Program seperti konseling rutin atau ruang diskusi antar guru dapat membantu mereka mengelola stres. Dengan mendapatkan dukungan emosional yang memadai, guru akan lebih mampu mengendalikan diri saat menghadapi situasi sulit di kelas.
Membangun Lingkungan Belajar yang Humanis
Guru memiliki peran besar dalam membentuk karakter siswa. Namun, peran ini hanya bisa dijalankan dengan baik jika guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya pendekatan yang humanis. Disiplin bukan berarti menghukum, melainkan mendidik.
Sekolah juga perlu berperan aktif dalam menciptakan budaya yang mendukung kedisiplinan positif. Misalnya, dengan memberikan pelatihan kepada siswa tentang pentingnya tanggung jawab dan penghormatan terhadap aturan. Ketika siswa memahami alasan di balik aturan tersebut, mereka lebih mungkin untuk mematuhinya tanpa merasa dipaksa.
Guru berada di persimpangan jalan yang rumit: menjaga kedisiplinan tanpa melanggar hak anak atau menghadapi konsekuensi hukum. Namun, tantangan ini bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat. Disiplin positif, dukungan regulasi, pelatihan, dan perhatian terhadap kesejahteraan emosional guru menjadi kunci untuk menciptakan ruang kelas yang kondusif.
Dengan mendampingi siswa secara empati dan penuh pengertian, guru tidak hanya akan dihormati tetapi juga dicintai oleh murid-muridnya. Sebagai pendidik, mereka tidak hanya membentuk pola pikir siswa di kelas tetapi juga menjadi teladan yang akan diingat sepanjang hidup.
Tulisan ini semoga bisa menginspirasi dan refleksi kepada guru, sekolah, dan masyarakat agar bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik, di mana disiplin dilakukan dengan kasih sayang, bukan dengan ancaman atau kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H