Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lengger Lanang Riwayatmu Dulu (1): Dikira Leng ternyata Jengger

20 Februari 2018   16:20 Diperbarui: 20 Februari 2018   16:27 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perkembangannya penari tledhek tidak lagi diperankan oleh laki-laki, tapi diganti perannya oleh perempuan yang dianggap lebih menarik dibanding laki-laki. Namanya kemudian berubah menjadi ronggeng dan akhirnya menjadi lengger. Musik iringannya pun berubah yang tadinya angklung kemudian menggunakan calung, dan penampilannya juga lebih menarik.

Kini, kesenian lengger ini tidak saja sekedar untuk mengamen dari desa ke desa atau dari pintu ke pintu, tapi telah berubah menjadi sebuah seni pertunjukan yang menarik dan dikenal sebagai kesenian khas Banyumasan dan disajikan pada acara-acara resmi pemerintah kabupaten untuk menyambut tamu dan sebagai pembuka berbagai peristiwa penting, seperti halnya tari Gambyong  dari kraton atau tari Pendhet dari Bali.

Kembali ke "Sang Maestro' almarhum Dariah si lengger lanang. Apakah dengan meninggalnya  Mbah Dariah lengger lanang telah punah? Lenyap dari aktivitas seni tari tradisional Tanah Penginyongan?  Apakah ada penerusnya? Bagaimana masyarakat Banyumas harus bersikap? Dan bagaimana pula peranan Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam melestarikan berbagai seni tradisional di Banyumas, termasuk lengger lanang? Mari ikuti riwayat lengger lanang dalam tulisan selanjutnya (bersambung)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun