Puisi memiliki keajaiban lewat setiap kata yang akan membawa kita pada satu perjalanan melintasi lautan kata yang penuh perasaan, menuju ruangan imajinasi yang tidak ada batasnya. Dalam perjalan puisi ini, penggambaran yang khas menuju pada puisi Perahu Kertas ciptaan Sapardi Djoko Damono seorang “Penyair Suasana” yang nantinya akan membawa kita memasuki dunia perasaan lewat bait-bait kata yang indah.
Kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono merupakan terbitan puisi pada taahun 2018. Lewar judulnya, “Perahu Kertas” mengambarkan petualangan literasi yang unik. Perahu yang digambarkan sebagai metafora perjalanan hidup, sedangkan kertas digambarkan sebagai media jejak perasaan.Seperti pada judulnya, di dalam buku Sapardi tersebut terkandung 42 sajak yang memiliki judul khas mengenai penggambaran masa kanak-kanak yang memiliki jiwa khayalan yang tinggi. Tetapi jika diulik lebih dalam, puisi Sapardi ini memiliki makna renungan mendalam tentang manusia.
Dalam penulisan puisinya, Sapardi sangat terampil dalam memilih kata yang sederhana namun memiliki makna mendalam, Sehingga saat kita membaca puisi-puisinya terasa begitu akrab oleh alat indra kita. Contoh saja dalam puisi Telinga (hal 1 ) dalam bait “ia digoda masuk ke telinganya sendiri agar bisa mendengar apapun secara terperinci—setiap kata, setiap huruf, bahkan letupan dan desis yang menciptakan suara” bait diatas memiliki makna untuk memahami diri sendiri maupun orang lain. Karena telinga adalah alat indra yang kita gunakan untuk memahami bagaimana seseorang tersebut lewat tutur kata atau juga memahami diri sendiri lewat tutur kata kita juga.
Seperti dalam Sajak Bunga 1 dibaitnya, Bahkan bunga rumput itu pun berdusta. ia kembang di sela-sela geraham batu-batu gua pada suatu pagi dan malamnya menyadari bahwa tak nampaj apapun dalam gua itu dan udara ternyata sangat pekat dan tercium bau sisa bangkai dan mendenegar seperti ada embik terpataj dan ia membayangkan hutam terbakar dan setelah api—Teriaknya “itu semua pemandangan bagi kalian saja, para manusia. Aku ini si bunga rumput; pilihn dewata!” imaji lihatan dalam puisi ini, Sapardi seperti “memerangkap” pembacanya untuk ikut dalam daya imajinasinya yang begitu sederhana Dimana bunga rumput digambarkan layaknya manusia yang berdusta. gambaran dalam bait tersebut, menggambarkan manusia yang tidak mau dianggap remeh. Walaupun kita sudah melihat realitas mereka, tetap tidak meluluhkan hati mereka untuk mengakui sebuah kekalahan.
Terdapat juga majas paradoks dalam sajak Kukirinkan Padamu di baitnya aku, tentu saja, tak ada di antara mereka. Namun ada menggambarkan sebuah kenangan. Ketika seseorang tersebut tidak ada disamping kita, hanya kenangannya yang dapat mengobati rasa rindu kita kepadanya seperti pada bait kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku, Dimana dalam baitnya ia begitu detail menggambarkan kartu pos yang ia kirimkan ke istrinya agar kartu pos tersebut dapat menjadi ciri khas akan dirinya. karena definisi kenangan adalah sesuatu hal tentang seseorang
Setiap sajak yang dibawakan Sapardi memiliki filososf yang mendalam terlebih sifat-sifat manusia. Malalui bait yang sarat ini, penulis menyelipkan renungan mendalam menganai perjalanan hidup. Tiada manusia yang sempurna, tetapi kita bisa menjadi insan yang terus baik di perjalanan hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H