Mohon tunggu...
Safira UlyaNasution
Safira UlyaNasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

saya hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Bahasa Indonesia dalam Tataran Semantik

14 April 2024   21:22 Diperbarui: 14 April 2024   21:25 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesalahan berbahasa tataran semantik merupakan kesalahan yang berkaitan dengan makna, sehingga dapat memengaruhi makna kalimat atau tuturan yang ingin disampaikan. Ada beberapa jenis kesalahan semantik, yaitu: (1) makna ganda, (2) pilihan kata yang tidak tepat, (3) ambiguitas, dan (4) koreksi berlebihan.

Contoh Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Semantik

Masalah dalam kesalahan berbahasa ragam tulisan pada tataran semantik seperti yang telah dijelaskan di atas, terdiri atas: (1) pleonasme (2) pemilihan kata yang tidak tepat, (3) Ambiguitas, (4) Hiperkorek. Berikut beberapa contoh kesalahan berbahasa dalam tataran semantik antara lain:

1. Pleonasme

Contoh kalimat "Ada juga ayam yang sering dipertandingkan oleh remaja seperti adu lawan ayam jantan".

Kalimat tersebut mengandung kesalahan semantik berupa pleonasme. Hal ini terlihat dari adanya dua istilah yang memiliki makna sama, sehingga tidak menambah informasi dalam kalimat. Akibatnya, terjadi pemborosan bahasa yang tidak efektif dalam penyampaian makna.

2. Pemilihan kata yang tidak tepat

Kesalahan semantik akibat pemilihan kata yang tidak tepat dapat berwujud penggunaan kata-kata yang mirip makna ataupun penggunaan kata-kata yang dipaksakan, sehingga makna yang ingin disampaikan menjadi rusak. Berikut contoh kesalahan pemilihan kata yang tidak tepat

Contoh kalimat "Rekapitulasi total PDP Covid-19 Jember, 01-04 Maret 2020",

Penggunaan kata "rekapitulasi" dalam kalimat tersebut kurang tepat. Kata yang lebih tepat untuk digunakan adalah "rekapitulasi" atau "ikhtisar". Penggunaan kata-kata yang mirip seperti "rekapitulisasi" dapat menimbulkan kerancuan makna dalam kalimat.

Rekapitulasi memiliki arti ringkasan, sedangkan rekapitulasi adalah perubahan total. Penggunaan kata rekapitulasi dalam kalimat tersebut tidak tepat karena dapat menimbulkan kesalahpahaman makna. Kata yang tepat untuk digunakan adalah rekapitulasi yang berarti perubahan total. Berikut adalah perubahan kalimatnya:

"Rekapitulasi Perubahan Total PDP Covid-19 Jember, 041-04 Maret 2020."

3. Ambiguitas

Menurut Chaer (2002) menjelaskan bahwasannya salah satu dari peristiwa semantik yang harus dihindari dikarenakan memiliki makna bias adalah ambiguitas. Ambiguitas merupakan struktur kalimat yang pada penafsirannya menimbulkan makna ganda. Berikut kesalahan semantik dalam bentuk ambiguitas

Contoh kalimat "Dirgahayu RI ke 71 dan kota Mataram ke 23" yang terdapat pada peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.

Kalimat tersebut memiliki permasalahan makna dalam tataran semantik. Kalimat tersebut dapat diartikan sebagai jumlah peristiwa Dirgahayu dan jumlah Kota Mataram. Penulis sebenarnya ingin menyampaikan Dirgahayu ke-71 dan Hari Ulang Tahun Kota Mataram ke-23. Kalimat yang ambigu dan memiliki kesalahan semantik dapat menyebabkan misinterpretasi makna yang ingin disampaikan penulis. Oleh karena itu, kalimat yang lebih tepat digunakan adalah "Dirgahayu ke-71 Republik Indonesia dan ke-23 Kota Mataram".

4. Hiperkorek

Bahwa hiperkoreksi merupakan proses pembetulan bentuk bahasa yang sudah benar, tetapi malah menjadi salah sehingga dapat menimbulkan kesalahan makna. Contoh kesalahan semantik dalam bentuk hiperkoreksi adalah sebagai berikut.

Contoh kalimat "Salah satu sarat untuk berpuasa adalah sehat jasmani dan rohani"

Kalimat tersebut mengandung kesalahan semantik berupa hiperkoreksi. Kata "sarat" seharusnya ditulis "syarat". Kesalahan ini terjadi karena penggantian huruf "sy" menjadi "s". Kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. "Sarat" berarti penuh atau terisi, sedangkan "syarat" berarti ketentuan yang harus dipenuhi. Kesalahan seperti ini dapat mengubah makna yang ingin disampaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun