Kepemimpinan dalam suatu organisasi tidak digunakan sebagai sarana untuk mencari eksistensi, popularitas, atau mengumpulkan kekayaan, sebagaimana dijelaskan oleh Robbin "Tujuan kepemimpinan adalah untuk menghubungkan dan melibatkan sejumlah orang pada tingkat yang sesuai guna mencapai tujuan bersama." Kepemimpinan merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin untuk menjalankan kerjasama yang produktif dengan pendukung atau yang dipimpinnya.
Konsep kepemimpinan mencakup berbagai aspek, mulai dari definisi hingga hal-hal lain yang terkait dengan kepemimpinan. Prof. Kadamen, SJ, dan Drs. Yusuf Udaya mendefinisikan kepemimpinan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha mencapai tujuan yang diinginkan oleh kelompok. A Robert Baron juga menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana individu memberikan pengaruh terhadap anggota kelompok lain terkait pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok atau organisasi.
Dalam inti kepemimpinan terdapat tiga aspek yang perlu mendapat perhatian:
Aspek manusia, yang mencakup peran manusia sebagai pemimpin dan manusia yang dipimpin. Baik pemimpin maupun yang dipimpin adalah individu-individu manusia yang saling terhubung satu sama lain dalam konteks kepemimpinan. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa esensi kepemimpinan berkaitan dengan unsur manusia.
Aspek sarana, yang merujuk pada alat atau teknik yang digunakan dalam pelaksanaan kepemimpinan. Dalam mengelola hubungan antarmanusia, baik pemimpin maupun yang dipimpin harus memiliki sarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan dalam organisasi, seperti pengetahuan yang luas dan pengalaman yang substansial. Oleh karena itu, persoalan kepemimpinan melibatkan diskusi mengenai sarana.
Aspek tujuan, yang merupakan langkah terakhir yang menentukan arah gerak kelompok manusia menuju suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa tujuan merupakan bagian integral dari kepemimpinan.
Ketiga unsur tersebut saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain dalam pelaksanaan kepemimpinan. Oleh karena itu, inti dari kepemimpinan yang pertama membahas aspek-aspek manusia, sarana, dan tujuan. Kemudian, esensi kedua melibatkan Asas Resiprositas, seperti yang dijelaskan oleh Tolib Efendi S.H., M.H. Menurutnya, Asas Resiprositas adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu lainnya atau antara negara satu dengan negara lainnya. Istilah ini sering digunakan dalam konteks Ekstradisi Hukum Pidana Internasional, dan mencakup makna bahwa jika suatu negara menginginkan perlakuan baik dari negara lain, maka negara tersebut juga harus memberikan perlakuan baik kepada negara lain.
Asas resiprositas memiliki keterkaitan yang erat dengan kepemimpinan, seperti yang terlihat dalam definisi kepemimpinan oleh A Robert Baron, yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana individu memengaruhi anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok atau organisasi. Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa kepemimpinan melibatkan pengarahan sumber daya dan pengaruh terhadap orang lain agar dapat bekerja secara produktif guna mencapai tujuan bersama.
Dalam konteks kepemimpinan, makna yang terkandung mengacu pada pengarahan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengikut atau yang dipimpin harus memiliki semangat dan menunjukkan peran kepemimpinan. Hal ini berarti bahwa yang dipimpin dapat memengaruhi pemimpinnya. Oleh karena itu, kepemimpinan menunjukkan bahwa proses saling mempengaruhi terjadi antara pemimpin sebagai pelaku dan yang dipimpin sebagai pendukung, menciptakan hubungan timbal balik dua arah, yaitu Asas resiprositas.
Asas resiprositas dalam konteks kepemimpinan memiliki manfaat besar untuk kemajuan organisasi. Dampaknya adalah bahwa seorang pemimpin tidak bertindak sewenang-wenang dalam mengelola organisasi, dan yang dipimpin tidak akan menyimpang dari kebijakan pemimpin. Oleh karena itu, Asas resiprositas akan membangun solidaritas dalam organisasi, menciptakan hubungan saling mendukung untuk kemajuan bersama.Dalam perkembangan zaman kontemporer ini, kita sedang berhadapan dengan suatu tatanan kehidupan baru yakni era disrupsi. Segala aspek kehidupan zaman sekarang, menitik beratkan pada teknologi kecepatan yang serba instan untuk membantu kehidupan manusia dalam segala aktivitasnya. Hal semacam ini sangat berpengaruh bagi ekonomi, sosial dan politik, salah satunya dalam segi kepemimpinan. Perkembangan zaman yang semacam ini membawa dampak positif dan negatif terhadap kehidupan manusia.