"Jika politik berhenti pada kekuasaan, manusia gagal menjadi manusia. Jika ekonomi berhenti pada laba, manusia gagal menjadi manusia. Jika karier berhenti pada kebesaran, manusia gagal menjadi manusia ...." (Nadjib, 2018: 102)
Politik, ekonomi, dan karir di sini bermakna sebagai sarana yang mengantarkan manusia pada pemenuhan kebutuhan dirinya masing-masing. Sedang gagal menjadi manusia berarti ada hal-hal yang belum dipenuhi, yakni ketika manusia hanya berhenti pada kekuasaan, laba, dan kebesaran, yang itu semua adalah manifestasi dari pemenuhan hasrat jasmani belaka.
Sandang, pangan, dan papan--apabila dipenuhi--hanya menjadikan manusia berhenti pada titik dasar; sebagai makhluk biologis. Ia hidup selayaknya makhluk lain (hewan) yang kebutuhan dasarnya terpenuhi. Sedang ilmu menyempurnakan hidupnya sebagai manusia.
Manusia tak hanya butuh kenyang, nyaman, dan aman, tetapi juga butuh berpikir dan menikmati pikirannya; butuh merasa dan menikmati perasaannya. Ditambah, pikiran dan perasaan (intuisi) itulah yang telah dibuktikan oleh sejarah bagaimana manusia bisa membangun peradaban.
Saya sendiri tidak heran jika sampai hari ini ada yang bertanya: apa guna membaca? Sebab bagi dia manusia itu yang penting bisa menjadi makhluk biologis yang terpenuhi tri-kebutuhan dasarnya, itu sudah cukup; yang penting sudah terjamin hidupnya sebagai hayawan.
Orang seperti itu tidak memikirkan membangun peradaban. Kemajuan hidup manusia tidaklah sekadar pemenuhan terhadap sandang, pangan, dan papan. Tetapi juga perlu pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tetapi jangan harap peradaban bisa dibangun serta ilmu pengetahuan dan teknologi bisa dikembangkan jika tri-kebutuhan dasar manusia: sandang, pangan, dan papan tidak dipenuhi secara serius dan merata. Politik mestinya mengakomodir ini semua.
Pada akhirnya dharurah (yang pokok) itu ada pada kelas dan golongan masing-masing dalam masyarakat, yang semuanya tak bisa diabaikan begitu saja. Termasuk buku-buku (sarana penunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi), tak dapat dimungkiri, adalah penyempurna kehidupan manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya, yang sempurna, satu-satunya spesies makhluk yang mampu membangun peradaban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H