Sore menjelang sandhekala. Titik-titik gerimis turun dari langit, hujan turun makin lama makin deras. Mantra cowongan menggema mengait  hujan, memecah langit.
"Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan ....!!!"
 "Udan ..... udaaaaaan ... udaaaaannnn .....!!!" pecahlah berhamburan para bocah  penonton berlarian sambil meneriakan, "Udaaaaan .... udaaaannn . udaaaan ....udaaaaannn ...!!!"
Saat hujan agak reda namun hanya gerimis rintik-rintik, tersemburatlah bianglala di ufuk barat. Â Warga desa yang lagi melaksanakan ritual agraris pun serentak melihat ke arah mentari tenggelam. Mereka terpana akan pemandangan yang sungguh elok. Di tengah rintik gerimis sandhekala, tampaklah Srie seolah melambaikan tangan. Ya, Srie anak Sriatun, cucu Nini Dul Mupid yang selama ini telah menghilang telah muncul kembali.
Adhan maghrib berkumandang. Ritual agraris usai dan Srie telah menampakan diri memberi semangat dan harapan bahwa hujan telah datang untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan warga desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H