Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Author Wannabe

Cuma pengen nulis apa yang pengen aku tulis. Sastra Inggris UNDIP angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulitnya Mencari Makan - Paradoks Moral Akan TikTok Gift Challenge

29 Desember 2022   12:00 Diperbarui: 29 Desember 2022   12:01 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot oleh pengguna facebook Yann Ndexx

Berbagai alasan dapat bermunculan atas terjadinya fenomena seperti ini seperti misalnya adalah batas kemampuan seseorang dalam menanggapi keadaannya. Alasan-alasan tersebut tidak dapat disalahkan begitu saja sebab itu adalah hal yang tak terhindarkan. Pada dasarnya manusia terlahir dan hidup dengan situasi yang berbeda. Teori Binary Opposition begitu menggambarkan kenyataan yang ada. Tidak akan ada satu istilah jika tidak ada kebalikannya. Kaya tidak akan ada tanpa miskin; mudah tidak akan ada tanpa sulit; kenyang tidak akan ada tanpa lapar, tidak ada sehat tanpa sakit, begitu seterusnya. Begitu pula, tindakan yang diambil tidak serta-merta bisa dibenarkan begitu saja. Pertimbangan tentu harus dilalui lebih dari sekali apakah itu hal yang benar atau sebaliknya.

Teknologi datang sebagai medium para produsen dengan pasar. Dengan kemunculan fitur gift pun diharapkan para konsumen dapat mengapresiasi penyedia hiburan. Apresiasi bisa ditujukan kepada apa pun entah itu karya seni lukisan, perabotan rumah tangga, film, dan hiburan interaktif seperi fenomena di atas.

Memang benar ungkapan mengenai benar-salah atau kekurangan-kelebihan bisa saja muncul dalam berbagai hal, itulah yang menandai bahwa suatu hal itu eksis dan nyata. Namun, tidak ada yang bisa menilai secara objektif fenomena ini secara mendalam, hanya pendapat-pendapat subjektif dari tiap individu berdasar ideologi yang sudah terpatri di dalam diri mereka. Apakah fenomena konten tersebut salah? Tidak ada jawabannya. Apakah fenomena tersebut bisa dibenarkan? Jawabannya pun sama, tidak ada.

Mohon maaf jika ada kekeliruan di dalam logika maupun bertutur kata.

Sources:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun