Pelawak basa Ngapak "zaman old" jejaknya sulit dilacak. Maklum dunia maya belum muncul, koran lokal juga belum marak. Kini "zaman now" pelawak sudah hilang diganti dengan istilah  komedian, yang ada tinggal pelawak di parlemen, itu hanya nyinyiran  orang, lawakannya jelas lebih syur dari pada para komedian. Nah mari melacak jejak pelawak yang menggunakan basa Ngapak atau bahasa Jawa dialek Banyumas. Dari pelawak jaman wayang orang dan  kethoprak sampai komedian "zaman now".
Pelawak basa Ngapak, bermula  pada awal tahun 70-an yang dipengaruhi dagelan Mataraman dengan super star-nya Basiyo. Pengaruhnya lalu merambah ke mana-mana termasuk ke Tlatah Penginyongan. Lawakan ini full basa Ngapak sebagai pengisi geculan pada pentas kethoprak, utamanya saat siaran di RRI Purwokerto.
Nglawak di kethoprak
Hatta, pada zaman itu di RRI Purwokerto ada dua grup kethoprak yang selalu mengisi siaran kethoprak. Pertama, grup binaan Komtares (Komando Antar Resort/Polwil) siaran setiap malam Jumat dengan bintangnya Peang alias Roosmadi dan Penjol alias Dikoen, sebagai pelawaknya untuk mengocok perut pendengar.
Kedua, grup kethoprak binaan Komres (Komando Resort/Polres) siaran pada Minggu siang dengan bintangnya Sugimin dan Suliah. Bagi orang-orang "zaman old" pasti ingat bagaimana menawannya antawacananya/dialog serta vokal prima Sugimin atau Pak Gimin saat nembang gandrung dengan putri bungsu dari Kadipaten Pasirluhur R.R. Ciptarasa.Â
Saat itu, Sugimin tengah memerankan Raden Kamandaka yang melakukan back streetketika memadu kasih dengan sang dewi pujaan dengan menyaru sebagai munyuk  karena dilarang oleh Adipati Pasirluhur. Sedangkan Suliah memerankan biyung emban yang momong R.R. Ciptarasa gathengane Kamandaka dengan coag, semblothongan meramu kemesraan para peran protagonis yang pasti mengobok-obok  perut pendengar karena banyolannya.
Peyang, Penjol dan Suliah yang berperan pelawak padha siaran kethoprak akhirnya mereka bertemu di pentas off air menjadi Trio Lawak Basa Ngapak. Mereka  sukses mengacak-acak perut orang di kawasan Banyumas Raya, Jawa Tengah bahkan para urban asal Banyumas di Jakarta yang nanggap Trio Lawak Basa Ngapak ini.
Trio Peang, Penjol dan Suliah ini makin  terkenal di kalangan wong ngapak di mana pun berada ditopang oleh dibuatnya  kaset-kaset rekaman yang diproduksi produser lokal Hidup Baru. Dengan penata musik gendhing banyumasan oleh S. Bono,  lawakan ini dicetak ribuan kaset. Bila pentas di panggung-panggung tanggapan, direkam kemudian diedarkan dalam bentuk VCD. Demikian trio pelawak basa ngapak  yang hanya dikenal oleh mereka yang paham bahasa Ngapak, bahasa Banyumas.
Menyusul kemudian muncullah pelawak ngapak berikutnya. Ciblek, Bodong, Jor Klowor, Gopar, Slamet Bejo hingga Sopsan dan Wira  Setianegara yang dari Banjarnegara. Belum dari tetangga Banyumas seperti, Indro dan Kasino Warkop. Indro dari Purbalingga dan Kasino dari Gombong, Kebumen, serta Parto Patrio juga dari Purbalingga.
Di tingkat lokal sampai regional dan nasional cukup menonjol adalah Ciblek dan Bodong. Mereka menjalani lawak sebagai profesi untuk mengais rejeki demi keluarganya. Ciblek asal Desa Selanegara Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas lahir 1973 dengan nama asli Sulastri lalu deparabi Ciblek, cilik-cilik betah melek. Karakter Ciblek, Â ngeyelan, cowag, ladak pating pencothot nek ngomong,manggung sebagai pelawak dan sering duet dengan seniornya Suliah pada pentas wayang kulit antara lain dengan dhalang, Sugino, Enthus Susmono, Djoko Edan, Manteb. Ciblek ingin sebagai penerus pelawak Banyumas, Peyang -- Penjol -- Suliah.
Berikutnya adalah Sopsan  grup lawak ngapak  yang meramu  lawak dan  musik  dalam  penampilannya. Dengan nama Dablongan yang merupakan grup musik banyumasan bergenre humor Sopsan telah menghasilkan puluhan album. Personel intinya adalah Fajar, (Fajar Praptomo) guru SD Gope (Suyatno) karyawan PDAM dan Soto (Taryoto), Fajar duwe duit Gope nggo tuku Soto.