Namanya adalah Shelby, seorang siswa di salah satu SMA swasta ternama di bandung. Ini adalah tahun keduanya di sekolah itu dan sekarang ia sedang mempersiapkan diri untuk pergantian ketua ekskul, sebenarnya mempersiapkan diri bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkannya karena Shelby adalah orang yang cuek bahkan sama sekali tidak peduli dan menganggap semua ini tanpa serius.
Shelby hadir tanpa persiapan dan sama sekali tidak mengharap untuk terpilih, namun tanpa diduga hasil voting berkata lain. Shelby tertegun melihat namanya mendapat voting paling banyak. Terpaku tak bisa berkata ia tak tahu apa yang harus diperbuat.
"Ok Shelby, hasil votingnya menunjukkan kalau kamu yang berhak memikul tanggung jawab sebagai ketua, selamat ya"
"Selamat Shelby, jalankan tanggung jawabmu ya"
"Oooo okee"
Shelby tak bisa memprotes apa yang jatuh menimpanya, apakah petaka atau satu keberuntungan terlebih saat mengetahui wakilnya bukanlah orang yang akrab dengannya. Shelby sama sekali tidak mengenalnya, bahkan selama satu tahun mereka ada di satu organisasi yang sama hampir sama sekali tidak ada percakapan di antara mereka. Dalam hati Shelby terbisik
"Aduh bagaimana ini, kok malah jadi begini sih"
Niam namanya, anak kelas bahasa 4 yang kini ditunjuk menjadi wakil Shelby. Mungkin hal yang sama juga dirasakan Niam, atau bahkan lebih buruk Niam tidak menyukai Shelby. Entah apa yang ada dalam pikirannya, yang Shelby tahu ini semua bukanlah suatu hal yang ia harapkan.
"Niam"
"Iya"
"Gimana ya"
"Gimana apanya?"
"Enggak"
Obrolan canggung yang Shelby lontarkan tidak seperti dirinya yang biasa, entah apa maksudnya yang jelas Shelby berusaha mengendalikan keadaan rumit yang tidak sesuai dengan perhitungannya. Masih menerka apa yang Niam pikiran tentang dirinya, begitu sulit Shelby cerna ditambah kecanggungan yang mempersulit usahanya. Seminggu berlalu terasa sangat lamban, Shelby dibebani tugas administrasi yang tentu saja sudah jelas ia malas untuk menyelesaikannya. Ditambah komunikasi dengan Niam yang buruk bukan tidak mungkin tugas yang seharusnya ia selesaikan dengan mudah malah sulit untuk diselesaikan.
"Belum sempat menyesuaikan diri sudah ada beban baru saja, hadehhh hidup-hidup..... memang menyusahkan"
Dering handphone Shelby terdengar, Â terlihat ada pesan dari Niam di grup.
" Teman-teman bulan depan nanti ada perlombaan untuk ekskul kita, bagaimana kalau kita ikut? Ini bisa jadi lomba perdana untuk kita"
Seakan jantung Shelby berhenti berdetak melihat pesan yang Niam kirim, setengah tidak percaya dengan pemikiran Niam. Bagaimana bisa mereka dalam keadaan internal organisasi yang masih belum stabil dan dengan waktu yang sangat singkat mengikuti perlombaan bergengsi, kira-kira seperti itu yang muncul di otak Shelby. Sedikit kesal dengan Niam yang tidak memberikan informasi itu ke Shelby terlebih dahulu, Shelby merasa Niam tidak membutuhkan second opinion dari Shelby tapi apa boleh buat mengingat mereka ada dalam keadaan yang rumit, di antara dua orang yang tidak akrab tetapi dipaksa untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara intens.
Keesokan harinya Shelby, Niam, dan anak-anak ekskul lainnya berkumpul membahas atau mungkin kata yang tepat adalah berdebat tentang apa yang harus mereka lakukan, apakah mengikuti perlombaan itu atau tidak. Shelby bersikeras untuk memfokuskan diri pada hal lain dibandingkan dengan perlombaan, tetapi Niam ingin mengikuti perlombaan itu, tidak sedikit yang memihak Shelby namun begitu juga dengan Niam. Di sisi lain ini bertentangan dengan keinginan Shelby untuk memperdebatkan hal seperti ini di saat seharusnya mereka bersatu, tapi tidak mungkin juga Shelby pasrah mengikuti apa yang Niam inginkan.
Â
" Shelby ayo dong ini perlombaan perdana kita "
" Tapi keadaan internal pun belum kondusif Niam"
" Tapi bagaimana kalau kita tidak mengikuti yang satu ini nanti tidak ada perlombaan lain lagi "
Setiap orang berdebat saling mengemukakan pendapatnya masing-masing. Sekarang kemampuan Shelby diuji, apakah dia mampu menjalankan kewajibannya sebagai ketua atau malah sebaliknya adalah kesalahan dari awal untuk mempercayakan tanggung jawab ini kepada Shelby. Wajah Niam terlihat merah padam memandangi anggotanya yang berdebat, Shelby termenung memperhatikan keadaan. Niam sepertinya kesal dengan anggotanya yang menentang kehendaknya, karena sejujurnya yang Niam inginkan adalah yang terbaik untuk mereka sendiri.
Pertemuan itu pun diakhiri tanpa kejelasan, setiap orang mungkin merasa gusar dengan satu sama lain terlebih mungkin Niam kesal dengan Shelby yang mungkin ia rasa menjadi penyebab semua ini, bukannya memperbaiki Shelby hanya makin memperparah mungkin itu yang ada di pikiran Niam. Shelby mulai terpikirkan tentang itu, apakah dia yang egois atau ini adalah salah Niam yang tidak berkomunikasi dengan dirinya tetapi yang jelas ia mulai meragukan pikirannya sendiri. mungkin sudah saatnya ia yang mulai memperbaiki jika bukan dirinya siapa lagi, Shelby pun bertekad menemui Niam besok.
Keesokan harinya Shelby bergegas menemui Niam di sekolah saat istirahat pertama.
"Hey Niam"
"Apa"
"Maaf ya kemarin"
"Oke"
Lagi-lagi kecanggungan di antara mereka, Shelby tidak pernah merasa seperti ini jika dengan orang lain.
"Niam aku mau memperbaiki keadaan"
"Oke, bagaimana ?"
"Kalau menurutku seperti ini..."
Shelby pun berdiskusi dengan Niam selama istirahat pertama, saling bertukar pikiran dan mencapai satu pemahaman di lembaran yang sama. Tak pernah Shelby sangka ternyata selama ini yang mereka perlukan adalah komunikasi. Setelah itu mereka berdua sepakat untuk membicarakan semua dengan anggota ekskul yang lain pada pertemuan selanjutnya lusa nanti.
2 hari berlalu tibalah saatnya pertemuan, saat ini Shelby harus dewasa dan menanggapi kejadian-kejadian seperti ini dengan serius.
"Oke jadi Niam dan aku sudah berdiskusi tentang masalah kita ini dan..."
"Dan bagaimana?? Pokoknya kami tidak mau kalau sampai tidak mengikuti perlombaan ini"
Salah seorang memotong saat Shelby sedang berbicara, ini jelas memancing emosi dari orang yang pro dengan Shelby, seperti kemarin keributan kembali terjadi.
"WOY DIAM DONG"
"....."
"Ayo Niam sampaikan apa yang kita sepakati kemarin"
"Iya, jadi teman-teman aku dan Shelby sepakat untuk memfokuskan diri dengan permasalahan internal untuk 1 minggu pertama ini, lalu untuk 3 minggu kemudian kita fokuskan latihan untuk lomba tetapi aku dan Shelby tekankan latihan dengan intensitas tinggi dan tanpa libur jika ingin mengikuti perlombaan"
"Bagi yang ingin mengikuti perlombaan aku dan Niam anggap kalian setuju dan mau tidak mau mengikuti persyaratan yang kami sepakati"
Anggota yang lain termenung, karena bagi mereka itu adalah persyaratan yang berat untuk latihan 6 hari dalam seminggu selama 3 minggu sepulang sekolah. Orang-orang yang hanya ingin mengikuti perlombaan tanpa memikirkan beratnya berlatih pun berhenti menekan Shelby mendengar apa yang Niam katakan tentang kesepakatan mereka.
     Â
Mereka sepakat dengan persyaratan yang diberikan dan akan menyelesaikan permasalahan internal mereka dalam seminggu pertama ini. Niam senang dengan keputusan yang dirinya dan Shelby buat, mereka berhasil menyelesaikan permasalahan di antara mereka dan berdua  berhasil memimpin anggotanya dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H