Masih ingat dengan kejadian viral tentang modus penipuan penukaran uang di Bali pada bulan maret 2023 lalu di jagad dunia maya? Kejadian itu secara tidak langsung menguak fakta besarnya jumlah penukaran uang di Indonesia. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengemukakan bahwa penukaran mata uang asing di Pulau Bali saja mencapai Rp405,6 miliar pada bulan Mei 2022. Sungguh angka yang fantastis mengingat penukaran mata uang selama ini dilihat sebagai salah satu kegiatan yang merepotkan dan mahal.
Bukan tanpa alasan, melainkan karena adanya perbedaan kebijakan dan infrastruktur antar negara yang mengakibatkan seseorang perlu membayar lebih untuk melakukan penukaran uang, belum lagi jika harus datang ke lokasi serta mengantre untuk mendapatkan mata uang yang dibutuhkan. Memang ada beberapa bank yang menyediakan layanan lintas negara, seperti fitur penukaran uang melalui aplikasi lalu menariknya di atm yang ada di negara terkait, namun layanan tersebut tidak dimiliki oleh semua bank dan cakupannya yang terbatas.
Masalah pada kegiatan penukaran uang semakin diperumit dengan adanya tuntutan masyarakat global untuk kehadiran sistem pembayaran yang lebih cepat, efisien, dan transparan. Pada tuntutan yang lebih ekstra, hadir harapan adanya satu sistem digital yang bisa digunakan untuk banyak hal sekaligus, termasuk terkait pembayaran, dan bukan aplikasi terpisah antara satu kegunaan dengan kegunaan lainnya.Â
Tuntutan adanya satu sistem untuk semua dikarenakan kehadiran era IoT yang seolah mengakibatkan berbagai organisasi menjadi latah untuk mengembangkan aplikasi digitalnya masing-masing, sehingga justru mengakibatkan ketidakefisienan pada terobosan itu sendiri. Belum lagi ditambah adanya kebijakan untuk mengonversi mata uang asal ke dolar terlebih dahulu sebelum kemudian diubah kembali ke dalam mata uang tujuan. Sungguh sangat tidak efisien serta jauh dari kata cepat, terlebih murah.
Bank Indonesia merespon masalah tersebut dengan mengeluarkan terobosan konektivitas pembayaran berbasis fast payment dalam ruang lingkup ASEAN. Konektivitas pembayaran menghasilkan inovasi QRIS Cross-Border yang sudah dapat diimplementasikan di Thailand kemudian disusul oleh Malaysia di tahun 2022.Â
Adanya inovasi QRIS Cross-Border memungkinkan penduduk dari Indonesia, Thailand, dan Malaysia untuk melakukan transaksi jual-beli di antara ketiga negara tersebut tanpa harus mengonversi mata uang secara manual, melainkan dapat langsung memindai barcode QRIS yang tersedia. Nantinya akan terlihat opsi mata uang tujuan yang akan dikonversi, sehingga setelah nominal diinput, maka akan otomatis melakukan konversi ke dalam mata uang tujaun. Secara tidak langsung, apabila orang Indonesia berjalan-jalan ke Thailand dan melakukan pembayaran QRIS lintas border, ia cukup membawa gawai berisi uang digital dengan mata uang rupiah, dan sistem akan otomatis mengonvirmasinya.
Konektivitas sistem pembayaran antar negara dikembangkan lebih lanjut pada Proyek Nexus, dimana kali ini melibatkan lebih banyak stakeholders, yakni beberapa bank sentral di ASEAN, seperti Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT). Kolaborasi kelima bank didukung oleh Bank for International Settlements dalam upaya menelaah lebih jauh potensi konektivitas pembayaran berbasis fast payment di ASEAN.
Inovasi yang berusaha dikembangkan dalam konektivitas sistem pembayaran di ASEAN tidak hanya berimplikasi pada semakin mudahnya proses transaksi yang dijalankan secara mikro, namun juga secara tidak langsung menghapus batas-batas ekonomi negara di ASEAN secara makro. Hal itu akan memudahkan stakeholder untuk melakukan kerja sama lintas border dan memperkuat posisi ASEAN secara politik maupun ekonomi di mata global.
Terlepas dari itu semua, bayangkan jika dengan sistem manual yang cukup rumit, mahal, dan merepotkan saja angka penukaran mata uang dapat mencapai puluhan milyar, bagaimana jika proses transaksi kemudian dapat dilakukan melalui gawai yang kita miliki dengan cepat, murah, dan efisien? Sungguh kebijakan dengan makna harfiah dari upaya menuju ekonomi di dalam genggaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H