Orang-orang menyangka Nixon bakal menang gegara dirinya adalah Wapres petahana Eisenhower selama 8 tahun, dan masyarakat tahu bahwa si Wapres lebih dominan dalam pemerintahan.
Tetapi nyatanya Nixon kalah pada Pilpres AS tersebut. Gara-gara apa? Cak Nur bilang begini:
"Ketika diadu di televisi suara Nixon itu ternyata, pecah, kecil, dan cempreng. Sebaliknya suara Kennedy bagus dan berwibawa," kata Cak Nur dalam buku 'Atas Nama Pengalaman...' sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Cak Nur ingin menunjukkan bahwa sekelas Amerika Serikat sekakipun, masyarakatnya lebih memandang ketokohan Capres ketimbang isi debatnya, apalagi Indonesia.
Karena menurut Cak Nur, debat Capres sendiri lebih berguna sebagai edukasi politik ketimbang sebagai amunisi untuk mengalahkan Capres lain.
Jadi, meskipun dari segi wacana dan retorika Anies di atas angin, tetapi debat Capres telah membuktikan di dalam sejarah bahwa Capres yang sudah terlanjur ditokohkan akan dipandang lebih penting ketimbang isi gagasannya.
Hal ini sekaligus sebagai warning bagi para pendukung Anies, bahwa tidak tepat mengandalkan debat Capres, diskusi publik, serta semisalnya, lalu menganggapnya sebagai jalan efektif untuk memberi efek kemenangan.
Ingat, kisah debat Capres yang diceritakan oleh Cak Nur bisa jadi juga akan dialami oleh para Capres di Pilpres 2024.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H