Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup hanya sekali, Jangan menua tanpa karya dan Inspirasi !!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Geoekonomi dan Keamanan Negara

28 Juni 2023   19:09 Diperbarui: 28 Juni 2023   19:30 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Dalam konteks domestik Indonesia sebagai negara yang berada di tengah-tengah perkembangan global juga terpengaruh oleh dinamika global dan regional. Perkembangan politik, sosial, dan keamanan di kawasan juga berdampak pada perkembangan sosial, politik, dan keamanan di Indonesia. Isu-isu keamanan domestik yang muncul dalam dekade terakhir ini tidak lepas dari kontribusi faktor-faktor eksternal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain faktor eksternal, terdapat pula faktor internal yang berpotensi mempengaruhi stabilitas keamanan nasional. Beberapa faktor tersebut meliputi heterogenitas suku bangsa di Indonesia, situasi ekonomi yang meningkatkan beban hidup masyarakat, serta faktor politik dan sosial. Akumulasi faktor-faktor eksternal dan internal tersebut kemudian muncul dalam berbagai bentuk ancaman dan gangguan terhadap keamanan nasional, yang juga dapat mengganggu stabilitas kawasan secara keseluruhan.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan menurut Jervis terdapat dua asumsi tentang bagaimana negara bertindak dalam menghadapi ancaman sesuai dengan kondisi lingkungan strategis yang mereka hadapi. Dua model tersebut adalah model deterrence (pencegahan) dan model spiral atau security dilemma (dilema keamanan). Berikut adalah penjelasan mengenai kedua model tersebut:

  • Model deterrence (pencegahan) menjelaskan alasan di balik perilaku agresif suatu negara dalam menjaga kepentingan nasionalnya. Teori ini juga menggambarkan perlunya tindakan yang dilakukan untuk menjaga lawan tetap dalam kendali. Negara tersebut akan melakukan tindakan yang menantang lawan untuk melihat reaksinya. Jika negara yang menantang merasa bahwa lawan bersedia berkompromi, maka itu akan menjadi keuntungan baginya dan akan mengambil manfaat dari situasi tersebut. Negara yang menantang akan terus meminta konsesi untuk mempertahankan ambisinya. Namun, jika negara yang menantang menyadari bahwa lawannya memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang diperkirakannya sehingga kemungkinan keberhasilannya kecil, maka negara tersebut akan menghentikan tindakannya. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadinya perang antara kedua belah pihak.
  • Model spiral atau security dilemma menjelaskan situasi di mana suatu negara (atau negara pertama) ingin meningkatkan keamanannya dengan meningkatkan kemampuan pertahanannya. Namun, ketika negara tersebut meningkatkan kemampuannya, hal itu justru meningkatkan ancaman yang dirasakan oleh negara kedua atau negara-negara lain di sekitarnya. Ini menciptakan persepsi negara kedua tentang ancaman agresi, sehingga mereka juga meningkatkan kemampuan pertahanan mereka untuk menjaga diri dari kemungkinan serangan. Negara pertama, melihat reaksi ini, kemudian merasa semakin terancam oleh negara kedua, yang membuatnya meningkatkan kekuatan pertahanannya dengan lebih agresif. Kondisi ini menciptakan efek spiral karena setiap negara saling merasa terancam oleh negara lain dan meningkatkan pertahanannya sebagai respons. Mereka bersiap menghadapi skenario terburuk dalam mempertahankan negara mereka ketika ancaman semakin meningkat. Kondisi ini dapat memicu perlombaan senjata bahkan eskalasi konflik hingga peperangan. Model spiral ini juga dikenal sebagai security dilemma. Untuk mengatasi kondisi ini, disarankan agar negara membangun kerjasama, kepercayaan, dan institusi dalam lingkungan strategis mereka. Model ini memberikan kritik terhadap model deterrence karena sekarang hampir tidak ada negara yang beroperasi dalam keadaan anarkis.

Namun meskipun demikian langkah-langkah taktis dan strategis dalam bidang bidang ekonomi pertahanan harus senantiasa dilakukan oleh negara misalnya:

  • Mengembangkan model-model ekonomi pertahanan khusus untuk Indonesia dengan asumsi yang lebih realistis. Misalnya, melakukan studi yang lebih mendalam untuk mengkuantifikasi ancaman eksternal dan internal dengan lebih akurat.
  • Melakukan penelitian khusus tentang industri pertahanan yang semakin penting dalam memperkuat posisi pertahanan negara dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian melalui produksi dan pengembangan teknologi.
  • Penelitian untuk memahami ancaman internal, terutama yang relevan dengan Indonesia. Topik-topik yang dapat dikembangkan meliputi pemberontakan dan pemisahan diri, konflik horisontal, terorisme, korupsi, hak asasi manusia, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Topik-topik ini sangat penting untuk diteliti secara ilmiah di konteks Indonesia.
  • Menghadapi perkembangan militer di dunia, diperlukan penelitian yang lebih komprehensif. Misalnya, mengkaji topik-topik seperti manajemen pertahanan, manajemen anggaran pertahanan, kekuatan persenjataan minimal, perlombaan senjata antar negara, keamanan laut dan perbatasan, penyelesaian konflik dan perdamaian, peperangan asimetris, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun