Mohon tunggu...
Isep Saepul
Isep Saepul Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

soy un chico y hay unas personas que dicen que estoy loco :0. jajaja\r\n\r\nIch hasse Gott weil er niemals mich seht, niemal mich versteht! \r\n\r\nso what else\r\n\r\nah ja! vanavond gaat ik met mijn vriendje. Hij is een mooi man, weet jij!?\r\n\r\npourquoi? oh je ne peux pas parler Francais beaucoup! c'est seul, si! je suis un gai! haha mais ... tha-ra!\r\n\r\nani ohev otakh!\r\n\r\nya tebya lyublyu!\r\n\r\nsa agapo! thata!! :-)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terlalu Awam untuk Mempercayai Kehidupan itu ada

24 Oktober 2012   10:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:27 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"kehidupan itu tidak ada" memang terdengar tak waras, ungkapan itu. Namun, pemvonisan "gila" pada ungkapan itu jelas hanya perbuatan awam. Tak ada ruginya bila kita belajar untuk terbiasa menetas dari cangkang keawaman dalam berpikir pun berpandangan.

Otak manusia adalah keajaiban kedelapan dalam di atas bongkahan batu bernama planet bumi ini. Dengan otak manusia, bumi muka bumi bisa berubah! Dengan otak manusia, maujudlah ide-ide yang semakin digali semakin unik saja, bahkan terdengar tak waras.

Gagasan bahwa kehidupan itu tidaklah ada merupakan hasil pemikiran manusia yang tak bisa serta merta dianggap pemikiran kualitas ikan teri. Ini adalah sebuah titik tolak dari sebuah pemikiran falsafati yang melihat sedalam-dalam mungkin palung hakiki realitas. Anggapan bahwa kehidupan itu ada hanyalah asumsi kekeliruan massal sepanjang sejarah peradaban manusia. Asumsi ini (bahwa kehidupan itu ada) tak ubahnya seperti agama yang menginfeksi kehidupan hingga menjadi common sense yang yang disakaui bila tidak hadir.

Keistimewaan dan kelebihan yang dimiliki entitas yang diberi nama makhluk hidup tak lain adalah merupakan hasil kolaborasi benda-benda mati yang membentuk sebuah organisasi dan dengan seleksi alam dan adaptasinya membentuk sebuah keteraturan. Manusia, kucing, kebo, sampai makhluk monera, tak lain adalah mesin-mesin alam di muka bumi ini.

Sudah bisa diduga, orang yang berpemikiran kualitas Kabayan akan bertanya "lalu, bagaimana untuk menampik ciri-ciri makhluk hidup yang membedakan makhluk hidup dengan benda mati?"

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah: ciri-ciri itulah yang merupakan imbas dari gabungan benda-benda mati, kalau ciri-ciri makhluk hidup adalah aktifitas dari suatu penyatuan benda-benda mati dalam tubuh yang disebut makhluk itu, maka makhluk itu juga merupakan benda mati dan ciri-cirinya itu adalah akibat benda-benda mati pula. Ciri-ciri itu beserta bantahannya antara lain:

*Berkembang biak

ini tak lebih dari sintesis dari reakri kimia berupa penyatuan zat kimia bernama sperma dan ovum; sperma adalah sel, dan sel setelah diurai lagi, adalah materi (hakiki terdalam adalah materi)

*Bernafas dan makan

Apa bedanya dengan proses pemberian bahan bakar mobil atau listrik pada batu batere?

*Bergerak Sendiri

makhluk hidup juga bergerak dikarenakan proses kimiawi dalam tubuhnya. Kalau bisa bergerak sendiri adalah ciri makhluk hidup, maka angin, gravitasi dan bahkan bumi juga bisa dikatakan mahkluk hidup atas pergerakannya.

Ringkasnya, kehidupan itu hanyalah semboyan untuk benda-benda yang diklasifikasikan makhluk. Makhluk hidup bergerak, makan, berpikir, merasa, adalah sebuah hasil dari aktifitas kimiawi yang terkandung dalam makhluk itu sendiri. Intinya, "kehidupan" hanyalah sebuah pedikotomian terhadap benda. Dari sana, teori roh atau nyawa hanyalah sebuah hoaks sejarah belaka. Teori roh hanya berlangsung ketika manusia masih buta sains. Dan karena roh hanyalah entitas immaterial yang tak punya bukti indrawi akan eksistensinya. Danke!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun