Sebenarnya setiap tugas pembelajaran selalu saya share di grup. Namun fakta di lapangan, sering tanpa sengaja orang tua siswa menghapus tugas-tugas tersebut karena merasa sudah penuh memorinya. Bahkan pernah ada orang tua yang menelepon minta kirimi tugas yang terhapus karena anaknya sampai menangis bingung tertinggal pembelajarannya.
Sebenarnya, permasalahan di atas bukan terjadi kali ini saja. Hal itu pun terjadi pula di kelas saya pada 3 bulan terakhir kegiatan belajar mengajar di kelas saya tahun pelajaran yang lalu. Hanya saja saya berpikir, saya harus menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan ini sehingga tidak mengulangi lagi kelemahan-kelemahan pengajaran yang sudah saya lakukan pada tahun pelajaran sebelumnya.
Tiba-tiba saja terlintas mengenai website sederhana saya yang sudah vakum sejak 2015. Lantas, timbullah ide untuk mengupload materi-materi pembelajaran saya ke website tersebut. Tanpa menunggu lama, materi pembelajaran saya yang masih berserakan di sana-sini saya kumpulkan, rapihkan, dan saya unggah ke website. Tidak lupa, saya cantumkan pula hari dan tanggal materi pembelajaran tersebut dilaksanakan. Dalam sekejab, statistik pengunjung website, grafiknya mengalami kenaikan yang cukup tajam. Dari yang hanya puluhan pengunjung saja dalam sebulan, pernah view hampir seribu dalam seminggu.
Masih belum puas. Saya semakin tertantang untuk memudahkan siswa di dalam mengikuti Pembelajaran Daring ini. Ada ide lagi. Saya buat khusus kumpulan link yang berisi berbagai alamat link pembelajaran yang apabila di-klik langsung akan muncul materi pembelajaran  pada hari dan tanggal waktu pembelajaran tersebut. Dengan demikian, siswa tidak lagi dipusingkan dengan materi pembelajaran yang sempat tertinggal. Untuk mengejar ketertinggalannya cukup klik kumpulan link lalu cari hari dan tanggal materinya kemudian klik alamatnya, selesai. Siswa pun tinggal menyalin materi yang tertinggal atau menonton link video pembelajarannya.
Begitu pula untuk absen siswa. Tidaklah perlu lagi mereka mengirimkan satu persatu di grup. Selain Grup WA cepat kotor, juga susah receknya. Saya pun coba pakai Google Formulir. Kirim link sekali dan setiap hari siswa bisa langsung absen di link yang sama setiap harinya.
Selanjutnya mengenai tugas mengerjakan soal. Apabila sebelumnya saya cukup foto soal lalu share di grup, siswa lantas mengerjakannya. Setelah selesai siswa kirim hasilnya ke grup, saya buka dan koreksi dan kirim hasilnya lagi ke grup. Bisa dibayangkan, dalam sehari dijamin memori sudah penuh sesak. Saya ubah lagi praktiknya. Soal saya buat di Google Formulir, kirim link, siswa klik, mengerjakan, selesai, klik kirim, langsung keluar nilai. Sederhana. Nilai langsung masuk. Siswa dapat melihat jumlah salah benarnya dan mengecek hasilnya sendiri. Saya pun tidak direpotkan untuk mencatat hasilnya di kertas lembaran karena nilai masuk secara otomatis di program tersebut.
Selangkah-demi selangkah, saya mencoba untuk selalu menyempurnakan metode daring yang saya laksanakan. Dan saya berharap, beberapa bulan ke depan, sebelum daring yang saya laksanakan ini semakin sempurn, semuanya sudah normal kembali sehingga pembelajaran bisa kembali normal. Atau minimal, New normal dengan protokoler kesehatan yang ketat.
Satu catatan penting untuk saya, Pembelajaran Daring bukan merupakan permasalahan besar bagi seorang pendidik untuk mentransfer ilmunya ke anak-anak didiknya. Teknologi terlalu lengkap untuk menyampaikan ke peserta didik agar ilmu yang kita miliki bisa mendarat dengan sempurna di kepala mereka. Tetapi di sisi lain, teknologi masih meninggalkan banyak celah. Beberapa bulan ini menjalani daring, ada hal yang masih belum saya dapatkan dari siswa-siswa saya. Keterikatan emosional, keakraban, kedekatan, dan lain-lainnya yang sebelumnya saya dapatkan dengan mudahnya, sekarang seolah menjadi oase yang dirindukan musafir di tengah-tengah gurun pasir sahara.
Semoga badai cepat berlalu!
*Ditulis berdasarkan pengalaman pembelajaran seorang guru di tengah pandemi Covid-19
 Sukses dan sehat selalu ya, Kawan!