Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Melihat Anies dari Dekat

21 Januari 2024   05:45 Diperbarui: 21 Januari 2024   05:45 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dok. Relawan Turun Tangan

Pasca debat capres ketiga yang diselenggarakan oleh KPU, 7 Januari 2024 kemarin, dukungan dan juga hantaman kepada Capres nomor urut 1 Anies Baswedan menjadi semakin kuat.

Anies semakin banyak melakukan gerakan Desak Anies di pelbagai daerah, salah satunya yang mengharukan yaitu di Kota Sorong, Papua Barat Daya.

Desak Anies di tanah Papua berhasil menggaet massa yang tumpah ruah berada di luar dugaan, rupanya Anies dapat diterima di kalangan masyarakat yang beragam.

Pelukan hangat dari warga Papua menepis stigma politik identitas yang selama ini digaungkan oleh mereka-mereka yang kecewa pada Pilgub DKI pada 2017 silam dengan kekalahan Ahok.

Masih banyak yang tidak berhasil move on terhadap isu bahwa Anies Baswedan menggunakan agama sebagai kendaraan politiknya.

Stigma seperti ini tentu hanyalah mitos, meskipun harus diakui segelintir orang di dalam massa pendukung Anies Baswedan pada saat itu mempolitisasi agama untuk memenjarakan Ahok.

Secara pribadi saya berpendapat bahwa orang-orang yang masih bertahan dengan stigmanya, tidak pernah melihat Anies dari dekat. Bukan hanya wujud fisiknya, tetapi juga perilakunya, cara berpikirnya, karismanya, serta yang paling penting gagasannya.

Bukan hanya stigma politik identitas, Anies Baswedan juga kerap disebut tidak mampu kerja, hanya banyak omon(g), mereka tidak fair dalam melihat kerja Anies sewaktu memimpin DKI.

Juga mengenai tuduhan korupsi Formula E, yang sampai saat ini masih disinggung di kalangan warganet, padahal sampai kini tuduhan tersebut tidak pernah terbukti.

Pada akhir tahun 2022 yang lalu, saya diberikan buku karya seorang senator asal Sulawesi Selatan, Tamsil Linrung dkk, yang berjudul 'Anies Baswedan Harapan Perubahan'.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dari beberapa orang mengenai kesaksian terhadap Anies, yang kerap berhadap-hadapan dengan istana semenjak menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta.

Salah satu isu yang menguat pada saat itu adalah upaya penjegalan Anies maju sebagai Capres 2024, melalui sikap agresif ketua KPK RI Firli Bahuri terkait dugaan adanya kasus formula E.

Entah mengapa Firli Bahuri mati-matian berupaya mentersangkakan Anies, selalu mencari bukti dan pendapat para ahli yang dapat digunakan untuk menjerat Anies, demi pembatalan pencapresan Anies.

Saya mendapatkan buku itu pada saat Anies berkunjung ke Kota Palu Sulawesi Tengah dalam rangka mengisi acara Munas KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) ke-XI.

Beruntungnya saya pada saat itu dapat melihat Anies dari dekat, bukan hanya fisik, tetapi juga kata-kata, pikiran, gagasan, serta sikapnya terhadap respons negatif terhadap dirinya.

Anies dalam perjumpaan itu di benak saya bukan seorang pendendam. Dia tidak membalas tudingan miring yang selama ini dialamatkan kepadanya.

Dia menekankan, bahwa sesungguhnya tudingan itu tidak untuk diladeni dengan sikap sentimentil, melainkan dengan cara menunjukkan bukti bahwa yang dituduhkan tidak sesuai kenyataan.

Sederhananya Anies mengatakan bahwa apabila tudingan itu dilontarkan oleh seseorang, langsung minta buktinya, apabila ada maka bantah dengan bukti yang diyakini benar. 

Apabila si penuduh tidak mampu menjawab bukti yang disodorkan dan malah mulai bersikap irasional, maka tinggalkanlah perdebatan, karena tidak ada gunanya.

Oleh sebab itu tidak heran apabila orang-orang itu selalu menilai negatif terhadap Anies, sebab mereka belum pernah melihat Anies dari dekat.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun