Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

The Architecture of Love, Film Romantis yang Menyentuh di Balik Kesederhanaannya

4 Oktober 2024   03:15 Diperbarui: 4 Oktober 2024   04:39 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poster The Architecture of Love, dok. Netflix

"The Architecture of Love" merupakan film terbaru karya sineas Indonesia, Teddy Soeriaatmadja, yang diangkat dari novel berjudul sama karya Ika Natassa. Meski saya belum membaca novelnya, film ini tampaknya berusaha menghadirkan sebuah kisah cinta yang mendalam dan penuh emosi, terutama dalam konteks menemukan cinta setelah perpisahan.

Cerita dalam "The Architecture of Love" berfokus pada Raia Risjad (diperankan oleh Putri Marino), seorang penulis yang sukses namun tengah menghadapi kesulitan dalam kehidupannya, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi. Raia baru saja bercerai dari suaminya, Alam (diperankan oleh Arifin Putra), setelah mengetahui bahwa dia berselingkuh. 

Kekecewaan mendalam atas pernikahannya yang gagal mendorong Raia pergi jauh dari kehidupan lamanya, dan ia memutuskan untuk terbang ke New York. Keputusan ini diambil bukan hanya untuk menjauh dari masa lalu, tetapi juga untuk mengatasi writer's block yang dialaminya---hambatan mental yang membuatnya sulit melanjutkan karyanya.

Di tengah usaha untuk memulihkan diri, Raia bertemu dengan River Jusuf (diperankan oleh Nicholas Saputra), seorang arsitek yang tenang dan pendiam, tetapi sedang menghadapi kesulitan emosional yang tidak kalah berat. River baru saja kehilangan istrinya dalam kecelakaan mobil yang tragis saat istrinya sedang hamil. Perasaan duka yang mendalam masih membebani River, membuatnya tampak tertutup dan berusaha keras untuk bangkit dari tragedi yang menghancurkan hidupnya.

Pertemuan antara Raia dan River di sebuah pesta menjadi titik awal dari hubungan mereka. Keduanya mulai menjalin koneksi yang lebih dalam, dan seiring waktu, mereka menemukan kenyamanan dalam satu sama lain, meski masing-masing masih bergulat dengan luka pribadi. 

New York, sebagai latar utama film ini, bukan hanya menjadi tempat pelarian bagi Raia, tetapi juga menjadi saksi bagi hubungan yang mulai tumbuh antara dirinya dan River. Penonton dibawa untuk ikut menjelajahi kota ini melalui interaksi mereka, di mana River sering mengajak Raia berkeliling dan menceritakan sejarah gedung-gedung ikonis di kota tersebut. 

Meskipun latar belakang New York memberikan kesan romantis, pesan yang disampaikan film ini lebih dari sekadar keindahan kota. Film ini menggambarkan perjalanan emosional yang dilalui oleh dua orang yang terluka dan bagaimana mereka mencoba membangun kembali hidup mereka setelah perpisahan yang menyakitkan.

Namun, hubungan antara Raia dan River tidak berlangsung tanpa hambatan. Film ini juga memperkenalkan unsur cinta segitiga, dengan karakter Aga Jusuf (diperankan oleh Jerome Kurnia), yang ternyata adalah saudara dari River. 

Aga mulai menyukai Raia tanpa mengetahui bahwa kakaknya juga memiliki perasaan yang sama terhadap wanita tersebut. Cinta segitiga ini menambah lapisan konflik emosional dalam cerita, memperlihatkan betapa rumitnya hubungan antar manusia, terutama ketika cinta dan rasa kehilangan terlibat.

Secara keseluruhan, dari segi alur, "The Architecture of Love" mengikuti pola yang lazim dalam film-film romantis lainnya. Kisah ini cukup mudah ditebak---dari pertemuan yang manis, konflik cinta, hingga penyelesaian yang cukup jelas. 

Namun, meskipun alur cerita tidak terlalu orisinal, film ini tetap mampu memberikan kesan yang mendalam. Justru dalam kesederhanaannya, terdapat kekuatan emosional yang membuat penonton terhubung dengan karakter-karakter yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun