Sebab salat tarawih itu jumlah rakaatnya banyak. Apalagi anda yang memilih untuk mengikuti pendapat 20 rakaat, maka sangat perlu untuk mempertimbangkan kenyamanan, bukan hanya kebagusannya.
Saya pribadi, tidak akan mematok jenis outfit tunggal yang mesti dipakai untuk salat tarawih. Sebab, soal kenyamanan dalam salat tarawih berjamaah mesti memenuhi dari dua sisi: orang lain dan diri kita sendiri.
Lagipula karyawan swasta seperti saya yang aktivitasnya lebih banyak di luar rumah, termasuk di bulan ramadan, tentu tidak begitu mematok outfit tarawih yang mesti saya gunakan. Asalkan saya nyaman bagi saya, dan jamaah masjid tempat saya melakukan salat tarawih.
Adakalanya saya salat tarawih hanya pakai kaos oblong dan sarung, serta peci. Itu kalau saya lagi dalam perjalanan atau lagi pulang kerja dan belum sempat mampir ke rumah. Saya memang selalu menyediakan sarung dan pakaian bersih untuk salat.
Tetapi kalau lagi masa day off (libur), outfit tarawih favorit saya adalah baju koko merah maroon dan sarung Gajah Duduk. Baju koko kebanyakan terbuat dari kain yang panas jika dikenakan, meski juga di antaranya dari bahan katun yang menyerap keringat. Namun potensi kepanasan bisa diakali dengan cara melapisinya dengan kaos oblong yang tipis.
Jika tarawih di masjid, maka saya akan pakai peci bulu ala Cak Nun (Emha Ainun Najib). Meski peci itu lebih cocok di daerah dingin, tetapi demi rasa senang mengikuti idola, saya pun mengenakannya.
Jika tarawih di rumah bersama istri, saya biasanya mengenakan peci Karakul. Peci bulu tinggi dari bahan keras. Itu juga mendatangkan kesenangan bagi saya karena mengikuti sang idola, leader Dewa-19, Ahmad Dhani.
Peci Karakul itu saya tidak pakai untuk ke masjid. Selain menarik perhatian karena modelnya yang mencolok, juga khawatir akan mengenai punggung jamaah di depan saya kalau lagi rukuk dan sujud. Itu akan sangat mengganggu.
Pada intinya menurut hemat saya, outfit yang ideal untuk dipakai salat tarawih bukan terletak pada bentuk atau modelnya. Melainkan pada prinsip pemakaiannya.