalisi Jokowi-JK atau akan membuat power Jokowi hilang dan JK menjadi gemilang?

Sumber: http://pemilu.okezone.com/read/2014/07/28/568/1018901/golkar-punya-alasan-kuat-gabung-ke-koalisi-jokowi-jk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun