Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pendidikan Politik Wujudkan Pemilih Rasional: Berkaca kepada Gerakan Desak Anies

31 Desember 2023   06:58 Diperbarui: 31 Desember 2023   07:02 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: tangkap layar video Instagram @aniesbaswedan

Presiden Jokowi menyampaikan pidato di depan jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada Rapat Konsolidasi Nasional dalam Rangka Kesiapan Pemilu 2024 di Istora Senayan, Jakarta, 30 Desember 2023.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi meminta KPU harus siap melaksanakan Pemilu 2024 yang jujur dan adil. Serta berupaya melakukan pendidikan politik, mengedukasi masyarakat agar menjadi pemilih cerdas.

"Pendidikan politik harus dilakukan secara masif tidak saja mengedukasi tentang tahapan pemilu tetapi juga mengajak Masyarakat menjadi pemilih-pemilih yang cerdas," demikian isi pidato Presiden Jokowi yang didokumentasikan oleh setkab.go.id.

Bagi KPU itu suatu kewajiban. Sebagai lembaga negara, KPU tidak dapat mengabaikan tugas-tugas yang diembankan oleh negara. Jika tidak dijalankan maka tidak profesional dan wajib dievaluasi.

Tetapi bagi pihak-pihak lain yang tidak dibebankan secara spesifik, memberikan pendidikan politik serta mengedukasi masyarakat menjadi pemilih cerdas adalah suatu bonus.

Lawannya adalah pembodohan, mendidik masyarakat dengan uang, serangan fajar, bagi-bagi sembako, beras, susu, amplop, uang tunai, serta menjauhkan masyarakat dari tradisi berpikir kritis.

Salah satu pihak yang aktif melakukan pendidikan politik menjelang Pemilu 2024 adalah Calon Presiden urut 1, Anies Baswedan.

Cara Anies melakukan pendidikan politik terhadap masyarakat, utamanya pemuda, yaitu dengan gerakan 'Desak Anies'. Menghadirkan masyarakat untuk berdialog secara terbuka. Siapa saja bebas datang untuk mendesak Anies, menjawab segala pertanyaan yang diajukan.

Masyarakat dikumpulkan di satu tempat dan berhadapan langsung dengan sang Calon Presiden, untuk bertanya langsung. Menguji gagasannya, mempertanyakan programnya, bila perlu mengkritik cara berpikirnya. Semuanya dilakukan secara bebas.

Bukannya bagi-bagi uang, acara Desak Anies justru dilakukan untuk bagi-bagi gagasan dan bagi-bagi wawasan. Masyarakat bebas mendiskusikan apa saja, menilai, bahkan dapat menolak untuk mendukung secara terang-terangan tanpa intimidasi.

Anies juga berulangkali menyampaikan dalam sesi-sesi Desak Anies, bahwa dia tidak meminta masyarakat untuk memilih dirinya. Tetapi jadilah pemilih yang rasional!

Rasional dalam pandangan Anies berasal dari kata 'rasio', perbandingan. Pemilih rasional adalah pemilih yang mampu melakukan perbandingan antara Calon Presiden yang satu dengan yang lainnya.

Sebaliknya, pemilih yang tidak mampu membandingkan antara calon pemimpin yang satu dengan calon pemimpin yang lainnya, adalah pemilih yang irasional.

Ada 3 aspek yang ditekankan Anies dalam perbandingan itu, sekaligus menjadi referensi bagi masyarakat untuk membandingkan calon pemimpinnya:

1. Rekam jejak;

2. Rekam gagasan;

3. Rekam karya.

Anies menilai 3 hal ini adalah prediktor terbaik untuk menilai calon pemimpin di masa depan. Bukannya berdasarkan janji-janji, soal itu, siapapun dapat menjanjikan segala hal.

Gerakan 'Desak Anies' lebih efektif untuk mengedukasi masyarakat dalam menghadapi Pemilu 2024. Masyarakat diajak berpikir kritis untuk menentukan calon pemimpinnya.

Masyarakat diajak untuk mengutamakan gagasan ketimbang yang lainnya termasuk uang. Politik jauh lebih bermartabat dibangun berdasarkan gagasan dibandingkan berdasarkan uang.

Tetapi gerakan 'Desak Anies' yang menghadirkan banyak masyarakat dalam setiap sesinya di daerah-daerah, belum tentu menjamin elektabilitas seorang Anies Baswedan bisa naik drastis.

Kekuatan gagasan bisa saja dikalahkan oleh kekuatan uang dan kekuasaan. Hal ini sekaligus dilema. Bagi sebagian masyarakat, gagasan tidak penting.

Melainkan uang, amplop, serangan fajar, money politics berkedok bansos, bagi-bagi uang berkedok sedekah, itulah yang belum dapat ditolak oleh sebagian masyarakat.

Bukan maksud merendahkan sebagian masyarakat, tapi kondisinya sudah seperti itu. Bahkan masyarakat tertentu sampai menulis di atas pintu rumahnya, "Siap Menerima Serangan Fajar".***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun