Namun meskipun sedemikian banyak contoh dan argumen yang kita ajukan, toh mereka masih "ngotot" mempertahankan kesalahan itu. Salah satu penolakan yang agak aneh adalah "Ini dialek daerah saya!". Dan alasan penolakan yang lebih aneh: "Yang penting sama sama ngertinya" Ya, benar, memang sama sama mengertinya, karena yg diperbincangkan adalah kejadian sehari-hari - pada saat memperbincangkan sesuatu yang lebih serius misalnya tentang keilmuan, tentu mereka tak bisa lagi menulis dengan benar dan kalaupun ada, tulisan yang benar tak akan bisa mereka tangkap dengan tepat. Anehnya cukup banyak diantara mereka yang selalu mengajak mari kita lestarikan busaya Jawa - ayo nguri-uri boso Jowo ha ha ha. Tak jelas apa yang akan dilestarikan, yang salah itu atau yang benar.
Pertanyaannya kemudian "Apakah bahasa Jawa hanya akan menjadi bahasa "percakapan sehari-hari ? Alias bahasa pasar saja?".
Maka teringatlah saya dengan sebuah slogan salah tulis, tetapi sangat populer beberapa waktu yang lalu: "Aku rapopo"Â (seharusnya aku rapapa dari kata "aku ora apa-apa")
Wah.....jangan-jangan ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H