Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Kisah Heroik Kyai Ngabehi Singadipa, Lurah Prajurit Pangeran Diponegoro

13 Agustus 2018   15:50 Diperbarui: 13 Agustus 2018   16:04 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Pangeran Diponegoro hendak ke Magelang atas kabar dari  Pangeran Mangkubumi pamannya, bahwa Belanda mau mengajak berunding maka di pelataran pesanggrahan Watu Belah, Kamal, Gombong Pangeran Diponegoro disaksikan oleh para prajuritnya menyerahkan Gendera Tunggul Wulung kepada Singadipa agar dirawat sebagai lambang perjuangan.

Di Magelang tragedi terjadi, sejarah mencatat, inilah tipu muslihat Kumpeni Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Para prajuritnya kocar-kacir menyembunyikan diri dari kejaran tentara Kumpeni. Demikian pula  Singadipa menjadi buronan Kumpeni Belanda yang harus dihabisi.

Perang gerilya dilakukan sambil menutup jejaknya. Siasat "umpetan sejoroning kemben" Ngabehi Singadipa harus melakukan lelanang ing jagad seperti Arjuna. Untuk menghilangkan jejak terus berpindah-pindah dan di setiap tempat berganti nama dan berganti istri. Yah, sembunyi di dalam kemben wanita. Belanda tak berhasil menemukan jejak musuh nomor satu di Tlatah Penginyongan.

Akhirnya, bendera Tunggul Wulung yang dititipkan oleh Pangeran Diponegoro  kepada Ngabehi Singadipa diwariskan kepada putri tertua Nyi Mas Jayadikrama Parakanonje untuk disimpan dan dirawat. 

Bendera Tunggul Wulung selalu diwariskan untuk dirawat pada setiap anak perempuan tertua. Dan  pada tanggal 9 Februari 1979, bendera Tunggul Wulung diserahkan oleh Keluarga Besar Trah Singadipa kepada Pemerintah Kabupaten Tingkat II Banyumas jaman Bupati R.G. Roedjito. Sampai saat ini Gendera Tunggul Wulung masih tersimpan di kamar pusaka bersama pusaka-pusaka kabupaten lainnya di Pendapa Kabupaten Banyumas di Purwokerto.

Begitulah kisahnya. Memang tokoh Singadipa ini tidak begitu dikenal seperti Joko Kaiman dan para bupati Banyumas  penerusnya. Dengan Kamandaka dari cerita babad saja lebih populer dari Singadipa. 

Oh, ya,  lupa nih. Kalau ingin mengenang dan berziarah ke makam Kyai Ngabehi Singadipa, makamnya terletak di Grumbul Cileweng, Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Kalau punya niatan tertentu silakan ziarah, Pak Harto saja dulu pernah ziarah ke sana lho.

Akhir kisah, mungkinkah Kyai Ngabehi Singadipa  jadi pahlawan? Tokoh gigih, licin, penuh energi dalam melawan penjajah Belanda di Banyumas Raya, atau dibuatkan monumen, apa patung? Mohon Pemkab Banyumas berembug dengan Keluarga Besar Trah Singadipa sambil merenung makna "Jas Merah" pesan dari Sang Proklamator, Bung Karno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun