"I want aggression! If we suspect a building, we take down this building! If there's a suspect in one of the floors of that building, we shell it. No second thoughts. If it's either them or us, let it be them. No second thoughts. If someone approaches us, unarmed, and keeps coming despite our warning shot in the air, he's dead. No one has second thoughts. Let errors take their lives, not ours"
Artinya: "Saya ingin agresi! Jika kita mencurigai sebuah gedung, kita runtuhkan gedung itu! Jika ada yang dicurigai di salah satu lantai gedung itu, kita tembaki. Tidak ada pikiran kedua. Jika itu adalah mereka atau kita, biarkan mereka. Tidak ada pikiran kedua. Jika seseorang mendekati kita, tidak bersenjata, dan terus datang meskipun kita telah memberikan tembakan peringatan di udara, dia akan mati. Tidak ada yang berpikir dua kali. Biarkan kesalahan yang merenggut nyawa mereka, bukan nyawa kita."
Maka tak mengherankan jika penjajah Israel dengan kejinya membantai warga palestina di jalanan, camp-camp pengungsian dengan menjatuhkan berbagai bom. Seperti peristiwa tragis yang terbaru dengan menggunakan jet tempur penjajah Israel menjatuhkan tujuh bom seberat hampir 1 ton atau 2.000 pon serta rudal di kamp pengungsian di kamp darurat di Rafah, menyebabkan kebakaran yang menghanguskan sekitar 14 tenda 45 orang tewas dalam serangan itu. Sebanyak 249 orang lainnya luka parah.
Ironi ini juga bertentangan dengan janji Human Dignity yang tercantum di situs resmi IDF. "The IDF and its soldiers are obligated to preserve human dignity. All human beings are of inherent value regardless of race, faith, nationality, gender or status.". yang artinya: ("IDF dan para prajuritnya berkewajiban untuk menjaga martabat manusia. Semua manusia memiliki nilai yang melekat tanpa memandang ras, keyakinan, kebangsaan, jenis kelamin, atau status.") Semangat IDF memuat pedoman bagi prajuritnya untuk menggunakan senjata dan kekuatan mereka hanya untuk mencapai tujuan misi, sejauh yang diperlukan, dan untuk menjaga kemanusiaan bahkan selama pertempuran. Tentara IDF tidak akan menggunakan senjata dan kekuatan mereka untuk menyakiti warga sipil atau tawanan perang, dan akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari kerugian jiwa, tubuh, martabat, dan harta benda.
Namun, semua itu hanyalah pernyataan yang tertera di dokumen. Kenyataannya, komandan IDF memberikan instruksi kepada pasukannya untuk mengeksekusi siapa pun yang mereka lihat, bahkan jika itu hanya seorang anak kecil yang memegang batu, atau seorang gadis kecil yang memegang gunting, para prajurit diperintahkan untuk menembaknya. "You see something and you're not quite sure? You shoot we were generally instructed: if you feel threatened, shoot. They kept repeating to us that this is war and in war opening fire is not restricted." Mereka tak ragu menembak non-kombatan, tak heran jika korban anak-anak adalah pemandangan biasa di Palestina.
Pengakuan pelanggaran IDF itu dulu pernah disampaikan sendiri oleh wakil kepala staf IDF, Mayjen Yair Golan saat memberikan pidato pada Hari Peringatan Holocaust. Dia melihat kesamaan antara Nazi Jerman pada tahun 1930-an (yang melakukan gesida atau pembunuhan massal kaum Yahudi) dengan tentara Israel saat ini dalam hal "Signs of intolerance and violence" Jadi, kendati para petinggi IDF, para pembela Zionisme terus saja mengelak, berapologi, dan menutupinya, namun sesungguhnya dunia sudah bisa melihat dan menilai dengan mata kepala sendiri.
 "There is no flag large enough to cover the shame of killing innocent people."
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H