Mohon tunggu...
Sae Saestu
Sae Saestu Mohon Tunggu... -

orang biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kebersihan Sekolah dengan BOS Tanggung Jawab Siapa?

13 September 2014   20:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:47 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kalau dulu saya masih di Sekolah Dasar, yang namanya sampah itu hanya terbatas dedaunan dan kertas (rasanya jarang sekali saya lihat), Tetapi sekarang ini .....,astaga ..... botol minum, plastik bungkus kue, kulit kacang, bekas mainan yang rusak dan daun-daun yang gugur.


Anak-anak di sekolah ini memiliki kedisiplinan yang saya anggap cukup, selalu membuang sampah di keranjang sampah yang tersedia (kira-kira ada 6 buah) yang cukup besar. Tetapi yang namanya anak, membuang sampah kadang tepat di bak, kadang juga tak tepat atau terbang tertiup angin penuh berdebu.


Petugas Piket hari itu adalah dua murid, yang sedang menyapu lantai depan kelasnya. Menyapu, artinya mengayunkan sapu, kalau asal-asalan debu pasti akan beterbangan kemana-mana. Salah satu anak memegang cikrak/pengki, tapi karena menyapunya sembarangan, sebagian masuk got, hanya sebagian kotoran masuk ke cikrak. Kemudian kotoran dituangkan ke keranjang sampah plastik bekas cat. Setelah penuh, mereka berdua mengangkat keranjang sampah ini menuju ke bak sampah di luar halaman sekolah, agak 50 meter jauhnya.
Agak 2 meter dari pintu kelas ada pagar berpintu. Tepat di pintu ini ada seorang ibu memarkir sepeda motornya tepat menghalangi kedua anak yang mengangkat keranjang sampah ini. Ibu ngobrol dengan orang tua murid lainnya, sehingga dua anak ini terpaksa berjalan merapat ke pagar tanaman yang penuh debu.
Kenapa ya ibu ini tak peduli ada dua anak membawa bak sampah, ibu ini tak juga menepi, jangankan menepi, menengokpun tidak!


Sebagai sarana latihan berdisiplin, menjaga kebersihan dan tanggung, saya setuju anak-anak diberi tugas membersihkan lingkungannya, tetapi masalahnya yang  mengangkat keranjang sampah itu murid kelas dua yang tingginya kira-kira 115 cm, sedang keranjang sampah plastik itu tingginya 60 cm-an. Anda tahu bak sampah
plastik ini, tentu tak bersih mengkilap - melainkan keranjang yang kotor sekali, penuh debu, ada juga bagian yang basah sehingga debu berwarna hitam menempel disitu cukup tebal.


Bukan apa-apa sih,.... tapi ini hari Senin, anak-anak memakai baju seragam putih-putih. Aduuuh, kalau tersenggol bak kotor itu, sayang bajunya.


Kenapa ya para guru tak mau mempekerjakan petugas kebersihan kelas dan halaman? Lalu buat apa saja sih BOS itu sebetulnya?


Kemudian, dua anak lain mengepel lantai. Iya mengepel, seperti yang sering saya lihat di berbagai tempat, kain pelnya hanya dicelup air saja, tak ada seorangpun yang peduli untuk mengajari bahwa kain pel harus bersih, air yang sudah kotor harus diganti. Maka tak heran kalau air untuk ngepel jadi HITAM, kain pelnya juga HITAM
Kalau sampai terciprat ke anak-anak yang berbaju putih itu?


-
Bagaimana keadaan kamar mandi dan WC nya ?


Jangan tanya lagi, tak usahlah saya ceritakan di sini, bisa terbayang kalau sekolah tak mau membayar petugas kebersihan, apa mungkin gurunya yang membersihkan? atau Komite Orang Tua? Tentu tidak. Sedang Murid hanya bertugas di sekeliling kelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun