Hal itu karena calon idol Korea harus dipingit dari pergaulan luas terlebih dahulu. Mereka akan di-coaching, sampai benar-benar sang idol siap manggung dan debut.
Para idol baru biasanya melakukan live untuk menyapa para fans. Dengan segala kekakuan berinteraksi dengan dunia luar, para idol baru itu pada akhirnya melakukan live dengan polos-polosnya.
Para fans K-Pop melihat hal itu terjadi pada diri Park Ahn Nice. Sampai ditanya soal istilah 'etalase kacamata', yang populer di kalangan Gen-Z, Park Ahn Nice kebingungan menjawab.
Kesan yang ditangkap oleh fans K-Pop, mengantarkan mereka melacak jejak Anies lebih jauh, setidaknya akhir-akhir ini pada masa pencalonan Capres untuk Pilpres 2024.
Dengan cara begitu, nalar kreatif Gen Z fans K-Pop terpompa, akun @aniesbubble tidak hanya memancing munculnya simbol, meme, mascot, atau poster-poster Park Ahn Nice, tetapi juga mengupdate jadwal kampanye sang Abah.
Dapat dicek langsung pada akun X @aniesbubble bagaimana jadwal kampanye Park Ahn Nice diupdate, termasuk jadwal live dan jadwal Desak Anies.
Namun tidak mentang-mentang mendapat dukungan dari Gen Z seperti fans K-Pop, Park Ahn Nice jadi besar kepala dan hanyut dalam euforia keseruan.
Anies tetap pada programnya, Park Ahn Nice tetap pada Desak Anies nya. Dukungan Gen Z ini tidak boleh menghilangkan substansi dari perjuangan memenangkan Pilpres 2024, yaitu mewujudkan perubahan.
Satu hal yang perlu diacungi jempol dengan adanya fenomena Park Ahn Nice dan Cha Im In, yaitu Gen Z mulai melek politik. Dengan dukungan K-Pop ini diharapkan menjadi magnet bagi para milenial untuk kembali peduli kepada kehidupan perpolitikan di tanah air.
Gen Z juga sering disebut-sebut sebagai generasi swing voters. Kalangan ini seringkali menjadi golongan yang dianggap masa bodoh terhadap dunia politik: lha wong sama saja kok, memilih dan tidak pun Indonesia tetap begini-begini saja.
Setidaknya fenomena Park Ahn Nice, Cha Im In, Abah Online, Abah Owl, Anies Bubble, menjadi penanda bahwa Gen Z berhasil ditarik kembali untuk melek politik.***