Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

6 Pemikiran Pendidikan Anies Baswedan

7 Mei 2023   11:04 Diperbarui: 7 Mei 2023   11:24 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies Baswedan, namanya mencuat sebagai tokoh politik sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta, ditambah lagi ketika dicalonkan oleh Partai Nasdem sebagai calon Presiden RI ke-8. Meskipun namanya tidak pernah tercatat menjadi anggota parpol manapun.

Anies itu memang seorang pemimpin, jika dilihat dari sederet penghargaan yang telah diraihnya. Beberapa kali ia mendapatkan kategori pemimpin atau leader terbaik, meskipun di antaranya juga terdapat penghargaan untuk kategori tokoh terbaik, intelektual, dan pendidik.

Selain dikenal sebagai sosok pemimpin, Anies juga adalah seorang intelektual pemikir, khususnya di bidang pendidikan. Pendidikan bagi Anies merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan jiwa kepemimpinan bagi masyarakat.

Anies tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Ayahnya, Rasyid Baswedan, adalah seorang tokoh pendidik, dalam hal ini mantan wakil rektor Universitas Islam Indonesia. Ibunya, Aliyah Rasyid, adalah guru besar di Universitas Yogyakarta. Istrinya, Fery Farhati Ganis, juga adalah seorang pendidik khususnya di bidang parenting. 

Terpenting, gagasannya tentang pendidikan. Memisahkan Anies dari dunia pendidikan sesulit Anies sendiri memisahkan pendidikan dari kepemimpinan. 

Jika Rocky Gerung berkata bahwa "pikiran tidak disebut pikiran jika tidak dipertengkarkan", maka yang ada pada Anies Baswedan: pemikiran bukanlah sebuah pemikiran jika tak direalisasikan. Maka inilah sejumlah pemikiran pendidikan Anies Baswedan yang sudah ia wujudkan baik sebelum maupun ketika menjabat sebagai menteri pendidikan:

1. Sentuhan Pendidikan untuk Daerah Terpencil 

Soal pendidikan, daerah terpencil kerap mengalami pelbagai kesulitan. Salah satunya yang terpenting adalah tenaga pengajar. Menyadari kondisi ini, Anies mendirikan Gerakan Indonesia Mengajar.

Gerakan ini dibentuk dengan cara merekrut anak-anak muda yang concern atau memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan, berkomitmen mengajar di daerah-daerah terpencil tempat mereka ditugaskan.

Tugas para pengajar muda itu selain menjadi pengajar atau guru di tempatnya ditugaskan, juga menyerap aspirasi di kalangan masyarakat terpencil. Maka terjadi sikap saling memahami kebutuhan antara partisipan Gerakan Indonesia Mengajar dengan masyarakat setempat. Dari sini dapat dilakukan asesmen terhadap kebutuhan pengembangan pendidikan di masa mendatang.

Gerakan itu bukannya tanpa hasil. Dalam jangka waktu lima tahun, jangkauan gerakan ini meningkat pesat dari semula 13 kabupaten menjadi 147 kabupaten. Tahun 2015 tercatat sebanyak 621 pengajar muda (dari Gerakan Indonesia Mengajar), 1.253 guru, 24.361 siswa, serta 80.668 anggota masyarakat terlibat dalam gerakan ini.

2. Pendidikan Berbasis Literasi

Di samping Gerakan Indonesia Mengajar, Anies juga mendirikan Gerakan Indonesia Menyala, yaitu gerakan penggalangan buku dan perpustakaan untuk sekolah-sekolah di pedalaman. Sebab buku-buku sangat penting dalam menunjang pembelajaran, serta sekolah-sekolah di pedalaman yang kesulitan mengakses buku-buku baik mata pelajaran maupun non-mata pelajaran, dapat terbantu dengan adanya gerakan ini.

Visi literasi Anies juga dibuktikan dengan kebijakan yang ditelorkannya sejak menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Kabinet Kerja Jokowi, yaitu siswa membaca buku non-mata pelajaran 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

Membaca buku-buku non-mata pelajaran diharapkan dapat meningkatkan daya kreatif siswa. Utamanya, demi peningkatan wawasan sehingga siswa dapat menghadapi persaingan secara global.

3. Pendidikan Kunci Perubahan dan Guru sebagai Sentrumnya

Menurut Anies Baswedan--dikutip dari buku "Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1945 - 2018"--pendidikan adalah kunci perubahan, dan sekaligus merupakan eskalator sosial ekonomi. Kemajuan bangsa Indonesia ditentukan pelaksanaan pendidikan yang baik.

Namun keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru dan kepemimpinan kepala sekolah. Guru merupakan pusat ekosistem pendidikan, oleh sebab itu, bagi Anies, guru menjadi fokus utama revitalisasi manajemen pendidikan nasional di Indonesia.

Salah satu implementasi upaya peningkatan kualitas guru yaitu, Anies mengeluarkan kebijakan Ujian Kompetensi Guru (UKG). Pada tahun 2015, peserta UKG mencapai tiga juta guru. Adapun maksud dari dilaksanakannya UKG bukan untuk mengukur guru berkualitas dan yang tidak, melainkan memacu guru-guru agar berdaya saing sesuai perkembangan zaman.

4. Menerapkan Kurikulum serta Ujian Nasional dengan Prinsip Anti-Diskriminasi 

Salah satu tanda bahwa Anies adalah sosok yang demokratis, bukan merupakan sosok tangan besi, bebal, dan diskriminatif, adalah ketika diberikan jabatan sebagai Mendikbud, ia menjadikan keluhan siswa, guru, dan orang tua dasar untuk membatalkan pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13), dan mengembalikannya ke kurikulum 2006.

Alasan penting pembatalan K-13 juga adalah ketidaksiapan sekolah dalam menerapkannya. Namun, K-13 tetap diberlakukan di sekolah tertentu demi kebutuhan uji coba. 

Bukan hanya kurikulum, nilai Ujian Nasional yang seringkali dianggap sebagai tolok ukur kelulusan siswa pun dijadikan Anies sekadar pemetaan atas pemerataan kualitas pendidikan di daerah-daerah.

Satu lagi bentuk komitmen Anies terhadap sikap anti-diskriminasi adalah menghapuskan MOS (Masa Orientasi Siswa), digantikan dengan Pengenalan Lingkungan Sekolah oleh pihak sekolah. Penghapusan MOS dimaksudkan untuk pemutusan tradisi balas dendam oleh kakak kelas terhadap siswa baru, di mana tindakan itu lebih dominan berdampak negatif ketimbang positif.

5. Peran Orang Tua dalam Pelaksanaan Pendidikan

Secara umum, Anies menganut pandangan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak. Berkebalikan dengan kebanyakan orang yang menghendaki tanggung jawab pendidikan sepenuhnya berada di tangan sekolah.

Orang-orang itu lupa, jika sekolah merupakan salah satu lembaga dalam trisentra pendidikan: formal (sekolah), non formal (luar sekolah), dan informal (keluarga). Bagi Anies, yang utama dari semua itu adalah keluarga, sebab ia merupakan tempat pertama dan utama dalam pembentukan karakter peserta didik.

Maka semasa menjabat sebagai Mendikbud, Anies menginginkan orang tua harus mengantarkan anaknya sendiri ke sekolah. Orang tua seharusnya berinteraksi dengan sekolah dan guru tidak hanya di awal, yaitu pada saat anak pertama memasuki sekolah, atau setiap awal semester. Orang tua harus terlibat dalam proses pendidikan, mesti terjadi komunikasi yang intens antara orang tua dan pihak sekolah.

Kemenpan-RB di masa itu juga mendukung melaui regulasi tertentu, sehingga orang tua yang pegawai negeri tidak perlu khawatir bakal terlambat datang ke kantor, akibat mereka terlebih dahulu mengantarkan anaknya ke sekolah.

6. Pendidikan adalah Jalan untuk Mempersiapkan Pemimpin

Meskipun Anies tidak menginginkan para guru terlibat dalam politik praktis, namun Anies tidak ingin pendidikan terpisah dari dunia kepemimpinan. Bahkan, pendidikan adalah medium melahirkan pemimpin, yang itu tidak terbatas pada siswa saja, melainkan siapapun yang terlibat di dalamnya. Juga kepemimpinan itu tidak mesti berarti kepemimpinan politik.

Pemikiran pendidikan Anies yang meletakkan pendidikan sebagai rahim untuk melahirkan pemimpin, dapat dilihat dari caranya membentuk Gerakan Indonesia Mengajar. 

Seperti yang dilaporkan oleh KBA Newspaper edisi 01, tanggal 6 februari 2022, bahwa dengan adanya Gerakan Indonesia Mengajar, diharapkan lahir pemimpin-pemimpin baru yang berkompetensi global, yang memahami persoalan masyarakat sampai pada level akar rumput.

Itu karena keterlibatan mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat di daerah terpencil. Sehingga mereka menjadi peka terhadap masyarakat yang seakan menjadi keluarga baru mereka sendiri.

Anies juga menjadi inspirator Gerakan Turun Tangan, sebuah gerakan yang mendorong anak-anak muda untuk turut aktif dalam gerakan politik. Gerakan ini dimaksudkan untuk menciptakan politik yang sehat, melawan tindakan kampanye hitam (black campaign) serta upaya-upaya pemecah belah bangsa lainnya. Dalam rangka merawat tenun kebangsaan--seperti pada salah satu buku yang ditulisnya itu.

Enam pemikiran pendidikan Anies di atas memberi kita gambaran, bahwa Anies bukanlah orang yang hanya membesarkan gagasan, tetapi juga menerapkannya sesuai dengan posisi yang didudukinya.

Gerakan Indonesia Mengajar didirikannya sebelum ia menjabat Mendikbud. Saat menjadi mentri, ia merealisasikan pikiran-pikirannya melalui peraturan mentri maupun berupa program lainnya. 

Anies juga bukan penganut pemikiran pendidikan untuk pendidikan. Melainkan pendidikan--bagi Anies--diselenggarakan demi kepemimpinan dan pengabdian kepada masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun