Mohon tunggu...
Safira
Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Sedang aktif berkuliah di Universitas Islam Negeri Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membongkar Kode Komunikasi Bahasa dan Tren Linguistik Gen Z

6 Januari 2024   05:00 Diperbarui: 6 Januari 2024   06:02 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gen Z adalah kelompok yang lahir dari tahun 1997 hingga 2012, di mana kelompok ini telah mengubah cara dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu aspek yang paling menonjol terdapat pada penggunaan bahasa mereka. Gen Z telah membuat berbagai macam kode komunikasi dan menggagas beberapa tren linguistik yang menunjukkan identitas mereka. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari bahasa Gen Z, serta membongkar kode komunikasi mereka, dan menggali tren linguistik yang menjadi ciri khas generasi ini. Berikut di antaranya adalah: 

  • Emoji dan Stiker sebagai Alat Komunikasi Emosional 

Penggunaan emoji dan stiker sebagai alat komunikasi emosional atau penggambaran ekspresi dari sebuah emosi adalah salah satu ciri khas dari bahasa tulisan. Emoji dan stiker sudah menjadi bagian penting dari sebuah percakapan online yang diciptakan oleh Gen Z, karena emoji dan stiker bukan hanya sekadar gambar kecil yang menemani teks. Gen Z telah menggabungkan berbagai macam emoji dan stiker untuk menambah nuansa dan makna, serta menggantikan beberapa kata dalam komunikasi tulisan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kombinasi dari emoji atau stiker tertentu dapat menunjukkan ekspresi dari kebahagiaan, kekecewaan, dan kejutan. 

  • Singkatan yang Efisien 

Gen Z sering menggunakan singkatan untuk menyampaikan pesan yang singkat namun efektif. Contoh yang sering digunakan adalah TBL (Takut Banget Loh), Gamon (Gagal Move On), YGY (Ya Gaes Ya), Skiber (Skip Berat), Sokab (Sok Akrab), Ngabrut (Ngakak Brutal), dan masih banyak singkatan lainnya. Singkatan tersebut tidak hanya menghemat jumlah karakter atau kata dalam teks, tetapi Gen Z juga membuat bahasa khusus untuk mereka yang dapat memahami singkatan-singkatan tersebut.

  • Meme dan Humor Gen Z 

Meme yang dibagikan secara massal dalam bentuk gambar atau video telah menjadi bagian penting dari bentuk bahasa komunikasi tulis Gen Z. Meme tidak hanya dapat menghibur tetapi juga dapat menyampaikan sebuah pesan dengan cara yang lucu dan menggelitik. Gen Z memilki kemampuan untuk menggabungkan sebuah foto atau video dan kata-kata tertentu menjadi sesuatu yang akan viral. Mereka tidak hanya membagikan meme yang sudah ada, tetapi mereka juga menciptakan meme berdasarkan pengalaman sehari-hari atau dari tren yang sedang populer. Humor Gen Z cenderung mengandung bahasa yang terkesan seperti ironi, sarkasme, dan penekanan pada suatu masalah yang sedang terjadi. Kemampuan untuk memahami dan menciptakan meme menjadi salah satu keterampilan sosial yang penting di kalangan Gen Z. 

  • Kata-Kata Slang yang Viral 

Generasi Z cenderung menciptakan kata-kata baru atau mengadopsi slang yang sedang viral. Bahasa ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi secara lisan maupun tulisan, tetapi juga sebagai cara untuk menunjukkan keikutsertaan dalam budaya populer. Misalnya, istilah-istilah seperti savage, healing, salty, lowkey, ghosting, dan istilah lainnya telah menjadi bagian dari kosa kata yang digunakan secara luas di kalangan Gen Z.

  • Aktivisme dan Bahasa Politis

Gen Z dikenal sebagai generasi yang peduli dengan isu-isu sosial dan politik. Bahasa mereka mencerminkan ketertarikan dan keterlibatan mereka dalam berbagai gerakan aktivis. Mereka menggunakan bahasa untuk menyuarakan dukungan atau kritik terhadap isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. Pemahaman bahasa politis menjadi kunci dalam mengartikan sikap dan pandangan politik Gen Z.

Menurut pandangan Gen Z, bahasa mereka adalah cerminan dari kreativitas, fleksibilitas, dan inklusivitas. Mereka melihat penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyatukan orang, memperkuat identitas, dan merayakan keunikan masing-masing individu. Bahasa Gen Z bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga lambang dari cara pandang progresif dan terbuka terhadap keberagaman dalam budaya mereka. 

Generasi ini menciptakan bahasa baru dan memiliki cara yang berbeda untuk menggunakannya. Mereka percaya bahwa bahasa memungkinkan seseorang untuk berinteraksi satu sama lain, membantu seseorang berbicara dengan lebih bebas, dan membuka ruang untuk kreativitas. Gen Z percaya bahwa bahasa adalah sesuatu yang dinamis dan dapat berubah seiring berjalannya waktu, yang menghasilkan budaya komunikasi yang terus mengalami perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun