Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Srie

23 Januari 2019   16:01 Diperbarui: 23 Januari 2019   16:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore menjelang sandhekala. Titik-titik gerimis turun dari langit, hujan turun makin lama makin deras. Mantra cowongan menggema mengait  hujan, memecah langit.

"Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan .... Reg-regan rog rogan ....!!!"

  "Udan ..... udaaaaaan ... udaaaaannnn .....!!!" pecahlah berhamburan para bocah  penonton berlarian sambil meneriakan, "Udaaaaan .... udaaaannn . udaaaan ....udaaaaannn ...!!!"

Saat hujan agak reda namun hanya gerimis rintik-rintik, tersemburatlah bianglala di ufuk barat.  Warga desa yang lagi melaksanakan ritual agraris pun serentak melihat ke arah mentari tenggelam. Mereka terpana akan pemandangan yang sungguh elok. Di tengah rintik gerimis sandhekala, tampaklah Srie seolah melambaikan tangan. Ya, Srie anak Sriatun, cucu Nini Dul Mupid yang selama ini telah menghilang telah muncul kembali.

Adhan maghrib berkumandang. Ritual agraris usai dan Srie telah menampakan diri memberi semangat dan harapan bahwa hujan telah datang untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan warga desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun