Mohon tunggu...
Safina Azzahra
Safina Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Nusantara dan Implementasi Nilai-nilai Islam

1 Desember 2021   13:33 Diperbarui: 1 Desember 2021   13:41 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya sendiri merupakan bentuk jamak dari kata budi dan  daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa.  Dalam bahasa  Inggris dan Belanda, kata  budaya berasal  dari kata culture, dalam bahasa latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya dapat diartikan sebagai pikiran akal budi dan adat-istiadat. Budaya juga merupakan salah satu cara hidup yang terus berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok atau orang yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Sedangkan kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri.

Kebudayaan atau budaya menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia baik material maupun non material. Beberapa ahli juga mendefinisikan kebudayaan, salah satunya yaitu Koentjaraningrat, seorang antropolog Indonesia yang telah mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem gagasan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia yang di dalam kehidupannya yang bermasyarakat.  Selain itu Koentjaraningrat juga mendefinisikan budaya lewat asal kata budaya dalam bahasa Inggris yaitu "colere" yang kemudian menjadi "culture" dan didefinisikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Indonesia memiliki berenaka ragam budaya, ras, dan juga agama. Hal itu membuat Indonesia menjadi lebih berwarna. Seperti diskriminasi yang telah terjadi di berbagai negara tersebut memberikan sebuah arti bahwa kehidupan masyarakat yang terdiri dari minoritas akan mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan. Lebih-lebih dalam agama, kaum muslim mendapatkan perlakuan tidak adil permasalahan ekonomi yang mengakibatkan tidak sedikit negara mengalami kemiskinan berkelanjutan.

Sebelum Islam masuk ke Nusantara, sebagian masyarakat Indonesia memeluk agama Hindu dan Buddha. Islam sebagai agama banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama yang lain. Ketika Islam mulai diterima sebagian besar masyarakat Indonesia, terjadi perubahan sosial, adat hingga kebudayaan. Namun, budaya lama tidak hilang sepenuhnya. Kedatangan Islam justru mewarnai budaya dari era sebelumnya. Perkembangan ini kemudian melahirkan akulturasi budaya, antara budaya lokal dan Islam.

Secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat seperti: Masjid kuno. Misalnya, atap masjid berbentuk tumpang, merupakan akulturasi budaya Islam dengan Hindu. Atap seperti ini ditemukan pula pada pura milik orang Hindu. Hadirnya menara sebagai tempat mengumandangkan adzan juga bentuk akulturasi. Bangunannya dari terakota tersusun seperti candi. Contoh menara ini terlihat pada Masjid Kudus.

Budaya-budaya lokal yang kemudian berakulturasi dengan Islam antara lain acara slametan di kalangan suku Jawa, tingkeban, dan dalam bidang seni juga terdapat proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa. Wayang merupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu India.

Aspek akulturasi budaya lokal dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Sunda, yaitu dalam bidang seni vokal yang disebut seni beluk. Kesenian beluk merupakan salah satu tembang Sunda yang banyak mempergunakan nada-nada tinggi. Kesenian ini biasanya diselenggarakan pada acara syukuran, terutama syukuran bayi berumur 40 hari setelah kelahiran. Pada awalnya kesenian beluk hidup di dalam masyarakat agraris, terutama ladang dan huma, tetapi pada saat ini kesenian beluk ini masih bisa ditemui pada perayaan-perayaan besar misalnya di perayaan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Akulturasi Islam dengan budaya lokal nusantara sebagaimana yang terjadi di Jawa didapati juga di daerah-daerah lain di luar Jawa, seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan, Makasar, Aceh, dan daerah-daerah lainnya.

Beberapa contoh budaya nusantara yang dipengaruhi nilai-nilai Islam, tetapi masi memuat budaya lokal, seperti: kalender jawa, bangunan masjid, seni ukir dan kaligrafi, seni tari dan musik, seni pertunjukan, dan juga seni sastra.

Kalender jawa merupakan sebuah sistem penggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram serta kerajaan pecahan lain yang mendapatkan pengaruhnya. Uniknya, sistem penggalan ini memadukan 3 sistem penggalan dari budaya yang berbeda, yaitu sistem penggalan Islam, sistem penggalan Hindu, dan juga sistem penggalan Julian yang berasal dari budaya barat.

Bangunan masjid, seperti bentuk Masjid Agung Banten, berdiri di atas pondasi dengan ketinggian satu meter dan menghadap ke Timur. Bangunan utama masjid memiliki ciri-ciri sebagaimana masjid Jawa kuno lainnya. Salah satu ciri khususnya adalah terdapat gapura pada keempat arah mata angin. Sisi menarik lainnya dari bangunan utama masjid adalah atapnya yang tumpul lima, mirip dengan pagoda China.

Seni ukir yang menjadi akulturasi budaya lokal dengan Islam bisa ditemukan pada berbagai bentuk. Seperti, ukiran hiasa masjid, nisan, dan lain sebagainya. Motifnya yakni daun, bunga, bukit karang, pemandangan alam, dan kaligrafi. Kaligrafi Islam banyak ditemukan pada masjid kuno.

Seni tari di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu tari daerah atau tari rakyat, tari tradisional atau tari klasik, dan juga tari kreasi baru atau lebih dikenal dengan tari modern.

Tarian daerah merupakan tarian yang lahir dari masyarakat biasa sebagai lambang kegembiraan dan rasa suka cita. Tarian ini menjadi tradisi, karena kebiasaan masyarakat sekitar yang merasakan suka cita bersama berkumpul merayakan dan menari. Tarian daerah sangat bervariasi, contohnya seperti tari Piring, Tayub, Lengger, dan semacamnya.

Tari tradisional lahir dari kaum bangsawan atau dari dalam keraton dan lahir pada zaman raja-raja, tari tradisional memiliki aturan yang tertulis karena dikembangkan secara turun temurun, seperti tari Bedaya, Serimpi, dan lain sebagainya.

Sedangkan tari modern merupakan tarian yang tidak terikat dengan aturan-aturan tradisi atau daerah tertentu, Contoh tari modern seperti tari Kupu-kupu, Roro Ngigel, Merak, dan sebagainya.

Di musik, terdapat seni musik rebana, hadrah, qasidah, nasyidm dan gambus. Musik ini biasa menampilkan lagu shalawat maupun pujian kepada Allah.

Dari seni pertunjukan terdapat wayang kulit, yang memadukan budaya Jawa dengan unsur Islam. Cerita wayang memiliki pesan moral berdasar filsafat hidup orang Jawa, yang diiringi musik gamelan.

Seni sastra yang diwarnai nilai-nilai Islam antara lain, Babad, Hikayat, dan Suluk. Babad merupakan dongeng yang diubah menjadi cerita sejarah. Adapun hikayat merupakan cerita atau dongeng yang berisi berbagai hal penuh keajaiban ataupun keanehan, seperti Hikayat Bayan Budiman. Kemudian, Suluk adalah kitab-kitab yang menjelaskan bab tasawuf.

Agama Islam pada prinsipnya sangat menghargai beraneka ragamnya budaya lokal yang ada, sehingga menjadikan agama Islam sebagai agama yang beragam dalam tataran ritualnya. Dalam kenyataan sosial, ajaran agama Islam mampu mewarnai keberadaan budaya suatu masyarakat, sehingga budaya lokal yang dianut oleh suatu masyarakat cenderung untuk beraktualisasi dengan ajaran agama Islam di dalam tata pelaksanaan ritualnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun