Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Geopolitics Specialist

Geopolitics, Democracy, Activism, Politics, Law, and Social Culture.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Garis Haluan Geopolitik Tiongkok Dalam Mengambil Keuntungan di Tengah Kecamuk Perang Russia-Ukraina

26 April 2023   21:04 Diperbarui: 3 Februari 2024   15:46 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: RRI.co.id

Direktur Jenderal International Institute for Strategic Studies John Chipman mengatakan, Eropa adalah inti arsitektur keamanan Barat. Perang Russia-Ukraina telah memaksa AS dan sekutunya menata ulang prioritas kebijakan keamanan mereka. Sampai Desember 2021, Washington dan hampir seluruh sekutunya memusatkan perhatian ke Indo-Pasifik. Serangan Rusia ke Ukraina memaksa mereka mengubah perhatian.

Menurut Pierre Razoux, yang memimpin lembaga kajian FMES di Perancis menyatakan bahwa Perubahan fokus gara-gara perang Russia-Ukraina itu menjadi kemenangan pertama Tiongkok Sangat jelas, perang akan bisa berakhir dengan kondisi Rusia dan Eropa semakin lemah. Sementara dua pemenang besar dari situasi ini adalah AS dan Tiongkok.

Keuntungan lain Tiongkok gara-gara perang Ukraina adalah Beijing mendapat energi dengan harga diskon dari Russia. Lembaga konsultansi bisnis energi, Energy Aspects, menaksir Tiongkok akan mengimpor hingga 2,2 juta barel minyak per hari dari Rusia pada 2023. Saat AS dan sekutunya menolak membeli minyak, gas, hingga batubara dari Rusia, Tiongkok dengan senang hati menerimanya. Bukan hanya dapat potongan harga, sebagian komoditas itu dibayar Tiongkok dengan renminbi. Dengan kata lain, Tiongkok tidak perlu menggerus cadangan devisanya untuk mengimpor energi.

Kemudian, Perang Russia-Ukraina telah membentuk dasar konsolidasi lebih lanjut dari NATO yang dipandang oleh Tiongkok sebagai upaya membantu kepentingan geopolitik Amerika Serikat. Baik Russia maupun Tiongkok menganggap bahwa NATO bukan sebagai Aliansi pertahanan tetapi sebagai instrument ekspansionisme Amerika serikat. Perang telah memacu reaksi politik, ekonomi, dan keuangan dari eropa dan Amerika Serikat, terkadang dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini tentunya memberikan garis merah dan gambaran informasi berharga bagi Tiongkok tentang mekanisme tanggapan Amerika Serikat dan Eropa jika suatu saat terjadi konfrontasi besar-besaran dengan Barat dan Amerika Serikat terkait Taiwan.

Pada akhirnya, perang di Ukraina mendorong Presiden Xi Jinping untuk menjadi lebih aktif dalam memperluas pengaruhnya di berbagai belahan dunia Timur Tengah, Ocenia, Afrika, Amerika Selatan salah satunya hal ini dibuktikan dengan keberhasilan Tiongkok mendamaikan dua kekuatan besar di Timur Tengah (Arab Saudi-Iran). Sementara Amerika Serikat dan Uni Eropa terbebani dengan kebijakan Hawkins terhadap Russia dan kesulitan sosial dan ekonomi.

Apapun hasil dari perang Russia dan ukraina akan menciptkan lingkungan geostrategic baru yang akan berdampak terhadap persaingan strategis Tiongkok dengan Barat. Dalam hal ini kemungkinan Beijing akan melobi agar kedua belah pihak melakukan gencatan senjata.

Adapun perhitungan Geostrategi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa posisi Tiongkok dalam perang Russia ukraina tidak ada hubungannya secara langsung dengan ukraina, melainkan harus ditinjau dari lensa geostrategic Tiongkok-Amerika Serikat. Masa depan Ukraina adalah masalah sekunder, itulah mengapa Tiongkok tidak bergabung dalam negara-negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Russia. Bukan karena Tiongkok mendukung invasi militer Russia ke Ukraina akan tetapi bilamana Tiongkok menyetujui sanksi seperti barat dan Amerika Serikat secara tidak langsung Tiongkok tunduk pada yang kehendak Amerika Serikat yang tidak dapat diterima oleh Beijing.

Dari gambaran singkat diatas jelas bahwa pemenang sesungguhnya dari perang Russia-Ukraina bukan salah satu pihak yang hari ini sedang bertikai akan tetapi pemenang sesungguhnya adadah Tiongkok. Lal Salam...Kalau kata Sun Tzu "Ditengah kekacauan selalu ada peluang dan kemenangan terbesar adalah adalah kemenangan yang tidak membutuhkan pertempuran."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun