Mohon tunggu...
Safia Safitri
Safia Safitri Mohon Tunggu... Freelancer - Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Gelar merupakan seni pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Permendikbud Nomor 18 Tahun 2018: Mengapa PAUD Tanpa Tekanan Membaca, Menulis, dan Berhitung

29 Juni 2024   08:53 Diperbarui: 29 Juni 2024   08:55 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Penulis: Safia Safitri

Pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan perkembangan kognitif anak. Di tengah tantangan globalisasi dan tuntutan akademis yang semakin tinggi, banyak negara, termasuk Indonesia, berupaya memperbaiki sistem pendidikan mereka. Dalam upaya ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2018 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini. Salah satu poin krusial dalam regulasi ini adalah Pasal 9, yang menekankan bahwa pembelajaran PAUD tidak menggunakan pendekatan skolastik yang memaksa peserta didik secara fisik maupun psikis untuk memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. 

Pasal ini menghadirkan perubahan signifikan dalam pendekatan pendidikan anak usia dini, menggeser fokus dari pencapaian akademis dini menuju pengembangan holistik anak. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih ramah anak, yang mendukung perkembangan emosional, sosial, dan fisik mereka tanpa tekanan yang berlebihan. Namun, implementasi dari regulasi ini menimbulkan beragam pandangan dan opini, baik dari para pendidik, orang tua, maupun pemerhati pendidikan.Pendidikan anak usia dini harus mencerminkan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak. Pada masa ini, anak-anak belajar melalui bermain dan interaksi sosial, bukan melalui metode pembelajaran yang formal dan kaku. Tekanan untuk cepat pandai membaca dan berhitung dapat mengabaikan aspek penting dari perkembangan holistik anak, termasuk kreativitas, rasa ingin tahu, dan kecintaan terhadap belajar.

Memaksa anak usia dini untuk pandai membaca dan berhitung dapat membawa beberapa risiko, antara lain:

  •  Stres dan Tekanan 

Anak-anak yang dipaksa untuk belajar di luar kemampuan perkembangan mereka dapat mengalami stres dan tekanan yang berlebihan, yang dapat mengganggu kesejahteraan emosional mereka.

  • Kehilangan Minat Belajar 

Tekanan untuk belajar secara formal bisa membuat anak kehilangan minat alami mereka terhadap proses belajar. Pembelajaran yang seharusnya menyenangkan menjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 

  • Hambatan Perkembangan Sosial dan Emosional 

Fokus yang berlebihan pada keterampilan akademis dapat mengabaikan perkembangan sosial dan emosional anak, yang juga sangat penting pada usia dini. Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan yang menyenangkan dan sesuai dengan usia sangat dianjurkan. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh orang tua dan pendidik meliputi: 

Pembelajaran Melalui Bermain 

Menggunakan permainan edukatif yang melibatkan huruf dan angka dapat membantu anak belajar membaca dan berhitung tanpa merasa tertekan. 

Pembelajaran Melalui Bermain 

Melibatkan anak dalam aktivitas kreatif seperti menggambar, menyanyi, dan bercerita dapat merangsang minat mereka dalam membaca dan berhitung. 

Interaksi Sosial 

Mendorong anak untuk berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka dalam aktivitas kelompok dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kognitif secara bersamaan.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik anak. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi: 

  • Memahami Kebutuhan Perkembangan Anak 

Orang tua dan pendidik harus memahami bahwa setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda dan tidak semua anak akan siap untuk belajar membaca dan berhitung pada usia yang sama.

  • Memberikan Dukungan dan Dorongan Positif

Memberikan dukungan dan dorongan yang positif serta menghindari tekanan yang berlebihan akan membantu anak merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar.

  • Menghormati Proses Belajar Anak

Menghormati proses belajar anak dengan membiarkan mereka belajar melalui eksplorasi dan bermain akan menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan efektif. 

Orang tua dan pendidik memiliki peran krusial dalam memastikan bahwa proses belajar anak-anak berjalan dengan seimbang. Mereka perlu memahami dan menghormati ritme perkembangan setiap anak, memberikan dukungan yang positif, dan menciptakan suasana belajar yang menggembirakan. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya akan belajar membaca dan berhitung dengan efektif, tetapi juga akan mengembangkan rasa cinta belajar yang akan bertahan seumur hidup. 

Meskipun tujuannya jelas, implementasi Permendikbud Nomor 18 Tahun 2018 menghadapi berbagai tantangan. Banyak guru dan institusi PAUD yang masih berpegang pada metode pembelajaran tradisional yang berfokus pada keterampilan akademis. Selain itu, sebagian orang tua juga memiliki harapan yang tinggi terhadap pencapaian akademis anak-anak mereka sejak dini, yang seringkali dipengaruhi oleh kekhawatiran tentang masa depan pendidikan anak. Untuk mengatasi tantangan ini, perlu adanya pelatihan dan sosialisasi yang menyeluruh bagi pendidik dan orang tua mengenai manfaat pendekatan holistik dan non-skolastik. Pendidik perlu dilatih untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang diamanatkan oleh Permendikbud, serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mendukung.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Permendikbud Nomor 18 Tahun 2018 merupakan langkah progresif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini di Indonesia. Dengan menghindari pendekatan skolastik yang memaksa, regulasi ini berupaya menciptakan lingkungan belajar yang lebih ramah anak dan mendukung perkembangan holistik mereka. Meskipun implementasinya menghadapi berbagai tantangan, dengan kerjasama yang baik antara pendidik, orang tua, dan pemerintah, tujuan dari kebijakan ini dapat tercapai. Masa depan pendidikan anak-anak Indonesia tergantung pada bagaimana kita menerapkan prinsip-prinsip ini dalam praktik sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun