Mohon tunggu...
Saeful Aziz
Saeful Aziz Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gelora Sumpah Pemuda

14 Oktober 2015   16:19 Diperbarui: 14 Oktober 2015   16:46 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelora sumpah pemuda

Saya dapati rangkaian pembelajaran yang begitu indah di beberapa hari ini. Setelah sekian lama aku tidak pernah menemukan makna diri di momen kebangsaan yang satu ini, sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Yang saya tahu sedikit hanya makna dari peristiwa bersejarah itu saja, nasionalisme. Mungkin sangat umum dan abstrak, karena semua peristiwa bersejarah bermakna sama pada dasarnya, tapi satu yang saya kira sampai hari ini saya harus menemukan makna diri dalam peristiwa sejarah yang satu ini, karena saya adalah seorang pemuda.

Hari ini, saya berstatus sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Bandung, jurusan teknik pertambangan. Mengapa saya harus memulai kalimat pertama diparagraf kedua ini dengan ungkapan status? Ya, karena kebingungan saya bermula dari sana. Jika pembahasannya tentang nasionalisme, fikiran saya yang masih sempit sederhananya memproduksi beberapa pertanyaan besar tentang keterkaitan antara saya sebagai mahasiswa teknik pertambangan dengan pergerakan yang bersemangatkan kebangsaan. Pertanyaan-pertanyaan aneh muncul mengarah pada sebuah doktrin bahwa saya anak tambang hanya mengurusi tambang, tidak ada urusan dengan kenegaraan atau pemerintahan.

Rangkaian pembelajaran yang indah itu dimulai dengan momen keterlibatan disebuah ajang kompetisi, katakanlah event itu ternamai, “1st SSMC (Sumatra Student Mining Competition) 2015” dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa teknik pertambangan dalam mempersiapkan kemandirian energi nasional. Saya tidak akan ceritakan nuansa kompetisinya, apalagi membahas siapa pemenangnya. Tapi pembelajaran dari keterlibatan dalam acara itu adalah seolah mendapati sebuah jembatan antara nasionalisme dengan saya sebagai mahasiswa teknik pertambangan.

Dari situ pula mulai terbuka segalanya tentang  saya dan negeri ini. Banyak “PR” negeri yang terwariskan secara turun temurun, yang sampai hari ini saya salah satu pewarisnya. Saya sebagai anak bangsa Indonesia, tentu memiliki tanggung jawab menyelesaikan “PR-PR” itu, jika lebih spesifik lagi saya sebagai anak tambang, sedikit banyak akan berbicara tentang ketahanan dan kemandirian energi juga kondisi perekonomian sebagai salah satu parameter kesejahteraan bangsa. Lantas bagaimana memang kondisi negeri ini jika dilihat dari aspek-aspek itu? Seperti apa memang bentuk kesejahteraan yang negeri ini kejar? masih sebagai pertanyaan tanpa jawaban ketika itu.

Kurang dari 24 jam setelah event itu, saya dapati kuliah umum dari salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang sumberdaya mineral dan energi, katakanlah PT. Aneka Tambang Tbk. Tema yang dibawakan adalah mengenai proses pengolahan bauksit dalam rangka peningkatan nilai tambah dan ketahanan nasional. Tema yang dibawakan memang sangat spesifik sesuai unit kerja perusahaan dan keilmuan pertambangan, tapi pembahasan umum yang disampaikan juga bernilai sama, yakni tentang nasionalisme. Pertanyaan yang sedikit nyeleneh mungkin, “kata siapa Indonesia itu kaya akan sumber daya mineral dan energi?”. Kaya miskin itu begitu relatif, sangat tergantung apa/siapa pembandingnya. Faktanya, sampai hari ini Indonesia belum menunjukan performa terbaiknya dalam mengendalikan roda perekonomian. Mengerucut lagi pada pemanfaatan sumber energi kita yang masih bergantung pada minyak bumi dan batubara, yang keduanya merupakan sumber daya yang tidak terbarukan, kita tidak memiliki banyak cadangan, eksploitasi terus menerus, kebutuhan/konsumsi terus meningkat, menjadi negara pengimpor minyak, pengekspor batubara. Sebuah kondisi kritis, sayang kegelisahan itu belum menjadi hantu yang begitu menakutkan bagi bangsa ini.

Proses pengolahan bauksit yang dilakukan oleh PT aneka Tambang Tbk. Memberikan sebuah kesimpulan umum bahwa isu ketahanan dan kemandirian nasional perlu keterlibatan semua elemen mulai dari pemerintah selaku pembuat dan pengontrol kebijakan, masyarakat sebagai subjek dan objek dalam mencapai sebuah kesejahteraan, juga para pelaku usaha sebagai pemilik modal dan pelaksana teknis dalam mengelola sumber daya yang ada di negeri ini dengan orientasi tidak sebatas pada keuntungan semata.

Kita, termasuk saya di dalamnya sebagai mahasiswa adalah bagian dari elemen masyarakat yang diharapkan mampu berfikir luas, mampu melahirkan berbagai karya sebagai solusi dari persoalan-persoalan negeri ini. Peringatan hari sumpah pemuda, sepatutnya membawa semangat persatuan dan kesatuan yang datang dari berbagai latar belakang berbeda, itulah yang disebut Bhineka Tunggal Ika.

Ternyata, manusia adalah mesin yang paling canggih. sekumpulan manusia dengan berbagai interaksi dalam suatu ruang itulah yang disebut masyarakat. sekumpulan manusia dalam dunia pembelajaran yang terekayasa disebutlah ia pelajar, perpustakan adalah gudangnya "gudang ilmu" para pelajar. jika kamu seorang pelajar, jadilah seorang masyarakat yang terpelajar, jadilah seorang kutu buku yang mampu mengejawantahkan semuanya kedalam sebuah karya nyata, pandai menyederhanakan yang banyak orang menganggapnya rumit. matangkan diri dengan ilmu, matangkan jiwa dengan sebuah sistem yang teratur. karena nanti yang akan dihadapi bukan lagi persoalan diatas kertas, tidak lagi bisa diselesaikan dengan tulisan di kertas. pandailah menempatkan diri dengan status sosial yang sekarang dimiliki untuk mempersiapkan masa depan. selama jantung masih berdetak, negeri ini akan terus mewariskan apa yang dimilikinya pada kita, sampai salah satunya berakhir.

 “Negara ini memiliki pancasila bukan?, dan hari ini saya berbicara tentang nasionalisme. Lihatlah, bacalah, pahami lagi kelima sila itu, mengapa sila satu harus menjadi sila satu, begitu seterusnya”.

#SAVEBAUKSIT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun