"Nyawa ... Nyawa! Kamu yang namanya Nyawa? Kamu yang mencuri mas picis raja brana tiga istana? Ayooo kembalikan! Kalau tidak kamu akan kubunuh, mengerti!" Pak Banjir ngamang-amang Nyawa dengan kudhi.
"Nggih .. nggih .. ia .. ya .. saya yang mencuri harta itu. Akan kukembalikan semuanya, Pak Banjir asal Nyawa jangan dibunuh" Nyawa ketakutan.
"Kuampuni kamu Nyawa, tapi cepat kembalikan seluruh harta yang kamu gondhol!" gertak Pak Banjir.
"Nggih .. nggih ... Pak Banjir. Kalau nanti Pak Banjir pulang dan tiba di istana pasti harta itu sudah ada dan utuh semua!"
"Benar itu? Awas kalau kamu bohong! Akan kukejar ke mana pun kamu berada!"
"Nggih ... matur mbah nuwun .. terima kasih atas pengampunan Pak Banjir. Silakan  Pak Banjir pulang ke istana, saya pun mohon pamit, saya tak akan mencuri lagi. Kepareng .. kelilan ... " jin yang bernama Nyawa itu pun menghilang.
Mission imposible akhirnya terwujud. Pak Banjir sukses mengakhiri tugasnya mengembalikan mas picis raja brana tiga istana di Negeri Tanah Sebrang. Kembalinya ke Kadhemangan disambut dengan gegap gempita. Warga Kadhemangan mengelu-elukan kedatangannya. Pak Banjir kebanjiran hadiah, penghargaan dan sanjungan. Namanya makin meroket, semuanya berkat keberhasilannya membekuk Nyawa untuk menguak Misteri  Hilangnya Mas Picis Dunya Brana Telung Istana.
(bersambung ....)
Leksikon :
kondhang kaonang- onang : populer, terkenal di mana-mana
sisik melik : tanda-tanda, petunjuk yang digunakan untuk penyelidikan seorang detektif