"Rekapitulasi Perubahan Total PDP Covid-19 Jember, 041-04 Maret 2020."
3. Ambiguitas
Menurut Chaer (2002) menjelaskan bahwasannya salah satu dari peristiwa semantik yang harus dihindari dikarenakan memiliki makna bias adalah ambiguitas. Ambiguitas merupakan struktur kalimat yang pada penafsirannya menimbulkan makna ganda. Berikut kesalahan semantik dalam bentuk ambiguitas
Contoh kalimat "Dirgahayu RI ke 71 dan kota Mataram ke 23" yang terdapat pada peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.
Kalimat tersebut memiliki permasalahan makna dalam tataran semantik. Kalimat tersebut dapat diartikan sebagai jumlah peristiwa Dirgahayu dan jumlah Kota Mataram. Penulis sebenarnya ingin menyampaikan Dirgahayu ke-71 dan Hari Ulang Tahun Kota Mataram ke-23. Kalimat yang ambigu dan memiliki kesalahan semantik dapat menyebabkan misinterpretasi makna yang ingin disampaikan penulis. Oleh karena itu, kalimat yang lebih tepat digunakan adalah "Dirgahayu ke-71 Republik Indonesia dan ke-23 Kota Mataram".
4. Hiperkorek
Bahwa hiperkoreksi merupakan proses pembetulan bentuk bahasa yang sudah benar, tetapi malah menjadi salah sehingga dapat menimbulkan kesalahan makna. Contoh kesalahan semantik dalam bentuk hiperkoreksi adalah sebagai berikut.
Contoh kalimat "Salah satu sarat untuk berpuasa adalah sehat jasmani dan rohani"
Kalimat tersebut mengandung kesalahan semantik berupa hiperkoreksi. Kata "sarat" seharusnya ditulis "syarat". Kesalahan ini terjadi karena penggantian huruf "sy" menjadi "s". Kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. "Sarat" berarti penuh atau terisi, sedangkan "syarat" berarti ketentuan yang harus dipenuhi. Kesalahan seperti ini dapat mengubah makna yang ingin disampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H