Guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Guru selalu memberikan tanpa pamrih. Namun fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu masih adanya guru yang bekerja demi semata-semata uang. Hal ini terjadi di Indonesia oleh beberapa guru di negeri Indonesia.
Ternyata, kondisi seorang guru yang melakukan sesuatu dengan mengharapkan imbalan terjadi juga di negeri Hongkong. Fenomena pendidikan ini terjadi si sebuah TK Yuen Kong, yang begitu suram menjadi TK yang terkenal. Untuk mengabadikan sebuah kisah nyata TK Yuen Kong yang terjadi selama rentang 2009-2014, akhirnya dibuatlah sebuah film berdasar kisah nyata tersebut dengan digarap oleh produser Benny Chan dan sutradara Andrian Kwang. Sedangkan untuk penulis naskah dari film ini yaitu sang sutradara Andrian Kwang dibantu oleh Hannah Cheung – yang juga berprofesi sebagai penasehat psikologis senior.
Film ini diawali dengan kisah berhentinya seorang guru bernama Lui Wang Hung dari sebuah TK ternama di Hongkong. Hung yang diperankan oleh Miriam Yeung berhenti dari sekolah tersebut karena mempertahankan idealismenya sebagai guru. Idealisme yang dipertahankannya yaitu agar anak-anak (siswa) tidak harus berada pada sekolah dengan nilai akademik yang tinggi. Namun, setiap anak mempunyai sebuah sifat dan karakter masing-masing yang membuat seorang anak tidak harus berada pada sekolah dengan nilai akademiknya yang tinggi tersebut. Dengan menganggap seorang siswa tersebut agar bisa berada pada sekolah biasa dibandingkan terbebani dengan berada di sekolahnya saat ini. Namun, kondisi yang diinginkan oleh Hung dengan orang tua siswa yang merupakan seorang public figure di Hong Kong. Dengan semakin tersudutkan nya Hung oleh sang public figure dengan kondisi perdebatan pendidikan, akhirnya Hung rela tidak mengajar di sekolah ternama tersebut.
Masa resignnya Hung tersebut ternyata bertepatan dengan Wedding Day nya. Disaat merayakan Wedding Day bersama suaminya – Dong – Hung mengungkapkan bahwa Hung telah resign dari sekolahnya tersebut. Dong yang memahami kondisi istrinya ternyata mempunyai kondisi yang sama yaitu proyek pekerjaan Dong tidak akan diperpanjang lagi setelah 6 bulan ke depan. Kondisi Hung-Dong tersebut akhirnya membuat mereka kembali menajamkan cita-cita awal mereka saat menikah untuk dapat mengelilingi dunia pada enam bulan berikutnya setelah Dong tidak bekerja lagi.
Menunggu masa enam bulan membuat Hung mengisi kegiatan hariannya sebagai ibu rumah tangga mulai dari memasak, berolahraga fitness, hingga pada pelatihan yoga. Masa keterpurukan Hung yang tidak bekerja lagi membuat pikirannya semakin kalut, hal ini dibuktikan saat Hung memasak daging yang tidak sempurna untuk dihidangkan kepada Dong. Pun begitiu juga kegiatan lainnya. Sejatinya seorang pria, diwujudkan Dong dengan terus memacu dan memberikan spirit hidup kepada Hung. Dong juga mengingatkan Hung untuk tidak lupa meminum obat herbal nya untuk penyembuhan Hung pasca operasi pengangkatan Rahim Hung. Kisah dua insan, Hung-Dong semakin terpatri dalam kisah yang mengharu biru.
Saat sedang berfitness, tidak sengaja Hung melihat sebuah berita di TV bahwa ada sebuah TK di pedalaman Hong Kong yang akan ditutup karena tidak adanya kepala sekolah. Selain tidak adanya kepala sekolah, sekolah tersebut juga hanya memiliki 5 orang siswa dengan seorang guru yang mendampingi siswa tersebut. Kondisi keterpurukan sebuah TK tersebut, membuat Hung untuk kembali menguatkan idealismenya sebagai guru.
Awal melihat kondisi TK Yuen Kong, Hung melihat keanehan dalam sistem pendidikan pada TK tersebut. Kondisi TK yang kumuh, ruang kelas yang tidak tertata, hingga kepada ketersediaan guru yang tidak pada semestinya membuat Hung tergerak hatinya untuk menguatkan idealismenya sebagai guru. Hung pun rela dibayar HK$ 4500 untuk aktivitas sebagai kepala sekolah serta sebagai tukang sapu dan pekerjaan administrasi pendidikan sekalipun.
Aktivitas lainnya yang membuat film ini mengalami kelemahan yaitu kondisi guru yang awalnya mengajar lima siswa, namun saat kehadiran Hung guru tersebut tidak diceritakan kemana perginya guru tersebut. Film ini menjadi janggal memang.
Namun, saat melihat kelanjutan film Little Big Brother ini kelemahan tersebut tertutupi dengan kelebihan dari film ini yaitu saat Dong yang diperankan oleh Louis Koo membantu Hung untuk membersihkan dan menata TK tersebut menjadi sebuah sekolah yang selayaknya.
Saat berada di TK melihat kondisi kelima siswa pun turut menjadi perhatian lebih bagi sebuah idealisme dalam pendidikan. Begitupun dengan saat-saat Hung harus berhadapan dengan kondisi lingkungan yang juga tidak mendukung aktivitas pendidikan di TK tersebut. Saat keaktifan Hung dalam bekerja di TK membuat Dong turut andil dalam memberikan spirit kepada Hung untuk dapat sembuh dari penyakit tumornya yang baru saja selesai dioperasi tersebut.
Hung saat berada di TK dengan kondisi lima siswa dengan kondisi perekonomian mereka yang akar rumput, membuat Hung untuk bisa membantu kondisi mereka juga. Hung harus rela mengantar jemput si kembar Kitty dan Jennie karena permasalahan biaya bus yang semakin tinggi. Hung juga menyelami kisah Siu Suet yang mengalami kondisi perekonomian keluarga sebagai pengumpul besi bekas. Siu Suet juga mengimpikan untuk dapat bertemu dengan ibunya yang menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang terkendala dengan kondisi visanya untuk kembali ke Hong Kong yang bermasalah. Masih ada lagi kisah Hung yang harus mengetahui kondisi Chu Chu yang sangat takut akan hujan badai. Bagi Chu Chu yang diasuh oleh bibinya menganggap bahwa hujan badai dianggap sebagai Monster Guntur yang menewaskan ayah dan ibunya. Dan terakhir yaitu saat kondisi Hung harus mengatasi masalah Ka Ka yang menolak untuk pergi ke sekolah. Ka Ka tidak pergi ke sekolah karena untuk menjadi penengah bagi persengketaan ayah dan ibunya.
Kondisi mengatasi perekonomian kelima siswanya tersebut membuat film ini sebagai film yang inspiratif dan mengandung idealisme pendidikan yang tinggi. Akting yang menjadi perhatian lebih yaitu saat film ini memberikan sebuah motivasi bahwa seseorang harus memiliki impian dan cita-cita. Melalui acting Hung, kelima siswa tadi harus mempunyai impian dan cita-cita yang tinggi untuk menjadi seorang yang berarti dalam kehidupan. Sebuah quotes yang berarti untuk penonton yaitu bahwa ‘menjadi guru yang baik adalah yang terbaik’.
Dalam kisah selanjutnya mempertahankan agar TK tersebut senantiasa ada yaitu saat Hung harus berhadapan dengan tokoh pendidikan yang ternama di Hong Kong. Disinilah, kembali menguatkan idealisme bahwa seorang guru harus terlahir karena hatinya untuk mengabdi pada dunia pendidikan bukan semata-mata karena uang yang banyak dari penghasilan menjadi seorang guru.
Film dengan durasi lebih dari 100 menit ini telah meraih sukses besar di box office Hong Kong ini telah meraup HK$ 4500. Nah, dalam versi eksklusif dan tayangan perdana di Indonesia akan ditampilkan melalui saluran televise berbayar Celestial Movies pada hari Minggu, 25 Oktober 2015 jam 20.00 wib. Selamat menyaksikan dan silakan mengambil sebuah inspiratif berharga yang mengharu biru dari hadirnya film Little Big Master ini.
========
Produksi         : Universe Entertainment Limited
Sutradara        : Adrian Kwang
Produser         : Benny Chan
Penulis Naskah: Adrian Kwang dan Hannah Cheung
Pemain                       :
- Miriam Yeung sebagai Lui Wang Hung
- Louis Kuo sebagai Dong
- Ho Yun ying Winnie sebagai Ho Siu Suet (Siu Suet)
- Keira Wang sebagai Tam Mei Chu ( Chu Chu)
- Fu Shun Ying sebagai Lo Ka Ka (Ka Ka)
- Zaha Fathima sebagai Kitty Fathima (Kitty)
- Khan Nayab sebagai Jennie Fathima (Jennie)
- Richard Ng sebagai ayah Siu Suet (Tuan Ho)
- Anna Ng sebagai kerabat jauh Chu Chu (Bibi Han)
- Philip Keung sebagai ayah Ka Ka (Lo Keung)
- Lau Yuk Tsui sebagai ibu Ka Ka (Nyonya Lo)
Â
Â
Â
Sumber foto : dokumentasi Celestial Movies
          Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H