Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Cinta Berkawan

2 Oktober 2015   10:43 Diperbarui: 2 Oktober 2015   11:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Tiap sebentar Siti memandangi jam dindingnya. Kenapa Stepehn belum sampai juga hingga detik ini. Detak jantungnya mengikuti irama kegusaran hati dan pikirannya. Akankah aku jadi menikah dengan Stephen.

            Saat yang dinantikan pun tiba, Sebuah mobil berwarna putih dan sebuah mobil berwarna perak keluaran pabrik tahun 2000. Satu per satu orang yang berada di dalam mobil segera keluar. Namun, tak satu pun terlihat wajah Stephen terlihat.

            Salah seorang diantara mereka sebagai wakil dari mempelai pria menghampiri ayahku. Berbincang secara serius kepada ayahku.

            “Sebelumnya, maafkan kami sebagai wakil dari mempelai pria, karena kenyataan berkata lain. Stephen ternyata belum siap untuk menikahi Siti, Kami sudah berusaha meyakinkan Stephen namun tetap tidak bisa merubah keputusan hati dan pemikirannya,” ujar pria tersebut.

            “Kok bisa? Lalu akankah resepsi ini dibatalkan?” balas ayah Siti.

            “Tidak usah dibatalkan, Pak. Sebagai gantinya kami pun menghadirkan Umar sebagai pengganti dari Stephen yang siap untuk menjadi suami Siti.”

            “kalau memang begitu, baiklah saya akan tanyakan kepada Siti terlebih dahulu.”

            Ayah Siti menuju ke kamar Siti, begitupun dengan ibu Siti. Mereka berbincang lebih serius di dalam kamar Siti.

            Sejam berlalu. Undangan yang telah hadir pun semakin gusar. Begitupun besan dari mempelai pria.

            Pernikahan pun berlangsung. Namun, bukan pernikahan antara Siti dengan Stephen, melainkan Siti dengan Umar. Siti memang sudah begitu mencintai Umar. Namun, Umar berusaha untuk bisa mencintai Siti.

            Mitsaqon Gholizo sebagai kata-kata pamungkas Akad Nikah yang berkekuatan dahsyat pun terlontar dari mulut ayah Siti yang dilanjutkan dengan ucapan dari Umar. Lancar, tegas dan penuh kekuatan semangat untuk bisa mengarungi rumah tangga antara Umar dan Siti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun