Film bertema bullying sudah mulai marak dihadirkan bagi para penikmat film Indonesia. Pun dengan sinetron maupun web series sudah mulai betebaran. Dan kali ini di sebuah layanan aplikasi streaming STRO juga ada.Â
Film tema ini sebenarnya bukan hal yang baru, namun keunikan dan kelebihan dalam penayangan bahkan intisari dan pesan yang terkandung dalam film yang perlu diambil maknanya.
Di awali dengan sebuah kisah tentang meninggalnya Rangga pada sebuah sekolah swasta favorit di Jakarta. Hal yang menjadi acuan adalah kasus bullying hingga menewaskan siswa bernama Rangga.Â
Lalu muncullah adegan yang cukup didramatisasi yaitu tentang Pandu yang juga sedang 'dibantai' oleh teman-temannya. Pandu (diperankan Ginanjar) adalah seorang siswa dengan wajah yang sudah melebihi usianya, hal yang tidak biasa. Pandu dibullying dan harus bercuci muka pada sebuah tempat pembuangan tinja (WC duduk). Pandu pun harus menelan kisah pahit akibat ulah temannya yang jahil kepadanya.
Lumi mengalami sebuah kisah belum memiliki pacar. Bahkan orang tua Lumi, khususnya ibunya merasakan was-was kalau-kalau Lumi tidak juga memiliki pacar hingga Lumi berusia 17 tahun. Kegelisahan ibunya Lumi bahkan dianggap Lumi pria tidak normal, pria tidak laku, bahkan pria dengan wajah tua.
Kondisi Lumi dalam film yang disutradarai oleh Rangga Nattra ini berbeda dengan kakaknya yang seorang cowok yang sudah berpengalaman dengan memiliki pacar, karena kakaknya Lumi adalah seorang artis. Namun, Lumi menganggap hal biasa saja, dan dengan wajah yang santuy, Lumi menjalani hidupnya dengan biasa saja.Â
Ada sebuah momen hingga Lumi merasakan hal yang berbeda. Lumi merasakan sebuah perasaan cinta kepada seorang teman di sekolahnya yaitu Zia Kalista (diperankan Tissa Biani). Bahkan, wanita yang diincar Lumi tersebut, ternyata juga menjadi incaran dari kakaknya.
Kisah bullying memang akan berefek pada sebuah ketragisan yang naas. Namun, jika didalami dan dipahami bullying memang tidak seharusnya terjadi. Pada film berseri inilah diinginkan sebuah pesan itu akhirnya harus dibaca oleh penonton. Agar bullying tidak seharusnya ada.Â
Menariknya lagi, menurut sang penulis naskah dalam film ini, Endik Koeswoyo bahwa film ini dibuat agak lamban dalam 3 episode awal, dan akan semakins seru pada episode 4 hingga 7. Film ini bisa disaksikan sejak 14 Februari 2021 di aplikasi STRO setiap hari minggu.
Keunikan film ini ternyata bukan sekedar pengambilan kisah bullying saja, namun ada sebuah dramatisasi yang digambarkan bahwa jika seseorang tidak memiliki pacar, maka wajahnya seperti nenek. Agak unik. Dan lagi, ada Ginanjar yang memerankan Pandu bermain cukup apik dengan cast lainnya yang tergolong milenial. Inilah sebuah kenaikan kelas bagi Ginanjar dalam menjalani profesinya. Akhirnya sebuah makna tersurat dalam film ini yaitu "kesempatan itu diciptakan bukan ditunggu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H