Natuna sebuah pulau bagian dari Indonesia. Saya mengenal pulau ini saat sejak masih SD karena ada jalan Pulau Natuna di perumahan di Bekasi Timur. Kali ini bayangan saya saat mengenal Natuna kembali hadir melalui film berdurasi 90 menit yang berjudul Jelita Sejuba.
Pulau Natuna yang banyak memiliki kekayaan alam dan keindahan alam ini bukan serta merta hadir dalam film. Di film ini juga banyak ditampilkan kekhasan Natuna itu sendiri. Krisnawati sang produser film menjelaskan bahwa dalam film dihadirkan baju khas Natuna, kebudayaan Natuna, tarian, bahasanya, makanan semua bisa di lihat dalam film ini.
Melihat kepulauan Natuna yang berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja pada bagian Utara, Sumatera Selatan dan Jambi pada bagian Selatan, pada bagian barat dengan Singapuran, malaysia, Riau, serta di bagian timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. "Saya itu bagian dari Natuna, karena Saya orang Natuna saya juga sudah membeli sebidang tanah kecil di sana," ucap bu Kris, sapaan akrabnya.
Melihat keunikan lain dari film ini yang menceritakan tentang kisah perempuan Natuna yang bersuamikan seorang tentara. Wanita tersebut bernama Sharifah (diperankan oleh Putri Marino). Sharifah harus rela jika suatu saat sang suami harus meninggalkannya karena harus melaksanakan tugas negara.
Di saat ditinggalkan oleh suami, setiap wanita harus menjaga kehormatan diri dan keutuhan keluarga. Bukan saja hal tersebut, sang istri pun sudah pasti akan merindukan sang suami yang sedang menjalankan tugasnya. "karena sifat dari kewajiban bela negara yang diemban para prajurit, mereka tidak bisa sembarangan berbagi keresahan dengan pasangannya yang sedang bertugas," bebernya.
Melihat dari judul Jelita Sejuba ini adalah perpaduan kata dari Jelita dan Sejuba. Jelita yang bermaknakan perempuan di Natuna yang cantik dan polos. Sedangkan Sejuba adalah sebuah batu berbentuk love yang disinyalir jika bisa foto di batu tersebut akan menjadi pasangan yang langgeng selamanya.
Slogan "lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas" menjadi perpaduan kisah benang merah dalam film ini. Jaka (yang diperankan Wafda Sarifah Lubis) sebagai suami Sharifah harus bisa memegang slogan itu.
Film yang disutradarai oleh Ray Nayoan ini juga menampilkan keunikan lain yang berupa penggunaan bahasa daerah yang menjadi kearifan lokal di Natuna. Terdapat 80% penggunaan bahasa Natuna dalam film ini juga akan ditransliterasi dalam bahasa Indonesia.Â
"Sepanjang film, banyak kami gunakan percakapan dalam bahasa Melayu Ranai dan akan ada terjemahan bahasa Indonesai pada bagian-bagian yang sulit dimengerti," pungkasnya.
Film yang akan hadir 5 April 2018 ini merupakan sebuah keunikan kisah cinta dari kehidupan tentara yang berada di Natuna dengan kebudayaan dan kearifan lokal di Natuna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H