Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Stand Up Comedy Ngapak, Jejak Pelawak Bahasa Ngapak (2)

26 Februari 2018   16:25 Diperbarui: 26 Februari 2018   16:41 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
style.tribunnews.com

Pelawak basa Ngapak "zaman old" jejaknya sulit dilacak. Maklum dunia maya belum muncul, koran lokal juga belum marak. Kini "zaman now" pelawak sudah hilang diganti dengan istilah  komedian, yang ada tinggal pelawak di parlemen, itu hanya nyinyiran  orang, lawakannya jelas lebih syur dari pada para komedian. Nah mari melacak jejak pelawak yang menggunakan basa Ngapak atau bahasa Jawa dialek Banyumas. Dari pelawak jaman wayang orang dan  kethoprak sampai komedian "zaman now".

Pelawak basa Ngapak, bermula  pada awal tahun 70-an yang dipengaruhi dagelan Mataraman dengan super star-nya Basiyo. Pengaruhnya lalu merambah ke mana-mana termasuk ke Tlatah Penginyongan. Lawakan ini full basa Ngapak sebagai pengisi geculan pada pentas kethoprak, utamanya saat siaran di RRI Purwokerto.

Nglawak di kethoprak

Hatta, pada zaman itu di RRI Purwokerto ada dua grup kethoprak yang selalu mengisi siaran kethoprak. Pertama, grup binaan Komtares (Komando Antar Resort/Polwil) siaran setiap malam Jumat dengan bintangnya Peang alias Roosmadi dan Penjol alias Dikoen, sebagai pelawaknya untuk mengocok perut pendengar.

Kedua, grup kethoprak binaan Komres (Komando Resort/Polres) siaran pada Minggu siang dengan bintangnya Sugimin dan Suliah. Bagi orang-orang "zaman old" pasti ingat bagaimana menawannya antawacananya/dialog serta vokal prima Sugimin atau Pak Gimin saat nembang gandrung dengan putri bungsu dari Kadipaten Pasirluhur R.R. Ciptarasa. 

Saat itu, Sugimin tengah memerankan Raden Kamandaka yang melakukan back streetketika memadu kasih dengan sang dewi pujaan dengan menyaru sebagai munyuk  karena dilarang oleh Adipati Pasirluhur. Sedangkan Suliah memerankan biyung emban yang momong R.R. Ciptarasa gathengane Kamandaka dengan coag, semblothongan meramu kemesraan para peran protagonis yang pasti mengobok-obok  perut pendengar karena banyolannya.

Peyang, Penjol dan Suliah yang berperan pelawak padha siaran kethoprak akhirnya mereka bertemu di pentas off air menjadi Trio Lawak Basa Ngapak. Mereka  sukses mengacak-acak perut orang di kawasan Banyumas Raya, Jawa Tengah bahkan para urban asal Banyumas di Jakarta yang nanggap Trio Lawak Basa Ngapak ini.

Trio Peang, Penjol dan Suliah ini makin  terkenal di kalangan wong ngapak di mana pun berada ditopang oleh dibuatnya  kaset-kaset rekaman yang diproduksi produser lokal Hidup Baru. Dengan penata musik gendhing banyumasan oleh S. Bono,  lawakan ini dicetak ribuan kaset. Bila pentas di panggung-panggung tanggapan, direkam kemudian diedarkan dalam bentuk VCD. Demikian trio pelawak basa ngapak  yang hanya dikenal oleh mereka yang paham bahasa Ngapak, bahasa Banyumas.

Menyusul kemudian muncullah pelawak ngapak berikutnya. Ciblek, Bodong, Jor Klowor, Gopar, Slamet Bejo hingga Sopsan dan Wira  Setianegara yang dari Banjarnegara. Belum dari tetangga Banyumas seperti, Indro dan Kasino Warkop. Indro dari Purbalingga dan Kasino dari Gombong, Kebumen, serta Parto Patrio juga dari Purbalingga.

Di tingkat lokal sampai regional dan nasional cukup menonjol adalah Ciblek dan Bodong. Mereka menjalani lawak sebagai profesi untuk mengais rejeki demi keluarganya. Ciblek asal Desa Selanegara Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas lahir 1973 dengan nama asli Sulastri lalu deparabi Ciblek, cilik-cilik betah melek. Karakter Ciblek,  ngeyelan, cowag, ladak pating pencothot nek ngomong,manggung sebagai pelawak dan sering duet dengan seniornya Suliah pada pentas wayang kulit antara lain dengan dhalang, Sugino, Enthus Susmono, Djoko Edan, Manteb. Ciblek ingin sebagai penerus pelawak Banyumas, Peyang -- Penjol -- Suliah.

Berikutnya adalah Sopsan  grup lawak ngapak  yang meramu  lawak dan  musik  dalam  penampilannya. Dengan nama Dablongan yang merupakan grup musik banyumasan bergenre humor Sopsan telah menghasilkan puluhan album. Personel intinya adalah Fajar, (Fajar Praptomo) guru SD Gope (Suyatno) karyawan PDAM dan Soto (Taryoto), Fajar duwe duit Gope nggo tuku Soto.

Pada awalnya musik digunakan untuk memperpanjang durasi lawakan, namun dalam perkembangannya musiknya pun bermuatan humor, jadi paduan lawak dan musik humor. Salah satu albumnya, Tembang Guyon Banyumasan lagu-lagunya antara lain Wil Gentawil Gek, Badha Wawawa, Koplak Bis Purwokerto dll.

Sopsan yang artinya sopan santun dan  sok pandai sudah pentas di wilayah Banyumas Raya, Yogya, Solo, Semarang sampai Jakarta. Memang belum sampai menasional karena tidak  ditopang dengan film, kerap muncul di TV atau sinetron tidak seperti pelawak bahasa  ngapak yang lebih dulu ngorbit.

Stand Up Comedy

Nglawak kekinian atau  "zaman now" ya stand up comedy. Istilah pelawak kemudian diganti dengan komedian. Apakah komedian kekinian menggunakan bahasa Ngapak, mari kita simak.

Adalah Wira, lengkapnya Wira Setianegara lahir di Batang besar di Banjarnegara dan pernah kuliah di jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto, telah bergabung di Stand Up Indo Purwokerto sejak tahun 2013. Wira pertama kali muncul sebagai salah satu finalis Street ComedyIV pada tahun 2014 yang diadakan komunitas Stand Up Comedy Indo se-Indonesia di Senayan Jakarta. Setahun kemudian, Wira bersama teman-teman komunitasnya mengikuti audisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim ke-5 (SUCI 5) di Yogyakarta.

Pelawak ini, eh, komika satu ini dikenal sebagai kontestan yang puitis dan penyair handal. Hal ini dikarenakan Wira selalu melontarkan bait-bait sajak yang menyiratkan rayuan gombal yang menyentuh dan hal-hal kecil yang mengocok perut. Tidak hanya tertawa, para penonton juga sering dibuatnya baper. Pelawak ini, eh .. komedian ini memiliki ciri khas dalam penampilannya. Kumis dengan ujung diplintir seperti kumis kompeni Belanda yang  sanggup mencuri perhatian publik.

Wira sang penyair komika asal  Tlatah Penginyongan Banjarnegara ini,  saat tampil mengekspresikan kultur ngapak. Basa Ngapak suka ndeplak dan coagserta semblothongantentu saja audiens pasti ngakak. Walau yunior, jejak nglawak ngapaknya cukup lumayan, antara lain tampil di Super (Kompas TV) Combreak (Kompas TV) sebagai News Anchor bersama Dicky Difie dan Komedi Sahur 2017 (Trans TV) sebagai pengisi acara tetap ersama Zarry Hendrik.

Demikianlah jejak-jejak pelawak bahasa Ngapak, bahasa ibu bahasa daerah Tlatah Penginyongan yang merambah dunia hiburan. Dari panggung wayang orang, kethoprak, pagelaran wayang kulit, panggung hajatan dan tanggapan, televisi serta film. 

Dari istilah pelawak diganti komedian serta komika-komikus, bahasa Ngapak bikin banyak orang ngakak. Semoga jejak-jejak nglawak para leluhur dan para senior menginspirasi para yunior yang untuk  tampil di jagad hiburan dari tingkat lokal, regional dan nasional. Amin, ya robalallamin ....

*) Diolah dari berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun