Penulis: Safia Safitri
Pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan penting dalam pembentukan karakter dan perkembangan kognitif anak. Di tengah tantangan globalisasi dan tuntutan akademis yang semakin tinggi, banyak negara, termasuk Indonesia, berupaya memperbaiki sistem pendidikan mereka. Dalam upaya ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2018 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini. Salah satu poin krusial dalam regulasi ini adalah Pasal 9, yang menekankan bahwa pembelajaran PAUD tidak menggunakan pendekatan skolastik yang memaksa peserta didik secara fisik maupun psikis untuk memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.Â
Pasal ini menghadirkan perubahan signifikan dalam pendekatan pendidikan anak usia dini, menggeser fokus dari pencapaian akademis dini menuju pengembangan holistik anak. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih ramah anak, yang mendukung perkembangan emosional, sosial, dan fisik mereka tanpa tekanan yang berlebihan. Namun, implementasi dari regulasi ini menimbulkan beragam pandangan dan opini, baik dari para pendidik, orang tua, maupun pemerhati pendidikan.Pendidikan anak usia dini harus mencerminkan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak. Pada masa ini, anak-anak belajar melalui bermain dan interaksi sosial, bukan melalui metode pembelajaran yang formal dan kaku. Tekanan untuk cepat pandai membaca dan berhitung dapat mengabaikan aspek penting dari perkembangan holistik anak, termasuk kreativitas, rasa ingin tahu, dan kecintaan terhadap belajar.
Memaksa anak usia dini untuk pandai membaca dan berhitung dapat membawa beberapa risiko, antara lain:
- Â Stres dan TekananÂ
Anak-anak yang dipaksa untuk belajar di luar kemampuan perkembangan mereka dapat mengalami stres dan tekanan yang berlebihan, yang dapat mengganggu kesejahteraan emosional mereka.
- Kehilangan Minat BelajarÂ
Tekanan untuk belajar secara formal bisa membuat anak kehilangan minat alami mereka terhadap proses belajar. Pembelajaran yang seharusnya menyenangkan menjadi sesuatu yang tidak diinginkan.Â
- Hambatan Perkembangan Sosial dan EmosionalÂ
Fokus yang berlebihan pada keterampilan akademis dapat mengabaikan perkembangan sosial dan emosional anak, yang juga sangat penting pada usia dini. Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan yang menyenangkan dan sesuai dengan usia sangat dianjurkan. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh orang tua dan pendidik meliputi:Â
Pembelajaran Melalui BermainÂ
Menggunakan permainan edukatif yang melibatkan huruf dan angka dapat membantu anak belajar membaca dan berhitung tanpa merasa tertekan.Â
Pembelajaran Melalui BermainÂ
Melibatkan anak dalam aktivitas kreatif seperti menggambar, menyanyi, dan bercerita dapat merangsang minat mereka dalam membaca dan berhitung.Â