Reklamasi atau proses pembuatan lahan baru untuk memperbaiki suatu kawasan, bukanlah sesuatu hal baru. Reklamasi bisa dilakukan di daerah pesisir pantai. Kegiatan ini banyak dilakukan di negara-negara yang memiliki keterbatasan sumber daya alam ataupun mempunyai masalah pemulihan lingkungan seusai dipakai. Dengan kata lain, reklamasi bisa memberikan manfaat pemasukan bagi negara maupun mengembalikan keadaan lingkungan bagi kehidupan masyarakat selanjutnya.
Palm Island di Dubai adalah contoh aktual yang fenomenal dan legedaris bagaimana mengelola reklamasi pesisir dengan baik dan dimanfaatkan sebagai aset Negara. Kepulauan ini menjadi proyek reklamasi tanah terbesar di dunia dan membentuk kepulauan buatan terbesar di dunia. Palm Island, adalah ikon yang mengerek Dubai menjadi magnet wisata global dan sukses menyedot devisa untuk Uni Emirat Arab.
Penampakan Palm Island, Dubai (Sumber : All Best World)
Dubai bukanlah sebuah wilayah dengan sumber daya alam melimpah sebagaimana lazimnya negeri-negeri di Timur Tengah yang kaya akan cadangan minyak bumi. Pedapatan Duai dari minyak hanya 6%. Karena itu, mereka terus-menerus menggali ide dan cara-cara yang baik soal apa yang perlu dilakukan untuk menyejahterakan penduduknya sekaligus menghidupi negaranya. Sampai akhirnya, pemimpin Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum menemukan ide brilian, Reklamasi Pantai!
UEA menyadari betul, dengan geografisnya yang menjorok ke laut, dihimpit negara-negara tetangga yang memiliki aset alam luar biasa, reklamasi pantai adalah pilihan terbaik untuk meningkatkan daya saing melalui creating value, terutama di bidang pariwisata. Kedatangan wisatawan-wisatawan mancanegara sudah barang tentu menghadirkan devisa yang tidak kecil. Lebih-lebih ketika kalangan ekspatriat itu membeli lahan di atas tanah hasil reklamasi, pajaknya tentu saja masuk ke dalam kas negara.
Maka seperti itulah yang terjadi. Sebuah megaproyek diluncurkan pada tahun 2001 di Dubai. Sebuah proyek prestisius yang akan menjadikan UEA memiliki kepulauan buatan teluas di dunia. Untuk melaksanakannya, pemerintah tidak asal memilih. Digaetlah kontraktor pengerukan elit Van Oord dari Belanda untuk menemani Nakheel Properties membangun kepulauan buatan yang diberi nama Palm Island itu.
Aktivitas reklamasi Palm Island selesai pada 2006 dengan hasil yang memuaskan. Dubai menjadi kota terkenal dikalangan internasional. Menjadi destinasi wajib para pelancong luar negeri guna merasakan eksotisme pulau buatan yang sengaja dibentuk identik dengan pohon palem itu. Perpaduan nuansa gurun dan pesisir menambah daya tarik pesona.
Terlebih, di Palm Islands berdiri 60 hotel mewah, 4.000 villa, 1.000 rumah terapung, 5.000 kamar apartemen yang menghadap ke garis pantai dan beberapa marina, restoran, pusat perbelanjaan, fasilitas olahraga, spa kesehatan, bioskop dan tempat menyelam (All World Best). Fasilitas super lengkap ini, tentu saja memiliki nilai kapitalisasi besar dalam mendongkrak market wisata Dubai. Tahun 2014, Dubai dikunjungi oleh 13.2 juta wisatawan asing. Angka fastastis untuk satu daerah yang secara alamiah tak memiliki daya tarik wisata sebelum adanya reklamasi. Pariwisata bahkan mampu memutar roda ekonomi Dubai menjadi pusat bisnis real estate dan konstruksi serta pedagangan yang berkontribusi sebesar 49,6% bagi emirat tersebut.
Selain itu, ada sisi lain yang bermanfaat yang jarang ditengok orang. Sisi itu adalah kemajuan iptek bagi kemudahan reklamasi. Tidak bisa dipungkiri, dengan kondisi pantai yang keras, kontraktor harus mengakali secara cerdas mengatasinya. Semisal mengakali breakwater, munculnya sedimentasi di pondasi dasar, serta kemunculan hal-hal lain yang mengganggu daya tahan pulau buatan itu. solusi-solusi yang diterapkan di Palm Island diyakini benar menjadi cetak biru bagi proyek-proyek reklamasi pesisir di belahan dunia lain ke depannya.
Di Indonesia, reklamasi masih menjadi isu kontroversi. Reklamasi yang terjadi di beberapa daerah, menuai pro dan kontra. Berbagai argumentasi dilayangkan oleh pihak-pihak yang setuju maupun yang menolak reklamasi. Mungkin rekan-rekan Kompasioner juga ingin berpendapat? []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H