Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bangkit (2016): Ketika CGI Pertama di Indonesia Membawa Kita ke Tengah Bencana

24 November 2024   11:30 Diperbarui: 24 November 2024   11:41 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, CGI dalam Bangkit memang belum sempurna. Beberapa adegan masih terlihat kasar jika dibandingkan dengan standar internasional. Namun, keberanian untuk menggunakan teknologi ini dalam film lokal adalah langkah besar yang patut diapresiasi.

Menghidupkan Emosi di Tengah Kekacauan

Di balik megahnya visualisasi bencana, Bangkit tetaplah sebuah drama yang menyentuh hati. Hubungan antara Aditya dan keluarganya menjadi inti emosional yang membuat kita terhubung dengan cerita.

Vino G. Bastian membawa Aditya menjadi karakter yang hidup, seorang pria yang terjebak antara tugas dan cinta pada keluarganya. Di sisi lain, Acha Septriasa menunjukkan kekuatan seorang ibu yang berjuang untuk tetap tenang di tengah kepanikan. Penampilan mereka membuat film ini lebih dari sekadar tontonan aksi---ia menjadi sebuah refleksi tentang kemanusiaan.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ceritanya masih terkesan klise. Konflik antara tugas dan keluarga adalah tema yang sudah sering diangkat, sehingga alurnya terasa mudah ditebak. Beberapa dialog pun terdengar kaku, kurang emosional, dan kadang terlalu formal untuk situasi genting yang sedang digambarkan.

Meski demikian, film ini tetap memiliki banyak momen emosional yang kuat. Salah satunya adalah ketika Aditya harus menghadapi rasa bersalah karena tidak bisa sepenuhnya melindungi keluarganya. Dilema ini digarap dengan baik, membuat penonton ikut terhanyut dalam perjuangan tokoh utamanya.

Pesan yang Tak Lekang oleh Waktu

Lebih dari sekadar hiburan, Bangkit menyampaikan pesan penting yang sangat relevan bagi masyarakat Indonesia. Sebagai negara yang kerap dilanda bencana alam, kita diingatkan tentang pentingnya kesiapsiagaan dan solidaritas. Film ini menggarisbawahi bagaimana infrastruktur yang kuat, kerja sama antara masyarakat dan pemerintah, serta kesadaran akan bahaya bisa menjadi kunci untuk bertahan dalam situasi darurat.

Di sisi lain, Bangkit juga menyoroti perjuangan individu, khususnya para petugas penyelamat yang seringkali harus mengorbankan kebahagiaan pribadi demi tugas mereka. Lewat karakter Aditya, penonton diajak untuk memahami beban moral yang harus ditanggung oleh para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Tonggak Baru bagi Film Indonesia

Sebagai film bencana pertama dengan CGI di Indonesia, Bangkit adalah sebuah langkah besar. Visual yang berani, akting yang kuat, dan pesan yang relevan membuatnya menjadi karya yang patut diapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun