Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Seperti Dendam dan Rindu, Ketakutan Lelaki Harus Dibayar Tuntas

10 Mei 2023   12:55 Diperbarui: 10 Mei 2023   12:55 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa setiap kita membuka laman web, iklannya dominan tentang obat kuat atau herbal keperkasaan kaum lelaki? Ada beberapa kemungkinan, kalau bukan perusahaan-perusahaan penyedia produk itu yang punya banyak modal, atau persaingan antara satu produk dengan produk lainnya, bisa jadi juga karena adanya permintaan yang meningkat yang sesungguhnya itu merupakan fenomena yang lagi trend sekaitan dengan obat-obatan itu.

Atau bisa jadi karena kemungkinan lain lagi, misalnya herbal keperkasaan merupakan solusi ketakutan para lelaki, yaitu takut kalau hidup menjadi tidak berarti lantaran alat vital tidak dapat fight. Lebih dari sekadar hidup yang tak berarti, penyakit khas lelaki (impotensi) ini dalam banyak kasus menyebabkan pasangan berselingkuh   lalu si lelaki kehilangan harga diri.

Gambaran mengenai hidup lelaki yang tak berarti itu bisa kita dapatkan dalam novel yang ditulis oleh Eka Kurniawan berjudul "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas", mengisahkan seorang lelaki bernama Ajo Kawir yang mengalami impotensi. Lantaran itu ia merasa hidupnya tak berarti sebagai lelaki, dan karenanya ia ingin menghabiskan hidupnya dengan berkelahi.

Bagi Ajo Kawir, berkelahi adalah cara lelaki  bertahan hidup. Tetapi bagi Iwan Angsa (salah satu tokoh dalam novel itu), berkelahi merupakan cara terburuk dalam bertahan hidup. Itu semacam nasihat baik kepada Ajo Kawir--dan mungkin juga untuk kita semua. Tetapi nasihat itu tak diacuhkannya.

Apa yang dialami Ajo Kawir bukanlah penyakit bawaan lahir. Melainkan dipicu oleh satu kejadian: ia mengintip dua orang polisi yang tengah ingin memerkosa Rona Merah--perempuan "sinting" yang ditinggal mati secara tragis oleh suaminya di depan mata kepalanya sendiri--di rumahnya, dan ia ketahuan.

Ajo Kawir lalu disuruh memperagakan, dengan ditelanjangi, lalu kedua polisi itu mengancamnya, setelah itu menertawai Ajo Kawir. Sedang Ajo Kawir jatuh di antara takut dan malu. Sejak saat itu alat vitalnya tertidur dan dalam waktu yang sangat lama tidak pernah--meminjam kata-kata di belakang buku--bangun dari tidurnya yang panjang.

Sepintas cerita ini terkesan ingin menonjolkan kecabulan. Tetapi itu sesungguhnya hanyalah medium untuk mengajukan sebuah kritik sosial bagi kehidupan masyarakat, terutama ketika kehidupan itu selalu dipandang dari sudut kaum lelaki.

Misalnya Rona Merah si wanita sinting yang ditinggal mati suaminya. Meski hidup dengan awut-awutan, nyatanya masih mengundang nafsu lelaki untuk menggaulinya. Ia dimandikan, didandani sampai bersih, lalu kedua oknum polisi beraksi.

Ini menggambarkan bagaimana seorang lelaki yang memandang perempuan tak berdaya, tak punya pelindung (dalam hal ini suami). Perempuan selalu tampil sebagai pemuas keinginan lelaki. Tinggal dilihat apakah ia bebas diperlakukan atau tidak. Bahkan seandainya perempuan menentukan tarif tinggi untuk nafsu sesaat, lelaki akan menyanggupinya.

Tentang bagaimana cara lelaki melihat perempuan dengan mata nafsu, satu adegan lagi dalam novel itu yang melukiskan seorang janda muda yang tak mampu membayar kontrakan rumah setelah dua bulan ditinggal suaminya. Lalu habis akal setelah perabotan dijual habis untuk membayar kontrakan yang tak kunjung cukup juga.

Pemilik kontrakan, namanya pak Lebe, lalu ingin menukar sewa kontrakan dengan tubuh si janda muda. Konon menurut novel itu, pak Lebe itulah yang meracuni suami si janda muda, ia bukan mati gegara muntaber sebagaimana diceritakan. Artinya, rencana menikmati tubuh si janda muda sudah lama ada di benak pak Lebe.

Tidak hanya soal bagaimana lelaki memandang perempuan sebagai pemuas nafsu, dalam pikiran lelaki juga seringkali menganggap selamanya hubungan badan itu mendatangkan kesenangan bagi perempuan. Namun Eka menampilkan kesakitan yang dialami si janda muda itu sebab ia tak suka. Lain halnya kalau ia melakukannya dengan suka rela, atas dasar cinta, ia akan berbahagia dengan itu.

Sejak di novel "Cantik Itu Luka", hingga di novel ini--Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas--Eka Kurniawan ingin memisahkan antara wilayah cinta dan wilayah nafsu. Di novel Cantik Itu Luka, Kamerad Kliwon dan Alamanda tengah bersampan ke tengah laut, pakaian mereka basah lantaran kecipratan air laut. Mereka keringkan, hingga mereka terlentang tanpa busana. Tetapi tidak terjadi apa-apa, padahal mereka saling cinta.

Di novel ini--Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas--pemisahan cinta dan nafsu itu dilihat dari hubungan Ajo Kawir dan Iteung. Layaknya orang yang dikebiri supaya hilang nafsu seksnya, Ajo Kawir yang impoten itu rupanya masih jatuh cinta bahkan tergila-gila pada Iteung.

Namun cinta itu bukannya tanpa kekhawatiran, alat reproduksi yang tak dapat berfungsi akan menjadi masalah di kemudian hari. Kelak akan menghancurkan keharmonisan rumah tangga. Ini merupakan ketakutan terbesar Ajo Kawir--dan mungkin juga ketakutan terbesar para lelaki sehingga obat, herbal, ramuan keperkasaan (kejantanan) lelaki menjadi santer di link-link berita daring, sebagai solusi dari ketakutan itu.

Tragisnya, ketakutan itu terbukti, akhirnya Iteung berselingkuh dengan temannya sendiri, gegara Ajo Kawir tak mampu memuaskan cintanya. Dan sayangnya itu terjadi di saat kejantanan Ajo Kawir mulai bangkit lagi dan ia lepas dari penyakit yang dialaminya.

Setelah kesakitan yang dialaminya bertahun-tahun karena impotensi, kini Ajo Kawir harus merasakan kesakitan yang sesungguhnya, ia dikhianati cintanya. Padahal ia sudah siap membayar rindu dengan tuntas. Sebagaimana ia membayar dendam dengan tuntas terhadap lawan-lawannya--semenjak masih impoten.

Ketakutan Ajo Kawir bisa jadi juga adalah ketakutan kita para lelaki. Oleh sebab itu ketakutan itu juga mesti dibayar tuntas, dan iklan-iklan herbal keperkasaan lelaki sangat memahami hal ini.

***

Judul: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun: Cet. X, 2019
Tebal: 243 halaman
ISBN: 978-602-03-2470-8

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun