Mohon tunggu...
safa nailul
safa nailul Mohon Tunggu... Editor - content creator

dari dulu saya suka menggambar dan mengedit sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan

1 Desember 2023   08:38 Diperbarui: 1 Desember 2023   08:41 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada suatu suntuk, kau datang bersama sepucuk kenangan tidak dengan judulnya. Berhamburan bunga yang mewangi, dingin dan berisik.
Ricik air masih menjadi teman,
bagi ampas kopi yang tak pernah diteguk.
Sementara kata masih kurangkai menjadi payung pembawa reda.

Kala itu riuh doa mengetuk pintu, menjelma menjadi secuil rima semoga.
yang menjadi penghibur sepah, penghanyut segala gundah.

Kopi tak perlu gula untuk mencari kekasihnya. Barangkali rintik-rintik gerimis dikirim untuk menyeduh kopi yang kerontang dengan rasa.

Hujan itu masih menusuk-nusuk sepi,
campur aduk menjadi puisi.
Hujan masih membasahi melati ditepi pagi, hingga tidur menjemput mimpi.

Hujan kala itu tak pernah letih, tapi engkau tidak pernah menjadi yang fasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun