Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tolak Angin Bangkitkan Keceriaan Anak

14 Agustus 2018   16:13 Diperbarui: 14 Agustus 2018   18:52 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang syahdu saat tiba di rumah. Namun, kesyahduan malam tidak sama dengan syahdu dengan cerianya keluargaku malam itu. Anakku yang kecil, Fathir, sedang buang air (mencret/ diare). Sedangkan yang besar, Zaza, sedang mules perutnya. Fathir dn Zaza terlihat muram. 


Mengatasi keceriaan anak-anak, kuberinisiatif untuk membeli Tolak Angin anak yang rasa madu. Langsung saja kuminumkan tolak angin ke anak-anakku. Fathir langsung meminum tolak angin anak dengan segera menghabiskan nya. Rasanya enak. Rasa madunya membuat anak-anak suka.


Sebelumnya Fathir ini sangat sulit untuk meminum obat. Namun minum tolak angin anak, Fathir dengan santai dan asyik untuk meminumnya tanpa harus bermain drama seisi rumah. Tak ada sedikitpun tolak angin yang dimuntahkan kembali layaknya obat yang lain. Walhasil, tolak angin bisa diminumnya untuk mengantisipasi mencret/diarenya Fathir.


Berbeda lagi dengan Zaza yang memang mudah untuk meminum obat apapun di kala sakit. Aku pun langsung memberikan tolak angin kepada zaza untuk meminumnya. Zaza pun langsung meminum tolak angin dan menikmati rasa manis tolak angin. "Rasa madunya enak Bi," Katanya.


Setelah meminum tolak angin anak, Zaza dan Fathir pun segera untuk tidur karena waktu pun semakin larut. Tolak angin anak memberikan rasa nikmat bagi anak-anakku.
Saat tengah malam, sekiranya pukul 02.00, Fathir terbangun. Aku segera ikut bangun. "Bi, minum tolak angin anak lagi ya Bi?" Kata Fathir. Tanpa rasa takut, karena tolak angin sudah melalui uji toksitas sehingga aku pun segera meminumkannya tolak angin anak untuk Fathir kembali. Uji toksitas yang memberikan hasil bahwa tolak angin anak bermanfaat dan aman untuk anak dalam jangka panjang.


Mendengar fathir yang agak berisik, tiba-tiba zaza pun ikut terbangun. Zaza yang melihat fathir meminum tolak angin akhirnya aku pun memberikan ke zaza tolak angin madu. Zaza pun meminumnya. Setelah mereka berdua minum tolak angin kusuruh mereka berdua untuk tidur kembali.


Adzan subuh membangunkanku dari tidur malam. Segera aku dan istriku bangun dan kupegang badan fathir dan zaza. Saat kupegang ternyata fathir dan zaza pun ikut bangun.
Sebelum shalat subuh kutanya zaza dan fathir tentang kondisi mereka, "Bagaimana perut zaza?". Zaza pun menjawab, "Udah enakkan bi."
Fathir pun menimpali pembicaraan. "Dede juga udah enakkan bi."
"Fathir pup nya gimana? Mencret gak?" tanyaku kepada Fathir.
"Udah enggak Bi."


Alhamdulillah tolak angin anak yang mengandung bahan-bahan herbal seperti Adas, Kayu Ules, Daun Cengkeh, Daun Mint, serta madu memberikan manfaat kepada anak-anakku untuk menghilangkan rasa masuk angin anak-anakku. Keceriaan Fathir dan Zaza di pagi hari pun bangkit kembali. 

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun