Mohon tunggu...
Saefudin Sani
Saefudin Sani Mohon Tunggu... Buruh - Swasta

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjalani Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19

23 November 2020   09:26 Diperbarui: 23 November 2020   09:40 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran Daring

                                                                                                                                                 

Januari 2020 sekolah kami masih tatap muka biasa. Semua berjalan normal sebagaimana mestinya. Bahkan kami sudah melaksanakan jam tambahan untuk siswa kelas 6 sebagai persiapan menghadapi USBN, membuat rencana untuk acara perpisahan, serta menentukan hari H kunjungan ke Pondok Pesantren dan pelaksanaan rekreasi khusus Kelas 6. Saat itu Covid-19 baru terdengar gemanya saja, nun jauh di kota Wuhan sana. Segala rencana yang masuk agenda semester 2 di kelas 6 kami persiapkan secara matang. Hal ini tentunya untuk memantapkan siswa agar memperoleh hasil yang maksimal dalam ujian, lancar acara perpisahannya, lancar kunjungan ke Pondok Pesantrennya, dan lancar juga rekreasinya.

Pertengahan Maret 2020. Agenda mulai terlihat tidak berjalan sesuai rencana. Tepat tanggal delapan belasnya sekolah mengumumkan untuk memulai Pembelajaran Daring. Siswa dan guru pun tergagap menghadapi situasi mendadak ini. Untunglah dengan sigap sekolah segera mengadakan rapat untuk mencari formula terbaik dalam melaksanakan Pembelajaran Daring. Sejak hari itulah, semua kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran dilakukan secara daring hingga selesainya Tahun Pelajaran 2019/2020.

Juli 2020. Awal Tahun Pelajaran 2020/2021 tiba. Pemerintah mengumumkan bahwa Kegiatan Belajar Mengajar belum diizinkan untuk tatap muka secara langsung. Sirnalah harapan semula kami yang berpikir jika di bulan Juli Covid-19 sudah mereda. Kenyataannnya justru grafiknya malah meningkat. Maka demi keamanan dan keselamatan kita bersama, siap atau tidak siap, suka atau tidak suka, kami harus melaksanakan daring kembali.

13 Juli 2020. Seharusnya pada tanggal tersebut merupakan hari pertama masuk sekolah di tahun pelajaran baru. Namun, berhubung hal ini tidak memungkinkan untuk dilakukan sementara siswa harus tetap belajar, maka pada hari pertama Tahun Pelajaran 2020/2021 kami memulainya dengan membuat grup WA bagi kelas kami masing-masing.

Sebagaimana teman-teman guru yang lain, saya pun tak ketinggalan untuk membuat Grup WA bagi kelas saya, yakni Kelas 6. Untuk hari pertama belum saya isi dengan pembelajaran. Akan tetapi saya memanfaatkan hari pertama ini dengan mengecek keaktifan nomor Wa siswa-siswa saya. Saya melakukan VC dalam kelompok kecil yang terdiri atas 5 sampai 6 siswa dari total 21 siswa di kelas saya. Jika ada siswa yang nomor WA nya tidak aktif atau belum ada, maka menjadi tugas teman-teman lainnya untuk memasukkan nomor temannya tersebut ke grup. Oleh karena itulah, ketika awal-awalnya membuat grup, setiap anggota grup sekaligus juga merangkap admin agar lebih mudah di dalam memasukkan nomor-nomor Wa teman yang belum masuk.

Masalah baru muncul. Banyak siswa tidak memiliki HP sendiri sehingga terpaksa bergantian dengan orang tuanya. Sisi positifnya, orang tua secara tidak langsung ikut memantau Pembelajaran Daring anak-anaknya. Sisi negatifnya, jika HP ada yang dibawa kerja orang tua, maka siswa tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai jadwal pembelajaran.

Melihat permasalahan ini, saya pun mencoba untuk mencari solusinya. Bagi beberapa siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai jadwal, saya bolehkan untuk melakukan pembelajaran menyusul saat HP nya sedang tidak dibawa orang tuanya.

Masalah yang lebih baru lagi muncul. Ketika melakukan pembelajaran melalui aplikasi zoom, tidak semua siswa bisa mengikutinya dengan alasan yang sudah dikemukakan di atas. Akhirnya saya putuskan, tidak wajib mengikuti zoom. Adapun pembelajaran melalui zoom sifatnya hanya merupakan penjelasan saja dari materi pelajaran yang saya share melalui grup. Dengan demikian, baik siswa yang mengikuti pembelajaran melalui zoom maupun yang tidak, tetap mendapatkan materi pelajaran yang sama pada waktu yang sama pula. Hanya tetap ada plusnya bagi yang mengikuti zoom, mereka bisa berinteraksi secara live sehingga bisa mendapatkan penjelasan pelajaran sekaligus menanyakan bagian-bagian yang belum jelas dalam pembelajaran tersebut.

Beberapa waktu berjalan lancar. Kendala lain datang lagi. Beberapa siswa yang tertinggal pembelajaran dengan alasan HP nya gantian, menanyakan kepada saya mengenai materi apa yang saya sampaikan pada hari yang siswa tersebut tidak mengikutinya. Ada yang tertinggal sehari, dua hari, bahkan sampai tertinggal 3 hari. Kalau hanya satu siswa tentulah tidak akan kesulitan untuk menjawabnya. Tetapi jika yang tertinggal ada lebih dari satu siswa dengan hari dan waktu yang berbeda, tentunya akan menjadi repot untuk memberitahukannya.

Sebenarnya setiap tugas pembelajaran selalu saya share di grup. Namun fakta di lapangan, sering tanpa sengaja orang tua siswa menghapus tugas-tugas tersebut karena merasa sudah penuh memorinya. Bahkan pernah ada orang tua yang menelepon minta kirimi tugas yang terhapus karena anaknya sampai menangis bingung tertinggal pembelajarannya.

Sebenarnya, permasalahan di atas bukan terjadi kali ini saja. Hal itu pun terjadi pula di kelas saya pada 3 bulan terakhir kegiatan belajar mengajar di kelas saya tahun pelajaran yang lalu. Hanya saja saya berpikir, saya harus menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan ini sehingga tidak mengulangi lagi kelemahan-kelemahan pengajaran yang sudah saya lakukan pada tahun pelajaran sebelumnya.

Tiba-tiba saja terlintas mengenai website sederhana saya yang sudah vakum sejak 2015. Lantas, timbullah ide untuk mengupload materi-materi pembelajaran saya ke website tersebut. Tanpa menunggu lama, materi pembelajaran saya yang masih berserakan di sana-sini saya kumpulkan, rapihkan, dan saya unggah ke website. Tidak lupa, saya cantumkan pula hari dan tanggal materi pembelajaran tersebut dilaksanakan. Dalam sekejab, statistik pengunjung website, grafiknya mengalami kenaikan yang cukup tajam. Dari yang hanya puluhan pengunjung saja dalam sebulan, pernah view hampir seribu dalam seminggu.

Masih belum puas. Saya semakin tertantang untuk memudahkan siswa di dalam mengikuti Pembelajaran Daring ini. Ada ide lagi. Saya buat khusus kumpulan link yang berisi berbagai alamat link pembelajaran yang apabila di-klik langsung akan muncul materi pembelajaran  pada hari dan tanggal waktu pembelajaran tersebut. Dengan demikian, siswa tidak lagi dipusingkan dengan materi pembelajaran yang sempat tertinggal. Untuk mengejar ketertinggalannya cukup klik kumpulan link lalu cari hari dan tanggal materinya kemudian klik alamatnya, selesai. Siswa pun tinggal menyalin materi yang tertinggal atau menonton link video pembelajarannya.

Begitu pula untuk absen siswa. Tidaklah perlu lagi mereka mengirimkan satu persatu di grup. Selain Grup WA cepat kotor, juga susah receknya. Saya pun coba pakai Google Formulir. Kirim link sekali dan setiap hari siswa bisa langsung absen di link yang sama setiap harinya.

Selanjutnya mengenai tugas mengerjakan soal. Apabila sebelumnya saya cukup foto soal lalu share di grup, siswa lantas mengerjakannya. Setelah selesai siswa kirim hasilnya ke grup, saya buka dan koreksi dan kirim hasilnya lagi ke grup. Bisa dibayangkan, dalam sehari dijamin memori sudah penuh sesak. Saya ubah lagi praktiknya. Soal saya buat di Google Formulir, kirim link, siswa klik, mengerjakan, selesai, klik kirim, langsung keluar nilai. Sederhana. Nilai langsung masuk. Siswa dapat melihat jumlah salah benarnya dan mengecek hasilnya sendiri. Saya pun tidak direpotkan untuk mencatat hasilnya di kertas lembaran karena nilai masuk secara otomatis di program tersebut.

Selangkah-demi selangkah, saya mencoba untuk selalu menyempurnakan metode daring yang saya laksanakan. Dan saya berharap, beberapa bulan ke depan, sebelum daring yang saya laksanakan ini semakin sempurn, semuanya sudah normal kembali sehingga pembelajaran bisa kembali normal. Atau minimal, New normal dengan protokoler kesehatan yang ketat.

Satu catatan penting untuk saya, Pembelajaran Daring bukan merupakan permasalahan besar bagi seorang pendidik untuk mentransfer ilmunya ke anak-anak didiknya. Teknologi terlalu lengkap untuk menyampaikan ke peserta didik agar ilmu yang kita miliki bisa mendarat dengan sempurna di kepala mereka. Tetapi di sisi lain, teknologi masih meninggalkan banyak celah. Beberapa bulan ini menjalani daring, ada hal yang masih belum saya dapatkan dari siswa-siswa saya. Keterikatan emosional, keakraban, kedekatan, dan lain-lainnya yang sebelumnya saya dapatkan dengan mudahnya, sekarang seolah menjadi oase yang dirindukan musafir di tengah-tengah gurun pasir sahara.

Semoga badai cepat berlalu!

*Ditulis berdasarkan pengalaman pembelajaran seorang guru di tengah pandemi Covid-19

  Sukses dan sehat selalu ya, Kawan!

*********************************************

Sumber Gambar di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun