Mohon tunggu...
Safari ANS
Safari ANS Mohon Tunggu... -

Journalist Independent \r\n\r\nsafari_ans@yahoo.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bupati Belitong Bisanya Kerja Tak Pandai Beropini

24 April 2017   10:32 Diperbarui: 24 April 2017   20:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BUPATI BELITONG BISANYA KERJA TAK PANDAI BEROPINI

Bupati Belitung Sahani Saleh memang tak pandai beropini, apalagi mengatur berita yang baik dan menguntungkan. Banyak apa yang telah dia kerjakan tak diketahui masyarakat luas. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa bupatinya tidak bekerja selama ia menjabat. Bahkan pidato bupati satu ini tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia secara sempurna. Tujuh puluh persen pidato bahasa Belitong kasar ala preman kampung. Sering orang mengatakan, ia tak sopan dan tak layak jadi bupati.

Tetapi orang kampung di Belitong amat mencintainya. Ia garang kepada siapa yang dianggapnya pengacau. Sebentar-sebentar ia ancam musuhnya dengan parang, golok khas Belitong. Pernah segerombolan wartawan dikejarnya dengan parang ini, gara-gara wartawan ini memprovokasi masyarakat desa pulau Selat Nasik menolak pembangunan jalan beraspal hotmix. Akhir masyarakat berbalik, diajak Sahani Saleh menghajar wartawan itu. Dia hanya mikir, bagaimana mungkin masyarakat menolak pengaspalan seluruh jalan di pulau itu.

Bersama Bupati Belitong Kunjungi Pulau-Pulau

Pada zaman bupati yang lama, barangkali ulah wartawan itu berujung dengan damai. Tetapi dengan Sahani Saleh justru berakhir sebaliknya. Ratusan orang di pulau Selat Nasik akhirnya siap gerak mengusir wartawan apabila berkunjung ke pulau itu. Merasa diintimidasi, wartawan pun lapor ke Polres Belitung. Tak mempan dengan Polres Belitung, wartawan pun lapor ke Polda Babel (Bangka Belitung). Akhirnya, polisi mengarahkan agar wartawan itu minta maaf sama Sahani Saleh.

Sikap ini terus berkembang. Ketika pemerintah pusat telah menetapkan untuk membiayai perbaikan belasan lapangan sepak bola di Belitung. Satu lapangan dibiayai Rp 200 juta. Tetapi begitu uang dirop ke Provinsi Babel, uang itu dibagikan juga ke kabupaten lainnya di Babel. Akhirnya ia hanya kebagian 5 lapangan bola saja. Ia marah kepada pemerintah pusat. Ia tak mau menerimanya. Iya terpaksa pusat tarik lagi uang itu dan megantinya dengan kebijakan lain. Begitulah pola liku Pak Sanem, nama panggilan akrab di kalangan teman-teman.

Kegarangannya itu, ia digelari teman-temannya sebagai Tok Lanum. Predikat yang memiliki historis di Belitong bahwa orang Belitong dulunya pernah berasal dari keturunan Lanum atau bajak laut. Kata "Tok" panggilan untuk seorang "Datok" yang berlaku bagi adat Melayu. Pernah suatu ketika, ada kapal isap mau beroperasi di wilayahnya, sekitar tahun lalu. Ia diajak oleh masyarakat anti kapal isap (isap timah di perairan) membakar kapal itu, karena mengganggu eko sistem laut. Kapal isap dianggap bisa menggagalkan wisata laut Belitong saat ini, kapal isap juga mengganggu usaha nelayan Belitong. Sahani Saleh berada di tengah masyarakat yang siap membakar kapal isap. Bahkan mesin pemotong kapal isap yang terbuat dari besi itu pun telah siapkan. Untung pihak aparat berjaga dengan baik, dan kapal isap pun siap pergi jauh di luar wilayahnya.

Kini Pak Senem pusing, lantaran sejumlah kewenangan bupati dipereteli. Ia tak lagi berwenang atas laut. Semua lautan di wilayahnya telah menjadi kewenangan gubernur seperti juga IUP (Izin Usaha Penambangan). Tetapi ia masih punya kewenangan rekomendasi. Apabila dia tidak memberikan rekomendasi, maka IUP atau apalah yang menjadi kewenangan gubernur, maka izin gubernur jangan harap keluar.

Pak Sanem telah membuat Perda di Belitung yang mengatur pantai. Ia tidak mau meniru kegagalan wisata pantai Banten. Pantai tertutup bagi publik. Ia ingin seperti Bali. Kalau UU agraria mengatur 200 meter bibir adalah wilayah publik, maka Perda Pak Sanem hanya mengatur 50 meter dari bibir pantai. Kalau 200 meter trrlalu jauh. Boleh memiliki katanya, tetapi tidak boleh membangun. Pokoknya pantai wisata Belitung bisa diakses oleh siapa saja tanpa bayar.

Kini Belitung telah memiliki pelabuhan internasional. Nanti Sriwijaya menyediakan jalur Kuala Lumpur - Tanjung Pandan Belitung. Lion juga menyiapkan jalur internasionalnya. Tak ketinggalan Garuda. Bahkan kini akan ada 4 event besar di Belitung yang setiap tahun dilaksanakan secara rutin. Belliton Marathon, Billiton Fun Bike, Billiton Extreme Game, dan Billiton Family Camp. Acara itu akan terselenggara selang tiga bulan, sehingga Belitong akan selalu ramai.

Belitong memang akan selalu ramai, Gudang Garam Grup saja sudah beli lahan yang di Kecamatan Membalong. Mereka akan bangun sebuah kawasan eksklusif di dekat Arum Dalu Resort yang kini terkenal amat eksklusif. Bahkan Tomy Winata sendiri sudah mengkavling juga di wilayah ini. Hotel Santika di jajaran Tanjung Tinggi dekat pantai Laskar Pelangi sebentar lagi beroperasi. Dan masih banyak grup-grup lainnya yang sudah mengkavling pulau Belitong.

Sahani Saleh pun berpikir, bahwa rakyat kelak kalau begini memang akan gigit jari. Setiap hari kantor pajak di Belitong ramai orang bertransaksi jual-beli tanah. Ia hanya mampu sebatas menghimbau agar masyarakat Belitong jangan menjual tanahnya, tetapi kerjasama seperti kabanyakan masyarakat Bali. Tetapi Pak Sanem hanya punyak hak untuk menghimbau, tidak bisa melarang. Kini pantai Belitong hampir habis terjual. Karena masyarakatnya tak sabar, segera ingin punya uang banyak. Ada penduduk menjual tanah dalam hitungan milyaran rupiah. Bahkan ada yang menjual lahannya hingga Rp 40 milyar.

Pak Sanem bercerita kalau ia menghitung rumah rakyat tak layak huni berkisar 800 rumah. Ia targetkan rumah telah selesai tahun 2018. Tetapi ia bilang, ternyata habis tahun ini setelah ia sibuk melobi Menteri Perumahan Rakyat dan biaya CSR di Jakarta. Kini di Belitong tidak lagi rumah masyarakat yang tak layak huni. Bahkan rumah di Belitong rata-rata memiliki dua unit motor.

Tak hanya itu, ketika ditanya soal listrik, ternyata Belitong sudah surplus. Tak ada lagi listrik nyala bergiliran seperti dulu. Bahkan di pulau Rengit, masyarakatnya telah menggunakan solarsel untuk perumahan mereka. Tetapi tak begitu di kabupaten Belitung Timur yang dulunya pernah memiliki pambangkit listrik terbesar di Asia.

Kini Belitong yang dipimpin Sahani Saleh memiliki lembaga yang mengayom GeoPark. Mereka terdiri dari alumni ITB. GeoPark belakangan ini sibuk mencari lokasi-lokasi baru yang siap mereka bina. Ada Bukit Paramun di Desa Aik Selumar Kecamatan Sijuk. Ada air terjun bertungkat enam di Desa Aik Nangka di Kecamatan Membalong. Dan masih banyak GeoPark lainnya lagi yang akan mereka bina. Kelak Belitong akan mengalahkan Langkawi Malaysia, jika konsep GeoPark terus dikembangkan di Belitong.

Dibandingkan provinsi Babel, Belitong sendiri jauh meninggalkan kabupaten lainnya di Babel. Pernah suatu ketika bahwa konsep Laskar Pelangi itu menjadi merek provinsi, sehingga banyak orang salah naik pesawat ke Pangkal Pinang untuk datang ke Rumah Sekolah Laskar Pelangi. Padahal jarak antara pulau Bangka dan pulau Belitong amat jauh. Sekitar 30 menit penerbangan. Atau sekitar 6 jam perjalanan laut. Kalau ke Laskar Pelangi mesti ke Tanjung Pandan bukan ke Pangkal Pinang kalau naik pesawat. Kini merek itu tetapkan punya Belitung dan Belitung Timur, karena pantai tempat syuting film Laskar Pelangi ada di Belitung dan sekolah Laskar Pelangi ada Belitung Timur, sedangkan di pulau Bangka tak ada hubungan dengan cerita Film Laskar Pelangi.

Sahani Saleh adalah birokrat sejati, ia tak pandai berdiplomasi, ia tak pandai beropini seperti layaknya kalangan politikus sejati. Ia tak pandai membuat citra baik atau buruk. Ia hanya pandai bekerja. Ia hafal semua liku-liku wilayahnya dan programnya. Ia tau rakyat mana yang menderita. Ia tau apa yang mesti ia perbuat, tetapi ia tidak pandai menyusun konsep agar bagus untuk disajikan kepada investor atau siapapun. Ia mengeluarkan dana dalam kampanye. Orang pilih silahkan, ndak pilih pun ia nggak apa-apa. Begitulah ia apa adanya. Ia tak pandai cari uang dengan menggunakan jabatannya. Sehingga walaupun ia bupati, tetapi rezeki tetap saja kayak dulu.

Pak Sanem selalu mengatakan, bahwa Provinsi Babel tidak banyak membantu Belitong. Membuat ia susah sih iya. Banyak program yang ia lobi di tingkat pusat, tetapi begitu giliran transfer uang pembangunan dari pusat harus melalui rekening Provinsi Babel. Sesampai di Babel, dana pembangunan hasilnya lobinya dipergunakan Provinsi Babel untuk kabupaten lainnya juga.

Belum soal jalan. Di Belitong ada jalan kabupaten, artinya di bawah tanggung jawab dia. Ada jalan provinsi, artinya tanggung jawab Gubernur. Dan ada jalan APBN, artinya tanggung jawab Presiden. Kini jalan kabupaten telah bagus di Belitong, tetapi jalan pronvinsi dan jalan APBN telah hancur. Masyarakat mengeluh hanya kepadanya. Katanya, Bapati  Sahani Saleh tak becus bekerja, jalan saja jelek tak seperti Pak Darmansyah jalan Belitong semua bagus. Darmansyah adalah bupati sebelumnya. Darmansyah lama menjadi anggota DPR RI sebelum menjadi bupati Belitong dua periode.

Singkat cerita, Pak Sanem adalah sosok Bupati kerja, perlu didampingi para konseptor Belitong agar menjadi distinasi wisata Indonesia yang mengagumkan dunia. Semoga saja rakyat Belitong pandai memilah, mana yang baik dan mana sempurna. Mana yang memang tugasnya berkorban buat rakyat, dan mana yang pandai beropini. Yang jelas Sahani Saleh atau Pak Sanem hanya bisa kerja tetapi tidak pandai beropini. Salam *****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun