Mohon tunggu...
SAEPUL PERMANA HIDAYAT
SAEPUL PERMANA HIDAYAT Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan swasta

Karyawan swasta, Railfans Daop 2 Bandung, penulis, serta penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dampak Musim Kemarau Terhadap Lingkungan

10 Oktober 2023   18:00 Diperbarui: 10 Oktober 2023   18:03 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber dampak dari kebakaran yang hampir mengenai Rumah warga | Foto: Saepul Permana 

Baru baru ini terjadi kebakaran di dua tempat, yakni di kawasan manggahang dan di dekat tugu Baleendah, di kawasan manggahang kebakaran di sebabkan oleh seorang anak yang menyalakan api di atas gunung hingga akhirnya merembet hampir ke pemukiman warga yang ada di bawah, warga di sana berjibaku memadamkan api dengan alat seadanya.

Sedangkan yang di Baleendah penyebabnya sama dari ulah seseorang yang tidak bertanggungjawab yang membakar sampah hingga merembet membakar rumput kering, beruntung pemadaman kebakaran bergerak cepat untuk memadamkan api sehingga api cepat di padamkan. Di sini kita belajar jangan pernah bermain api, yang dapat berdampak terhadap lingkungan. 

Selain dampak kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau, polusi pun turut serta berpartisipasi pada musim kemarau di tahun 2023. Banyak kebakaran hutan dan lahan serta industri yang membuang asap sembarangan menjadikan kualitas udara memburuk 

Di kawasan DKI JAKARTA kualitas udara mencapai 124, di Banten mencapai 123 berbeda sedikit dengan kedua kawasan. Namun saya menemukan hal yang cukup mengejutkan ketika saya membaca, surat kabar. 

Berdasarkan informasi dari katadata.id, kualitas udara di Jawa barat pagi itu dalam kondisi yang buruk / tidak sehat, hal ini berdasarkan halaman indeks standar pencemaran udara ( ISPU ) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) pada hari Sabtu 2 September 2023, terungkap bahwa indeks kualitas udara di Jawa barat sebesar 153. 

Menurut Direktorat pengendalian pencemaran udara KLHK, ISPU merupakan angka tanpa satuan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu dan di dasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. 

Perhitungan ISPU berdasarkan hasil pengukuran tujuh parameter pencemar udara yakni PM 10, PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. pengukuran parameter pencemar udara tersebar di 72 stasiun di berbagai daerah. 

Berdasarkan Permen LHK No . 14 tahun 2020 tentang indeks standar pencemar udara, ISPU pada rentan 0-50 memiliki kualitas udara baik, rentang 51-100 berarti kualitas udara sedang, rentang 101-200 kualitas udara tidak sehat yang bersifat merugikan manusia, hewan, dan tumbuhan.

Berikutnya, kualitas udara sangat tidak sehat pada rentan 201-300 dapat meningkatkan resikon kesehatan pada kelompok sensitif. Sementara, kualitas udara berbahaya pada rentang lebih dari 300 dapat merugikan kesehatan secara serius dan penanganan cepat.

Kesimpulan

Kesimpulan dari catatan ini ialah sebagai manusia, kita harus bisa menjaga lingkungan dan menjaga kesehatan, banyaknya pembakaran hutan yang menimbulkan asap yang berlebih serta gas karbonmonoksida dari kendaraan pribadi menjadikan, kualitas udara tercemar oleh polusi udara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun