Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kekuatan Hati Seorang Difabel yang Membuahkan Pencapaian Cita-cita

26 Mei 2020   15:33 Diperbarui: 26 Mei 2020   18:17 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amos Bardi Saat Ikut Kontes Menyanyi di Tuscanny (Sumber gambar: mola.tv)

Sebuah film tentang difabel sudah banyak. Bukan hanya film Indonesia, namun film Non Indonesia juga. Sebuah keteguhan dan performa pencapaian cita-cita juga memberikan makna tersendiri saat menyaksikan sebuah film inspiratif.

Pada kesempatan kali ini, ingin kutuangkan sebuah review dan pesan terkandung dari adanya sebuah film luar negeri berjudul The Music of Silence.

Film yang berdurasi hampir dua jam-an ini menceritakan sebuah kisah difabel bernama Amos Bardi. Amos Bardi sejak kanak-kanak menderita penyakit glaucoma ocular dengan gangguan penglihatan relatif.

Dengan gangguan tersebut, akhirnya orang tuanya mengirim Bardi untuk disekolahkan di sebuah sekolah khusus memiliki gangguan mata. Kesedihan Amos Bardi di sekolah berasrama ini juga memberikan sebuah keprihatinan bagi Sandro (Ayah Bardi) dan Edi (Ibu Bardi). Kesedihan melingkupi Sandro dan Edi.

Semasa di sekolah itu pula, Amos Bardi mulai merasakan perbedaan. Di mana kekuatan utama bagi dirinya yaitu menjadi seorang penyanyi opera semakin muncul. Saat latihan bermusik, Amos Bardi mulai merasakan sesuatu yang dirasakan melebihi kemampuan anak-anak lainnya.

Gurunya melakukan sebuah tes kepada dirinya, dengan menyanyikan sebuah lagu sendirian. Apresiasi muncul dari gurunya. Saat itulah kekuatan dirinya muncul untuk bisa bernyanyi lebih baik. Amos Bardi pun bercita-cita ingin menjadi penyanyi seperti Franco Corelli.

Kehidupan di asrama semakin riuh. Permainan olahraga berupa bola kaki pun dimulai. Amos Bardi pun mengikuti permainan bola kaki dengan bola memiliki bunyi gemerincing. Naas, saat bermain bola kaki tersebut, Amos Bardi memiliki kecelakaan. Amos Bardi pun terjatuh setelah bola menimpa matanya. Amos Bardi pun kembali pulang ke rumahnya untuk perawatan.

Kembalinya Amos Bardi di rumahnya membuat dirinya semakin buruk. Kondisi matanya, semakin parah. Amos Bardi terpaksa mengenakan kacamata hitam agar silau cahaya tak mempengaruhi penglihatan matanya.

Kekuatan dari Amos Bardi ini memang sudah sejak kecil mulai terlatih dengan sering mendengar lagu-lagu opera. Bahkan, kekuatan utama Amos Bardi dalam menyanyi yaitu mulai dilatih dengan bantuan dari pamannya, Giovanny. Sejak kecil memang Amos Bardi sudah mulai dikenalkan lagu-lagu dari penyanyi opera seperti Beniamino G.

Saat berada di rumah inilah sebuah doktrin kuat dari orang tuanya muncul. Bahkan saat kecelakaan Amos Bardi saat di pantai. Amos Bardi berdebat hebat dengan ayahnya.

Sebuah kata-kata pemantik dalam film ini bisa disaksikan, seperti "Jika yang lain menunggang kuda, aku harus menunggang harimau. Jika yang lain bias melompati rintangan, aku harus melompati gunung. Jika ingin seperti orang lain, maka harus melakukan lebih baik dari orang lain." Begitulah sebuah doktrin menyatu dalam kepribadian Amos Bardi.

Perdebatan pun mulai bermunculan semakin sengit dengan ayahnya. Namun, pamannya Amos menengahinya dengan mengajak Amos Bardi pada sebuah kafe. Di kafe tersebut, ternyata merupakan sebuah ajang menunjukkan kebolehan bernyanyi.

Amos Bardi dengan dorongan dari pamannya akhirnya bernyanyi dengan panggilan dari MC untuk menyanyikan lagu Neapolitan. Namun, dengan menghormati pamannya, Amos Bardi yang memiliki keteguhan hati menyanyikan lagu O Sole Mio yang lebih sulit dibanding Neapolitan.

Pilihan lagu dari Amos Bardi ini pula yang membawanya menjadi seorang finalis bernanyi di Tuscany. Dengan keteguhan hati dan kekuatan bernyanyinya, Amos Bardi bernyanyi dengan sempurna dan mendapat sebuah anugerah.

Kegemilangan Amos Bardi semakin menjadi untuk menjadi seorang penyanyi. Namun, sebuah kecelakaan lagi-lagi menimpa dirinya dengan kehilangan sebuah suara uniknya. Amos Bardi merasakan kesedihan tak terhingga.

Amos Bardi diberikan Sebuah Motivasi oleh Pamannya (sumber: foxx-media.com)
Amos Bardi diberikan Sebuah Motivasi oleh Pamannya (sumber: foxx-media.com)
Keteguhan hati untuk menjadi penyanyi mulai runtuh bagi Amos Bardi ketika suaranya mulai rusak tersebut. Amos Bardi pun ingin menjadi seorang yang berbeda dari profesi bagi seorang tuna netra. Seorang tuna netra biasanya berprofesi sebagai tukang pijat, pelayan ataupun musisi.

Oleh sebab itu, Amos Bardi ingin agar dirinya bisa berprofesi lain seperti seorang pengacara, seperti yang diinginkan oleh ayahnya.

Film yang diambil dari kisah nyata seorang Andrea Bocelli ini memantik sebuah ketegangan untuk meraih sebuah cita-cita tentunya. Film ini diawali oleh sebuah novel berjudul sama yang ditulis oleh Andrea Boceli pada tahun 1999.

Film ini semakin menarik dengan memperlihatkan keteguhan hati dari Amos Bardi yang merupakan Andrea Bocelli itu sendiri.

Ada sebuah keunikan yang kualami dari film ini dimana saat keteguhan Amos Bardi untuk menjadi seorang pengacara begitu hancur.

Orang tua Amos Bardi lah yang selalu mengetahui kelemahan anaknya dengan mengirimkan seorang guru privat yang bisa mengantarkan Amos Bardi hingga lulus SMA, bahkan hingga lulus sekolah yurisprudensi.

Kehidupan Amos Bardi setelah lulus dari sekolah yurisprudensi akhirnya bekerja seharian di pengadilan. Sedangkan, pada malam hari Amos Bardi bernyanyi di kafe. Amos Bardi menjadi nakal, dengan meminum alkohol, dan telat tidur, bahkan telat bangun. Kondisi suara Amos Bardi semakin rusak dengan sifat buruknya tersebut.

Armos Bardi sedang Berlatih Bersama Maestro (sumber: picomedi)
Armos Bardi sedang Berlatih Bersama Maestro (sumber: picomedi)
Perubahan terjadi saat Amos Bardi akhirnya dikenalkan dengan seorang "maestro" Suarez Infesta. Maestro ini juga pernah melatih Franco Corelli.

Melalui Maestro ini pula akhirnya sebuah latihan yang penuh kegigihan terpatri kuat bagi Amos Bardi untuk menjadi penyanyi opera. Latihan demi latihan pun terus menghasilkan manfaat, terlebih dukungan dari Elena, kekasih Amos Bardi.

Ada sebuah kekuatan hati dari Amos Bardi yaitu memperjuangkan cinta selain cita-cita. Cinta kepada Elena pun berujung kepada pernikahannya.

Namun, kisah pernikahan perlahan akan hancur di kala Amos Bardi mendapatkan sebuah omong kosong dari Luciano Pavarotti. Luciano memberikan tawaran kolaborasi dengan Zucchero (penyanyi rock terkenal di Italia) kepada Amos Bardi. Namun, tawaran tak berujung datang.

Tawaran akhirnya berdatangan kembali dengan datangnya sebuah telepon dari manajer Zucchero. Elena yang menerima telepon tersebut, merasakan kebahagiaan. Sebuah rasa syukur dari Elena yaitu bisa membantu mencapai cita-cita sang suami untuk menjadi penyanyi opera terkenal.

Dan betul saja cita-cita Amos Bardi menjadi seorang penyanyi dan dikerumuni oleh banyak wanita. Bagi Elena ini merupakan sebuah pekerjaan dari seorang musisi terkenal, dan bagi Elena kebahagiaan yaitu bisa mendapat cinta yang tetap tulus dari Amos Bardi.

Poster the Music of Silence (sumber: dvdlady.com)
Poster the Music of Silence (sumber: dvdlady.com)
Nonton di Mola TV Sambil Berdonasi lho..

Keteguhan hati Amos Bardi di film The Music of Silence ini merupakan sebuah pembelajaran berharga. Bagiku yang menonton rilis perdana di Mola TV tentu bisa menyaksikan rasa kenikmatan tersendiri.

Betapa tidak, di Mola TV ini bisa diakses melalui desktop ataupun android. Mola TV Movies juga menyaksikan film menarik yang inspiratif juga sajian olahraga dengan streaming. Keren donk.

Bagiku, saat sedang #Dirumahaja menjadi sebuah sajian hilang kepenatan. Di Mola TV ini ada program berdonasi. Jadi, menonton semakin rasakan kebahagiaan karena bisa berbagi dengan ikut berdonasi untuk korban berdampak covid-19 ini. Inilah sebuah keasyikan saat menonton dengan berdonasi untuk yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun